Kanal24, Malang – Departemen Psikologi Universitas Brawijaya (UB) bersama Mindful Education Community menggelar webinar bertajuk “Setya Budya Pangekese Durangkara: Membangun Mental Guru yang Berkesadaran” pada Sabtu (9/8/2025). Kegiatan yang dilaksanakan secara daring melalui Zoom ini diikuti sekitar 80 guru SMA dan sederajat dari berbagai daerah di Indonesia, mulai dari Jawa, Sulawesi, Sumatera, Kalimantan, Nusa Tenggara Timur (NTT), hingga Nusa Tenggara Barat (NTB).
Webinar ini merupakan bagian dari program pengabdian kepada masyarakat yang dipimpin oleh Cleoputri Yusainy, M.Psi., Ph.D., Psikologi, dosen Departemen Psikologi UB. Mengusung nilai budaya dan kearifan lokal, kegiatan ini menekankan pentingnya kesadaran dan ketangguhan mental dalam profesi guru, khususnya di jenjang SMA yang dianggap sebagai masa kritis bagi perkembangan siswa.
Baca juga:
Blitar Naik Kelas dalam Inovasi Daerah, Kerja Sama UB Hantarkan Raih IGA 2024

Menanamkan Nilai Kesadaran dalam Dunia Pendidikan
Menurut Cleoputri, tema besar kegiatan ini mengacu pada filosofi Setya Budya Pangekese Durangkara, yang berarti setia kepada akal untuk melunturkan angkara. Filosofi ini diambil dari Serat Wulangreh, Pakubuwono IV, yang mengandung pesan bahwa pendidikan harus dilandasi oleh nilai universal dan kemampuan berpikir yang jernih.
Ia menegaskan bahwa fokus webinar bukan pada strategi mengajar atau pedagogi, melainkan pada landasan mental seorang guru. “Dunia pendidikan itu seperti kapal besar. Sebagus apa pun desain kapal atau kebijakannya, jika ada yang melubangi kapal, maka kapal itu akan tenggelam. Kesadaran mental guru menjadi kunci agar kapal itu tetap berlayar,” ujarnya.
Peran Strategis Guru SMA
Cleoputri menilai guru SMA memiliki peran strategis karena berada di masa transisi siswa dari pendidikan dasar menuju perguruan tinggi atau dunia kerja. Guru yang berkesadaran akan mampu membimbing siswanya menjadi pribadi tangguh yang siap menghadapi tantangan hidup.
Prinsip pendidikan yang disampaikan adalah mendidik agar orang yang kurang pengetahuan tidak semakin tersesat dalam kebodohan, dan agar orang yang pintar menjadi lebih bijaksana. Ia menekankan bahwa kecerdasan tidak hanya diukur dari nilai ujian, rapor, atau IPK, tetapi juga dari kemampuan menggunakan pengetahuan secara etis dan bermanfaat.
Perspektif Moderator: Guru sebagai Ujung Tombak
Moderator webinar, Indri Oktavia Rospita, mahasiswa Magister Sains Psikologi UB, mengungkapkan bahwa materi ini penting untuk menyegarkan kembali esensi profesi guru. Dengan latar belakang sebagai mantan guru Bimbingan Konseling (BK), Indri melihat banyak kasus remaja SMA yang dipengaruhi oleh kondisi emosi yang fluktuatif, mulai dari perundungan hingga perilaku berisiko.
“Guru adalah ujung tombak pendidikan. Jika guru tidak memiliki kesadaran, maka output siswa juga tidak akan baik. Nilai berkesadaran ini bertujuan menciptakan manusia yang layak—bukan sekadar ber-IQ tinggi, tetapi bijak dalam pikiran dan perbuatan,” jelasnya.
Kolaborasi dengan Mindful Education Community
Ketua Mitra Pengabdian, Irene Nany Kusumawardani, yang juga pendiri Mindful Education Community, menyatakan bahwa kolaborasi ini sejalan dengan misi komunitas untuk mengatasi persoalan kesehatan mental di dunia pendidikan.
“Nilai Setya Budya Pangekese Durangkara adalah kearifan lokal yang relevan untuk menjawab tantangan pendidikan dan kesehatan mental saat ini. Dengan perkembangan zaman dan teknologi yang begitu cepat, guru perlu dibekali kesadaran agar mampu mengarahkan siswa secara tepat,” ujarnya.
Irene menambahkan bahwa komunitas ini awalnya digagas bersama mahasiswa, namun kini juga diikuti peneliti, seniman, dan pendidik dari berbagai bidang. Komunitas ini aktif mengadakan program terkait pendidikan berkesadaran dan kesehatan mental melalui webinar dan kegiatan kolaboratif lainnya.

Baca juga:
Magister Sains Psikologi UB, Bahas Pentingnya Kesehatan Mental Lewat Filosofi YONO
Menuju Pendidikan yang Lebih Bijak
Dengan antusiasme peserta yang tinggi dan cakupan wilayah yang luas, webinar ini diharapkan mampu menjadi langkah awal dalam memperkuat kesadaran mental guru SMA di seluruh Indonesia. Harapannya, para pendidik tidak hanya menghasilkan siswa yang cerdas secara akademis, tetapi juga bijaksana, tangguh, dan relevan dengan tuntutan zaman.
Seperti yang disampaikan Cleoputri, “Pendidikan bukan hanya soal mengajar pengetahuan, tapi membentuk manusia agar berpikir jernih, bertindak bijak, dan menjaga kapal pendidikan agar tetap berlayar menuju masa depan yang lebih baik.” (nid/ptr)