Kanal24, Malang – Inovasi teknologi menjadi kunci untuk meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan sektor perikanan di tingkat desa. Inilah yang mendorong tim dosen Universitas Brawijaya (UB) bersama mahasiswa Program Mahasiswa Membangun Desa (MMD) membina Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) “Enggal Jaya Makmur” di Desa Klampok, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang.
Melalui program pengabdian kepada masyarakat strategis, tim yang diketuai oleh Rizky Fadilla Agustin Rangkuti, S.Pi., M.Si. dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK UB) ini menginisiasi penerapan teknologi bioflok (BFT) sekaligus pelatihan pemantauan kualitas air. Langkah ini diambil untuk mengatasi permasalahan yang selama ini dihadapi pembudidaya ikan setempat, mulai dari kualitas air yang buruk akibat limbah akuakultur hingga rendahnya produktivitas karena metode budidaya konvensional yang belum efisien.

Teknologi Bioflok untuk Produktivitas dan Lingkungan
Teknologi bioflok dipilih karena mampu meningkatkan kualitas air sekaligus memanfaatkan nutrien secara efisien. Sistem ini mengandalkan bakteri heterotrof yang mengubah amonia menjadi biomassa mikroba yang dapat dimanfaatkan ikan sebagai pakan tambahan. Dengan demikian, penggunaan air bisa dihemat, kualitas lingkungan budidaya terjaga, produktivitas meningkat, pakan lebih efisien, dan biaya produksi dapat ditekan.
Tak hanya mengenalkan sistem ini, tim dosen UB juga membekali anggota Pokdakan dengan keterampilan memantau kualitas air secara rutin. Pemantauan menjadi krusial agar kondisi kolam tetap optimal untuk pertumbuhan ikan, sekaligus sebagai indikator keberhasilan sistem bioflok dalam jangka panjang.

Pokdakan Pemula dengan Semangat Besar
Pokdakan Enggal Jaya Makmur baru tiga bulan merintis usaha budidaya ikan air tawar secara mandiri. Minim pengalaman dan belum mengenal teknologi modern, mereka justru menunjukkan semangat belajar tinggi.
“Pokdakan di Desa Klampok baru merintis usaha budidaya ikan, bisa dikatakan sistem budidaya yang dilakukan selama ini masih bersifat konvensional dan belum mengenal secara mendalam mengenai teknis budidaya ikan secara baik dan benar maupun sistem bioflok. Oleh karena itu, program ini kami rancang sebagai penguatan kapasitas awal, mulai dari pelatihan dasar, penyediaan peralatan pendukung, hingga pendampingan langsung di lapangan,” ujar Rizky Fadilla Agustin Rangkuti.
Sebagai wujud dukungan, tim memberikan paket lengkap budidaya sistem bioflok berupa dua unit kolam terpal berdiameter tiga meter, sistem aerasi, benih ikan lele 3.000 ekor, benih nila 1.500 ekor, probiotik, molase, pakan ikan, dan alat ukur kualitas air yang mampu memantau suhu, pH, oksigen terlarut (DO), amonia, nitrit, dan nitrat.

Respon Positif Warga dan Pemerintah Desa
Ketua Pokdakan, Dimas, menyambut baik program ini. “Kami sangat bersyukur bisa didampingi oleh tim dosen dari Universitas Brawijaya. Selama ini kami merintis budidaya ikan hanya dengan belajar otodidak, dan minim ilmu. Dengan adanya pelatihan dan bantuan ini, kami merasa terbantu sekali terlebih kami mendapatkan akses langsung pada ahlinya Bapak dan Ibu Dosen dari UB,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa meski kelompoknya masih dalam tahap awal, semangat untuk belajar sangat besar. “Kami sadar masih banyak yang belum kami tahu, terutama soal budidaya yang baik, bioflok, dan monitoring kualitas air. Tapi semangat kami kuat. Harapan kami, kelompok ini bisa jadi contoh bagi warga Desa Klampok lain, bahwa budidaya ikan bisa menjadi kegiatan yang memberdayakan warga dan menciptakan sumber penghasilan baru,” lanjutnya.
Kepala Desa Klampok, Jefri Arnas Cristiawan, juga memberikan apresiasi. “Saya menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Universitas Brawijaya atas pendampingan dan bantuan yang diberikan kepada kelompok budidaya ikan di Desa kami. Program ini tidak hanya penting untuk meningkatkan pendapatan warga, tetapi juga untuk mewujudkan ketahanan pangan dan pemenuhan gizi di Desa Klampok. Saya berharap melalui pendampingan yang berkelanjutan, Pokdakan Desa Klampok dapat tumbuh menjadi kelompok budidaya ikan yang mandiri, produktif, dan berdaya saing,” ujarnya.
Mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
Program ini tidak hanya menyasar peningkatan kapasitas pembudidaya ikan, tetapi juga berkontribusi pada pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya pengentasan kemiskinan (SDG 1), ketahanan pangan (SDG 2), akses air bersih (SDG 6), pertumbuhan ekonomi inklusif (SDG 8), dan konsumsi serta produksi bertanggung jawab (SDG 12).
Dengan pendekatan terintegrasi melalui pelatihan, pendampingan teknis, dan dukungan peralatan, Universitas Brawijaya menunjukkan komitmennya untuk menciptakan transformasi nyata di tingkat desa. Program ini diharapkan menjadi model pemberdayaan berbasis inovasi yang dapat direplikasi di wilayah lain untuk mendorong pembangunan ekonomi lokal yang inklusif, berkelanjutan, dan berbasis teknologi dalam sektor perikanan.(Din)