Kanal24, Malang – Demi mewujudkan tata kelola pemerintahan desa yang lebih efektif, akuntabel, dan berbasis data, mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) yang tergabung dalam Program Mahasiswa Membangun Desa (MMD) kelompok 32 mengadakan pelatihan bertajuk “Peningkatan Kapasitas Perangkat Desa Ngadireso melalui Pelatihan Visualisasi Data dengan Microsoft Excel.”
Pelatihan ini dirancang untuk menjembatani kesenjangan kemampuan digital di kalangan aparatur desa, khususnya dalam memvisualisasikan data agar lebih komunikatif dan terbuka untuk publik.
Baca juga:
MMD UB Bangun Kesadaran Inklusif Gelar Pelatihan BISINDO
Mengubah Angka Menjadi Cerita Visual
Materi yang diberikan tidak hanya terbatas pada pengenalan fitur dasar Microsoft Excel. Peserta dibekali keterampilan membuat berbagai jenis grafik seperti grafik batang, pie chart, dan line chart, yang dianggap paling relevan untuk menyajikan data kependudukan, laporan keuangan, program pembangunan, hingga agenda kemasyarakatan desa.
Pendekatan ini bertujuan mengubah angka-angka kaku menjadi representasi visual yang menarik dan mudah dipahami. Dengan tampilan yang lebih sederhana namun informatif, informasi kompleks dapat tersampaikan lebih cepat, bahkan kepada masyarakat awam sekalipun.
Transparansi dan Akuntabilitas di Era Digital
Visualisasi data memiliki peran strategis dalam mewujudkan pemerintahan desa yang transparan. Melalui grafik dan diagram, perangkat desa dapat menyajikan laporan kegiatan, data keuangan, dan potensi desa secara terbuka. Hal ini tidak hanya mempermudah masyarakat dalam mengakses informasi, tetapi juga meningkatkan kepercayaan publik terhadap kinerja pemerintahan.
Selain itu, format visual memudahkan komunikasi dengan pihak eksternal seperti mitra pembangunan, lembaga pemerintah, hingga calon wisatawan yang membutuhkan informasi singkat dan jelas mengenai desa.
Selaras dengan SDG 4: Pendidikan Berkualitas
Pelaksanaan program ini selaras dengan SDG 4 (Pendidikan Berkualitas) karena menghadirkan kesempatan belajar non-formal yang inklusif bagi seluruh lapisan masyarakat desa. Meskipun bukan berbentuk pendidikan formal, pelatihan ini mampu memperluas akses terhadap literasi digital dasar yang sangat dibutuhkan di era transformasi teknologi.
Program ini juga mendukung konsep pembelajaran sepanjang hayat dengan meningkatkan kapasitas teknis serta menjembatani kesenjangan keterampilan digital antarindividu di lingkungan desa. Dengan begitu, baik aparatur desa maupun masyarakat umum memperoleh bekal kompetensi baru yang relevan untuk menunjang pekerjaan dan aktivitas sehari-hari.
Selain itu, kegiatan ini memiliki keterkaitan erat dengan SDG 5 (Kesetaraan Gender), yang tercermin dari keterlibatan aktif ibu-ibu PKK dalam proses pelatihan. Antusiasme mereka menunjukkan bahwa perempuan memiliki hak yang sama dalam memperoleh kesempatan meningkatkan keterampilan digital.
Partisipasi perempuan tidak hanya memperluas cakupan penerima manfaat program, tetapi juga menegaskan bahwa pemberdayaan perempuan merupakan bagian penting dari transformasi desa menuju era digital. Dengan kemampuan baru yang diperoleh, para ibu diharapkan lebih percaya diri dalam memanfaatkan teknologi untuk mendukung kegiatan sosial, ekonomi, maupun pengelolaan rumah tangga mereka.
Partisipasi Lintas Kelompok Masyarakat
Menariknya, pelatihan ini tidak hanya diikuti oleh perangkat desa, tetapi juga melibatkan Ibu-Ibu PKK. Antusiasme mereka membuktikan bahwa transformasi digital di desa tidak terbatas pada ranah administrasi, melainkan juga menjadi sarana pemberdayaan masyarakat.
Bagi PKK, kemampuan mengolah data dan membuat visualisasi tidak hanya bermanfaat untuk laporan organisasi, tetapi juga untuk mengatur keuangan rumah tangga dan mengelola kegiatan sosial secara lebih terstruktur.
Baca juga:
Pelatihan AI Bantu UMKM Pagentan Tingkatkan Promosi Digital
Menuju Tata Kelola Desa Berbasis Data
Dengan adanya pelatihan ini, perangkat desa kini memiliki keterampilan untuk mengubah tabel panjang menjadi grafik yang komunikatif. Langkah ini menjadi tonggak penting menuju tata kelola pemerintahan desa yang lebih transparan, efisien, dan partisipatif.
Program MMD UB kelompok 32 pun berharap, inisiatif ini dapat terus berlanjut dan menjadi inspirasi bagi desa-desa lain untuk mengoptimalkan teknologi demi kemajuan bersama. (nid)