Kanal24, Malang – Di tengah pesatnya perkembangan era digital, kesenjangan literasi teknologi masih menjadi tantangan nyata di banyak wilayah pedesaan Indonesia. Minimnya pemahaman perangkat desa terhadap teknologi informasi berdampak pada lambatnya distribusi data, transparansi pemerintahan, hingga promosi potensi lokal.
Merespons hal tersebut, mahasiswa Universitas Brawijaya yang tergabung dalam program Mahasiswa Membangun Desa (MMD) Kelompok 38 menginisiasi pelatihan literasi digital bertajuk “Wikilatih” di Desa Tawangargo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang (9/7/2025). Program ini menjadi langkah awal untuk membekali perangkat desa dengan keterampilan menulis dan mengelola konten di Wikipedia dan Wikimedia Commons, sehingga desa mampu membangun identitas digital yang terbuka, informatif, dan mudah diakses oleh publik.
Kegiatan ini diprakarsai oleh Ahmad Rizky Ramadhani, mahasiswa Hubungan Internasional FISIP UB, di bawah bimbingan drh. Ajeng Erika Prihastuti Haskito, M.Si. Tema yang diusung adalah “Pemberdayaan Literasi Digital Perangkat Desa untuk Pembangunan Berkelanjutan”. Peserta pelatihan terdiri dari staf pemerintahan desa yang selama ini belum familiar dengan penyusunan dan distribusi informasi berbasis digital.
Menurut Rizky, program ini dirancang sebagai bentuk kontribusi terhadap upaya menciptakan pemerintahan desa yang terbuka, informatif, dan mampu memanfaatkan teknologi untuk memperluas akses informasi.
“Pelatihan ini dirancang untuk membantu perangkat desa membangun kesadaran open knowledge atau pengetahuan bebas di pemerintahan desa guna meningkatkan akses informasi, transparansi, dan partisipasi masyarakat,” ujar Rizky.
Selain menulis artikel di Wikipedia, peserta juga dilatih untuk mengunggah foto dan data ke Wikimedia Commons, sehingga potensi desa dapat terdokumentasi dengan baik dan tersedia secara bebas untuk publik. Kegiatan ini dinilai strategis karena Desa Tawangargo memiliki banyak potensi, namun selama ini belum terekam secara digital dengan baik.

Menjawab Kesenjangan Literasi Digital
Keterbatasan literasi digital di desa menjadi tantangan utama dalam pengelolaan informasi yang akurat dan terstruktur. Selama ini, dokumentasi potensi lokal seperti kegiatan pertanian, kebudayaan, serta profil desa belum dipublikasikan secara luas di internet. Padahal, informasi ini sangat penting untuk membangun citra desa, menarik minat wisatawan, hingga menarik peluang kerja sama antarwilayah.
“Program ini kami harapkan jadi fondasi agar desa bisa mandiri dalam mengelola dan memverifikasi data secara digital,” ujar Wahyu, Kepala Dusun Suwaluhan.
Sebagian besar perangkat desa mengaku belum pernah menggunakan Wikipedia sebagai media publikasi atau pembelajaran. Oleh karena itu, pendekatan pelatihan dilakukan secara sederhana dan bertahap, disesuaikan dengan latar belakang peserta yang beragam.
Tahapan Pelatihan dan Materi
Pelatihan berlangsung di Balai Desa Tawangargo dan mencakup empat materi utama. Pertama, peserta diperkenalkan pada cara mencari sumber data dan referensi yang valid. Kedua, mereka dilatih menyusun struktur artikel Wikipedia mulai dari pengantar hingga bagian isi yang rapi dan sistematis.
Ketiga, peserta diajarkan bagaimana menggunakan Wikimedia Commons sebagai tempat penyimpanan dokumentasi visual, termasuk foto-foto kegiatan desa, lanskap alam, dan kegiatan warga. Materi keempat menekankan pentingnya konten lokal dalam bahasa daerah, sehingga setiap peserta diminta menulis artikel dalam Bahasa Jawa agar sesuai dengan karakter masyarakat setempat.
“Setelah pelatihan, mereka akan mampu meningkatkan visibilitas Desa Tawangargo di mata dunia,” kata Rizky.
Proses pelatihan dilakukan dengan metode praktik langsung, sehingga peserta tidak hanya memahami teori, tetapi juga langsung memproduksi konten pertama mereka di Wikipedia. Beberapa artikel yang ditulis mencakup sejarah desa, potensi pertanian, dan kegiatan budaya yang rutin digelar oleh masyarakat.
Dukung SDGs dan Edukasi Partisipatif
Kegiatan Wikilatih ini mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) poin ke-4 tentang Pendidikan Berkualitas dan poin ke-16 mengenai Institusi yang Kuat. Dengan meningkatkan literasi digital, desa diharapkan lebih mandiri dan aktif dalam membangun transparansi serta mendistribusikan informasi secara bertanggung jawab.
Rizky menjelaskan bahwa pelatihan ini menjadi langkah awal untuk membentuk ekosistem digital di desa. Ketika perangkat desa terbiasa mendokumentasikan dan membagikan informasi dengan standar terbuka, maka potensi desa dapat diakses oleh masyarakat luas, peneliti, hingga investor. Pelatihan juga menumbuhkan semangat kolaborasi antara mahasiswa, pemerintah desa, dan masyarakat. Partisipasi aktif perangkat desa selama kegiatan menunjukkan bahwa transformasi digital bukanlah hal yang mustahil, bahkan di tingkat desa.
Pelatihan ini menjadi titik awal bagi Desa Tawangargo untuk berbenah dalam pengelolaan informasi dan dokumentasi. Tim MMD berharap kegiatan ini bisa menjadi model pelatihan berkelanjutan yang dapat diterapkan di desa-desa lain dengan pendekatan serupa.
“Kami optimis, setelah pelatihan ini, visibilitas desa akan meningkat dan warga semakin aktif berkontribusi dalam pembangunan berbasis informasi terbuka,” ujar salah satu perangkat desa di akhir sesi pelatihan.
Dengan keterampilan yang mereka miliki sekarang, perangkat desa diharapkan bisa menjadi agen literasi digital yang mampu memperluas jangkauan informasi desa. Langkah sederhana ini membuka jalan bagi pembangunan desa yang lebih inklusif, terbuka, dan terhubung dengan dunia luar.(Han)