Kanal 24, Malang — Harga emas dunia kembali mencatat sejarah baru. Pada perdagangan Senin (8/9/2025), harga emas menembus level psikologis US$3.600 per troy ons. Pencapaian ini menjadi tonggak tertinggi sepanjang masa dan menunjukkan betapa kuatnya daya tarik logam mulia di tengah ketidakpastian ekonomi global. Dalam penutupan perdagangan hari itu, harga emas berada di posisi US$3.635,36 per troy ons. Angka ini naik 1,37 persen dibandingkan hari sebelumnya. Bahkan, kenaikan tersebut berlanjut selama dua hari berturut-turut. Meski pada perdagangan Selasa pagi (9/9/2025) harga emas sempat terkoreksi tipis 0,16 persen ke posisi US$3.629,58, tren utamanya masih menunjukkan penguatan.
Dorongan dari Kebijakan The Fed
Kenaikan harga emas tidak lepas dari ekspektasi kebijakan bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve. Data ketenagakerjaan Amerika yang dirilis akhir pekan lalu memperlihatkan perlambatan signifikan dalam pertumbuhan lapangan kerja. Kondisi ini memicu spekulasi kuat bahwa The Fed akan memangkas suku bunga pada pertemuan bulan September. Bagi pasar, kabar mengenai kemungkinan pemangkasan suku bunga menjadi sinyal positif. Suku bunga yang lebih rendah akan mengurangi biaya peluang dalam menyimpan emas. Emas, meski tidak memberikan imbal hasil, semakin menarik ketika bunga pinjaman dan obligasi turun. Peter Grant, wakil presiden sekaligus ahli strategi logam senior di Zaner Metals, menyebutkan bahwa momentum emas masih bisa berlanjut. “Logam kuning ini berpotensi memperpanjang momentumnya menuju US$3.700 hingga US$3.730 per troy ons dalam waktu dekat. Jika ada penurunan, pasar kemungkinan melihatnya sebagai peluang beli,” ujarnya dikutip dari Reuters.
Tren Positif Sejak Tahun Lalu
Rekor kali ini memperpanjang tren kenaikan emas sejak tahun 2024. Sepanjang 2024 harga emas telah naik 27 persen. Sementara sepanjang 2025 hingga awal September, lonjakannya semakin tajam, mencapai 37 persen. Beberapa faktor yang menopang kenaikan tersebut antara lain pelemahan dolar Amerika, meningkatnya ketidakpastian global, hingga kebijakan moneter yang lebih longgar dari berbagai bank sentral dunia. Salah satu faktor penting datang dari China. Bank sentral negara tersebut diketahui terus memperpanjang pembelian emasnya selama 10 bulan berturut-turut hingga Agustus 2025. Akumulasi besar-besaran ini menambah tekanan permintaan global dan semakin mengerek harga.
Imbal Hasil Obligasi dan Dolar Melemah
Selain kebijakan suku bunga, pelemahan imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat turut mendorong kenaikan harga emas. Imbal hasil obligasi acuan tenor 10 tahun saat ini turun ke level 4,05 persen, yang merupakan titik terendah dalam lima bulan terakhir. Kondisi ini dinilai sebagai kabar baik bagi emas. Pada saat yang sama, indeks dolar Amerika juga tercatat melemah. Dari posisi 97,77 turun menjadi 97,45. Pelemahan dolar berarti pembelian emas yang menggunakan mata uang tersebut menjadi relatif lebih murah, sehingga meningkatkan daya tarik emas di pasar global.
Pasar Menanti Data Ekonomi Baru
Meski harga emas sudah menyentuh rekor, pasar masih menunggu data-data penting yang bisa menentukan arah selanjutnya. Rilis data harga produsen Amerika dijadwalkan pada Rabu, sementara data harga konsumen akan keluar pada Kamis. Keduanya akan menjadi penentu bagaimana The Fed mengambil keputusan dalam beberapa bulan ke depan. Fawad Razaqzada, analis pasar dari City Index dan FOREX.com, menilai bahwa tren emas masih bisa berlanjut. “Jika pelemahan data Amerika berlanjut, momentum bullish emas kemungkinan akan terus berjalan, karena dolar dan imbal hasil terus turun,” ujarnya. Namun, ia juga memberi catatan. Jika data menunjukkan daya tahan ekonomi yang mengejutkan, maka harga emas bisa terkoreksi dari level tinggi ini.
Simbol Kepercayaan di Tengah Ketidakpastian
Bagi banyak orang, emas tidak hanya dilihat sebagai komoditas investasi, tetapi juga sebagai simbol keamanan di tengah gejolak. Ketika mata uang melemah atau ekonomi terguncang, emas selalu menjadi pilihan lindung nilai. Lonjakan harga emas hingga menembus US$3.600 menunjukkan bahwa kepercayaan terhadap logam mulia ini masih sangat kuat. Fenomena ini juga mencerminkan bagaimana ketidakpastian global mendorong investor mencari aset aman. Mulai dari tensi geopolitik, perubahan iklim ekonomi dunia, hingga arah kebijakan moneter, semuanya membuat emas kembali bersinar. Bahkan di kalangan masyarakat umum, emas tetap menjadi instrumen yang paling mudah dipahami dan diakses. Banyak orang membeli emas tidak hanya untuk investasi, tetapi juga untuk simpanan masa depan yang lebih aman. Lonjakan harga kali ini tentu semakin meneguhkan keyakinan bahwa emas tetap relevan di era modern.
Dengan segala faktor pendorong yang ada, peluang emas untuk terus menguat masih terbuka lebar. Seiring investor menanti keputusan The Fed dan perkembangan ekonomi global, logam mulia ini tampaknya akan tetap menjadi pusat perhatian dunia keuangan. (hans)