Kanal24, Lawang – Mahasiswa Membangun Desa (MMD) Universitas Brawijaya (UB) 2025 kembali menghadirkan program inovatif yang tidak hanya berfokus pada pendidikan kreatif anak-anak, tetapi juga penguatan nilai inklusivitas di masyarakat. Melalui dua kegiatan utama berupa Penyuluhan Disability Awareness serta Pelatihan Menggambar dan Mewarnai, kelompok tiga MMD UB berhasil menggabungkan ruang bermain, pembelajaran, dan kesadaran sosial dalam satu rangkaian kegiatan.
Pelatihan Menggambar dan Mewarnai untuk Anak
Kegiatan pelatihan menggambar dan mewarnai yang berlangsung di Balai RW 03 Dusun Krajan Timur, Lawang pada Minggu (20/07/2025), diikuti oleh lebih dari 30 anak dari berbagai Rukun Tetangga (RT). Anak-anak terlihat antusias saat menuangkan imajinasi mereka ke dalam gambar, yang sekaligus menjadi wadah untuk menyalurkan bakat terpendam.
Baca juga:
Literasi Global dari Desa Kraton untuk Dunia

Program ini digagas oleh Della Puspita Sari, mahasiswi Sastra Perancis UB, yang menekankan pentingnya kreativitas anak sejak dini. “Antusias anak-anak benar-benar terlihat ketika ternyata banyak dari mereka yang memiliki bakat terpendam di bidang menggambar dan mewarnai. Aku merasa imajinasi mereka tertuang ke dalam karya yang mereka buat,” ungkap Della (19/08).
Tak hanya anak-anak, orang tua pun turut hadir dan memberikan dukungan selama kegiatan berlangsung. Kehadiran mereka menambah semangat peserta, sekaligus mempererat hubungan antarwarga dalam suasana belajar yang menyenangkan.
Penyuluhan Disability Awareness untuk Desa Inklusi
Selain pelatihan kreatif, kelompok tiga MMD UB juga mengadakan penyuluhan bertema Disability Awareness di Balai Dusun Turi, Selasa, 8 Juli 2025. Penyuluhan ini digagas oleh Ryenk Retno, mahasiswi Ilmu Komunikasi UB, sebagai bentuk dukungan terhadap rencana Desa Turirejo yang tengah memantapkan diri menjadi Desa Inklusi di Kecamatan Lawang.
Kegiatan tersebut diintegrasikan dengan posyandu bulanan, sehingga mampu menjangkau orang tua dan balita. Setidaknya 25 partisipan hadir untuk mendapatkan informasi seputar jenis-jenis disabilitas, cara berinteraksi dengan penyandang disabilitas, hingga deteksi dini pada anak usia dini.
“Harapannya agar masyarakat semakin aware mengenai isu disabilitas, karena itu sangat dekat dengan kita. Terlebih Desa Turirejo sendiri berusaha memantapkan diri sebagai desa inklusi,” jelas Ryenk (21/08).
Apresiasi dari Warga dan Harapan Keberlanjutan
Berbagai kegiatan yang diinisiasi mahasiswa MMD UB ini mendapat apresiasi positif dari warga setempat. Laksmi, Ketua RW 03 Dusun Krajan Timur, mengungkapkan kebanggaannya karena kegiatan tersebut memberikan manfaat besar bagi anak-anak maupun masyarakat secara luas.
“Saya senang dan bangga dengan adanya kegiatan tersebut, karena waktu luang anak-anak tidak hanya digunakan bermain handphone tetapi digunakan untuk hal yang bermanfaat mengasah pengetahuan dan keterampilan anak-anak,” ungkapnya (15/06).
Laksmi juga berharap program serupa dapat terus berlanjut di masa mendatang, dengan variasi kegiatan yang tidak hanya menghibur tetapi juga mendidik.
Baca juga:
UB Gandeng Pemprov Maluku Utara, Siapkan Generasi Emas dari Timur
Membangun Desa, Menguatkan Masyarakat
Melalui dua kegiatan utama ini, kelompok tiga MMD UB 2025 tidak hanya berhasil menciptakan ruang kreatif bagi anak-anak, tetapi juga menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya inklusivitas. Sinergi antara mahasiswa dan warga menjadi bukti nyata bahwa program Membangun Desa dapat memberikan dampak nyata bagi perkembangan sosial dan pendidikan di tingkat lokal.
Dengan demikian, Turirejo tak hanya bergerak menuju desa yang ramah inklusi, tetapi juga menjadi ruang tumbuh generasi muda yang kreatif, berdaya, dan peduli pada keberagaman. (nid)