Kanal24, Malang – Pernahkah Anda merasa sudah tidur cukup, namun tetap bangun dengan tubuh terasa lemas, otak masih mengantuk, dan semangat sulit muncul? Jika ya, Anda tidak sendirian. Banyak orang mengalami kondisi serupa, meskipun telah tidur selama delapan jam atau lebih. Fenomena ini sering kali membuat frustasi karena bertolak belakang dengan anggapan bahwa durasi tidur panjang pasti membuat tubuh segar.
Namun ternyata, bukan hanya kuantitas tidur yang penting, melainkan juga kualitasnya. Para ahli tidur mengungkapkan bahwa ada sejumlah faktor yang bisa menyebabkan tubuh tetap terasa lelah meski jam tidur sudah terpenuhi. Berikut delapan penyebab umum serta solusinya agar Anda bisa bangun lebih segar dan berenergi setiap hari.
Baca juga:
Harga Terjangkau, Mobil Listrik Jadi Pilihan Cerdas 2025
1. Sleep Inertia: Otak Butuh Waktu untuk Bangun
Sleep inertia adalah kondisi di mana tubuh dan otak belum sepenuhnya “terjaga” meski mata sudah terbuka. Rasa lemas dan bingung ini bisa berlangsung 15 menit hingga satu jam, bahkan lebih jika tidur terganggu atau terbangun di fase tidur terdalam. Solusinya? Hindari alarm mendadak dan coba teknik sleep cycle tracking untuk bangun di fase tidur ringan.
2. Paparan Cahaya Biru Sebelum Tidur
Kebiasaan menatap layar ponsel atau TV sebelum tidur bisa mengganggu produksi melatonin, hormon yang memicu kantuk. Hal ini membuat tidur tidak nyenyak dan menyebabkan rasa lelah keesokan harinya. Pakar tidur menyarankan untuk menjauhkan perangkat elektronik minimal satu jam sebelum tidur dan menjaga kamar tetap gelap dan sejuk.
3. Kebiasaan Tidur yang Buruk (Poor Sleep Hygiene)
Kamar tidur yang bising, terlalu terang, kasur tidak nyaman, atau jadwal tidur yang tidak teratur merupakan bagian dari sleep hygiene yang buruk. Rutinitas tidur yang konsisten, suasana kamar yang tenang, serta bantal dan kasur yang menopang tubuh dengan baik bisa meningkatkan kualitas tidur secara signifikan.
4. Konsumsi Kafein dan Alkohol Jelang Tidur
Kafein bersifat stimulan dan bisa bertahan di dalam tubuh selama berjam-jam, sementara alkohol mengganggu fase tidur REM yang sangat penting untuk pemulihan tubuh. Untuk menghindari efek negatif ini, disarankan tidak mengonsumsi kafein atau alkohol minimal empat jam sebelum tidur.
5. Gangguan Tidur Seperti Sleep Apnea
Sleep apnea adalah gangguan serius yang menyebabkan pernapasan terhenti sesaat selama tidur, sering kali tanpa disadari. Hal ini menyebabkan tidur menjadi terputus-putus dan tidak restoratif. Gejalanya termasuk mendengkur keras dan kantuk ekstrem di siang hari. Jika mencurigai kondisi ini, segera konsultasikan ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.
6. Faktor Genetik: Morning Person atau Night Owl
Tipe kronotipe — apakah seseorang lebih aktif di pagi atau malam hari — sebagian besar ditentukan oleh genetik. Seseorang yang alami sebagai “night owl” mungkin akan kesulitan bangun pagi dalam kondisi segar, meski sudah tidur cukup. Meskipun tidak bisa diubah sepenuhnya, ritme ini bisa disesuaikan perlahan dengan pola hidup yang konsisten.
7. Kurang Aktivitas Fisik
Gaya hidup sedentari atau kurang gerak juga dapat menurunkan kualitas tidur. Berolahraga ringan secara rutin — seperti berjalan kaki, yoga, atau bersepeda — terbukti bisa memperdalam tidur malam dan membuat tubuh lebih bertenaga saat bangun.
Baca juga:
Fenomena Pekerja Kantoran Marah dianggap “Emosi Sesaat”
8. Masalah Kesehatan Mental
Kondisi seperti stres kronis, kecemasan, atau depresi bisa mengganggu pola tidur dan menyebabkan kelelahan yang terus menerus. Dalam banyak kasus, penderita mengalami insomnia atau justru tidur berlebihan namun tetap merasa lelah. Mengelola stres melalui meditasi, terapi, atau bantuan profesional bisa menjadi kunci memperbaiki kualitas tidur.
Tidur cukup belum tentu tidur berkualitas. Dengan memahami penyebab kelelahan di pagi hari, Anda bisa mulai memperbaiki kebiasaan tidur, lingkungan, serta gaya hidup secara menyeluruh. Jika rasa lelah terus berlanjut meski sudah melakukan berbagai upaya, konsultasikan dengan tenaga medis untuk mencari akar masalah yang lebih dalam. (dht)