Kanal24, Kediri – Sampah plastik rumah tangga yang menumpuk kerap dianggap sebagai masalah tanpa solusi. Namun, di tangan mahasiswa Universitas Brawijaya (UB), limbah tersebut justru bertransformasi menjadi inovasi ramah lingkungan bernama EcoDrip, sebuah sistem irigasi tetes sederhana dari botol bekas. Program ini hadir sebagai bentuk pengabdian masyarakat yang dilaksanakan di Desa Blaru pada Juli 2025, dengan tujuan utama meningkatkan efisiensi pertanian rumah tangga sekaligus mengurangi sampah plastik.
Latar Belakang Program
EcoDrip lahir dari kegelisahan terhadap dua persoalan utama yang dihadapi masyarakat pedesaan: keterbatasan fasilitas pengelolaan limbah plastik dan minimnya sarana penyiraman tanaman. Keduanya kerap menyulitkan petani maupun ibu rumah tangga yang bercocok tanam di pekarangan. Melalui pendekatan teknologi tepat guna (TTG), tim pengabdi memperkenalkan sistem irigasi tetes praktis dengan memanfaatkan botol plastik bekas sebagai wadah air dan alat tetes sebagai media distribusinya.
Baca juga:
Private: Rempah Lombok Naik Kelas, Jadi Pangan Fungsional Bernilai Ekonomi

Menurut Ketua Program, Sony Natasya Purba, mahasiswa Agribisnis PSDKU Universitas Brawijaya Kediri, teknologi ini dirancang agar mudah diterapkan, murah, dan ramah lingkungan. “Kami ingin menunjukkan bahwa solusi lingkungan bisa sederhana, murah, dan langsung bisa diterapkan oleh masyarakat. EcoDrip adalah bukti bahwa inovasi bisa lahir dari hal yang sering dianggap remeh seperti limbah plastik rumah tangga,” ungkapnya.
Pelaksanaan dan Sasaran
Program dengan tema “EcoDrip: Teknologi Irigasi Tetes Sederhana dari Limbah Botol Bekas untuk Pertanian Mandiri dan Ramah Lingkungan” ini menyasar anggota Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) Desa Blaru serta masyarakat umum, terutama ibu rumah tangga yang ingin menanam sayuran dan tanaman hias di pekarangan rumah.
Kegiatan berlangsung melalui beberapa tahapan, mulai dari sosialisasi konsep hingga praktik langsung pemasangan alat EcoDrip. Antusiasme warga terlihat dari keterlibatan aktif peserta saat merakit sistem irigasi tetes mereka sendiri.
Program ini melibatkan 15 mahasiswa lintas disiplin ilmu, di bawah bimbingan Andi Masriah, S.Pi., M.Si., dosen Program Studi Akuakultur UB Kediri.
Hasil dan Dampak
Produk utama dari kegiatan ini adalah EcoDrip, yang terbukti efektif menyalurkan air secara teratur tanpa perlu pengawasan intensif. Output konkret berupa pemasangan dan uji coba alat, serta dokumentasi video untuk keperluan edukasi.
Adapun outcome yang diraih antara lain:
- Meningkatnya pemahaman masyarakat terkait efisiensi air dan pemanfaatan limbah plastik.
- Adopsi teknologi EcoDrip secara mandiri oleh warga di pekarangan rumah.
- Tumbuhnya kesadaran akan pentingnya inovasi ramah lingkungan dalam kegiatan sehari-hari.
Salah satu peserta, Ridayati, mengaku terbantu dengan adanya alat ini. “Alat ini sangat membantu saya yang suka menanam tapi sering lupa menyiram. Sekarang tinggal isi botol dan biarkan tanaman tersiram otomatis. Hemat tenaga dan air!” ujarnya penuh semangat.

Baca juga:
Inisiatif Departemen Biologi UB Membangun Ketangguhan Pesisir di Lombok Utara
Keberlanjutan Program
Ke depan, program ini direncanakan akan diperluas ke desa-desa lain di sekitar Blaru. Kolaborasi dengan pemerintah desa serta komunitas lokal pun tengah dipersiapkan untuk mendukung keberlanjutan inovasi. Bahkan, ada rencana mengintegrasikan EcoDrip ke dalam program pertanian berkelanjutan berbasis rumah tangga.
Dengan EcoDrip, masyarakat Desa Blaru tidak hanya mengubah cara mereka bercocok tanam, tetapi juga ikut serta dalam upaya menjaga lingkungan. Dari limbah menjadi berkah, dari botol bekas lahirlah harapan hijau bagi masa depan. (nid)