Kanal24, Malang – Semarak Malang Djadoel 2025 menghadirkan suasana nostalgia tempo dulu dan membuka ruang edukatif bagi generasi muda untuk mengenal dan mencintai seni tradisional. Salah satu yang mencuri perhatian adalah penampilan Sulaihah, seorang seniman asal Malang yang memadukan kreativitas, edukasi, dan budaya dalam bentuk musik sederhana namun sarat makna.
Sulaihah memperkenalkan alat musik sederhana seperti kalimba bambu, boneka kulit jagung, hingga mainan-mainan tradisional yang dibuat sendiri dari bahan-bahan alami. Tak sekadar mempertontonkan, ia juga mengajak anak-anak untuk terlibat aktif dalam menciptakan bunyi dan musik dari benda-benda tersebut pada Minggu (06/07/2025).
Baca juga:
Temukan Kekuatan Dirimu Lewat You are Powerful Karya Tresnany Moonlight

“Kalimba ini terinspirasi dari bambu. Saya ingin anak-anak tidak hanya melihat, tapi juga bermain musik dengan alat sederhana,” ujar Sulaihah. Ia menambahkan bahwa musik tidak harus berasal dari alat modern, melainkan dapat muncul dari benda-benda yang ada di sekitar, terutama yang memiliki nilai tradisi dan sejarah.
Lebih dari sekadar hiburan, Sulaihah menyampaikan bahwa tujuannya adalah menghidupkan kembali nilai-nilai budaya lokal yang mulai tergerus zaman. Anak-anak diajak untuk mengenal lagu-lagu tradisional seperti cublak-cublak suweng yang bisa dimainkan hanya dengan irama sederhana tanpa aransemen rumit.
“Musik zaman dulu itu lebih simpel. Tapi iramanya tetap kuat dan bisa dinikmati. Anak-anak tadi masih bisa menyanyikan lagu dalam bahasa Jawa, itu luar biasa,” tambahnya dengan mata berbinar.
Ia menjelaskan bahwa bermusik bukan sekadar kegiatan iseng. Ada proses berpikir, merasakan, dan menghitung. Musik, menurut Sulaihah, harus dipikirkan dengan hati, diucapkan dengan fokus, dan dimainkan dengan ketukan yang tepat. “Bermusik itu tidak main-main. Semua hal tidak bisa dianggap sepele, apalagi kalau kita ingin mengajarkannya ke anak-anak.”
Dalam prosesnya, Sulaihah juga menyampaikan harapan besar agar kampus-kampus bisa mulai membuka ruang bagi para seniman tradisional untuk berbagi ilmu dan pengalaman. Ia menyebut nama Mbah Jo—seniman musik tradisional yang menjadi rekannya—yang juga siap terlibat dalam kegiatan edukatif seperti ini.
Baca juga:
Araya Arcade Garden: Surga Tersembunyi Bergaya Rustic di Malang
“Kita bisa main bareng anak-anak, kenalkan musik tradisional. Sekarang ini perlu regenerasi. Kita ajari mereka lagi, karena musik zaman dulu itu punya nilai yang tidak dimiliki musik modern,” tutur Sulaihah.
Dalam suasana penuh kehangatan, Sulaihah berhasil menyatukan musik, tradisi, dan masa depan dalam satu panggung sederhana. Ia tampil sebagai penghibur dan juga sebagai pendidik budaya. Apa yang dilakukan Sulaihah di Malang Djadoel 2025 menjadi pengingat bahwa warisan budaya bisa tetap hidup jika ada yang setia menjaganya—dengan kalimba, kulit jagung, dan semangat tak pernah padam. (nid)