Kanal24, Malang – Limbah pabrik tahu yang selama ini menjadi ancaman pencemaran lingkungan kini disulap menjadi produk bernilai guna melalui program Doktor Mengabdi Universitas Brawijaya (UB). Program yang melibatkan kolaborasi antara UB, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Malang, dan warga Desa Sumberpasir ini diharapkan menjadi solusi berkelanjutan dalam pengelolaan limbah industri tahu.
Kegiatan yang berlangsung di Dusun Ngrangin, Desa Sumberpasir, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, Selasa (22/7/2025) ini dipimpin oleh Dr. Asus Maizar Suryanto H., S.Pi., M.P. dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UB. Tim juga diperkuat oleh Dr. Kasyful Amron, ST, MSc. dari Fakultas Ilmu Komputer dan Dr. Euis Elih Nurlaelih, SP., MP. dari Fakultas Pertanian.
“Program ini menjadi langkah awal untuk mengurangi limbah industri tahu melalui sinergi antara dosen, mahasiswa, masyarakat, dan DLH Kabupaten Malang,” kata Asus Maizar.
Ia menekankan bahwa kolaborasi lintas pihak diperlukan untuk menciptakan keberlanjutan program yang bermanfaat bagi lingkungan sekaligus meningkatkan kesejahteraan warga.
Dalam program ini, limbah cair tahu diolah menjadi pupuk organik cair kaya nutrisi yang siap digunakan untuk tanaman. Sementara limbah padat dimanfaatkan sebagai bahan pakan maggot, yang tidak hanya berperan mengurai sampah organik tetapi juga membuka peluang usaha baru.
Sebagai bagian dari implementasi, tim mengadakan pelatihan pembuatan pupuk cair dan budidaya maggot yang melibatkan tujuh mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) UB. Sosialisasi disertai pemberian modul panduan dilaksanakan di Balai Dusun Ngrangin dengan dukungan narasumber dari DLH Malang.
Produk pupuk organik yang dihasilkan langsung diuji coba di lahan warga dan mendapat respons positif. Kepala Desa Sumberpasir, Mudhlor, serta Kepala Dusun Ngrangin, Ponco, menyatakan siap memanfaatkan pupuk tersebut di lahan mereka. Sementara itu, hasil budidaya maggot diminati oleh BUMDes dan IPNU setempat untuk diintegrasikan dalam pengelolaan sampah organik di Tempat Pengolahan Sampah (TPS) desa.
Melalui inovasi ini, limbah pabrik tahu yang semula menjadi masalah kini bertransformasi menjadi sumber daya bernilai guna. Kolaborasi antara perguruan tinggi, pemerintah, dan masyarakat diharapkan terus berlanjut untuk menciptakan dampak ekonomi sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.(Din)