Kanal24, Malang – Pemanfaatan keterampilan digital dan teknologi informasi menjadi kunci dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Hal ini disampaikan oleh Prof. Alvaro Rocha dari University of Lisbon dalam The 4th Brawijaya Economics and Finance International Conference (BEFIC) 2025 yang digelar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB UB), Kamis (18/9/2025).
Menurut Rocha, keterampilan digital yang baik serta adopsi teknologi komunikasi dan informasi mutakhir secara langsung berdampak pada kemajuan ekonomi.
“Keterampilan digital yang mumpuni dan adopsi teknologi terbaru akan berimplikasi pada pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan keuntungan organisasi maupun negara,” jelasnya.
Namun, Rocha juga menekankan pentingnya mengintegrasikan inovasi digital dengan keberlanjutan. Ia mencontohkan penggunaan teknologi berbasis kecerdasan buatan seperti ChatGPT yang membutuhkan sumber daya besar, termasuk konsumsi air dalam jumlah tinggi.
“Kita harus mencari solusi agar pemanfaatan teknologi digital tidak justru menguras sumber daya alam. Pertumbuhan ekonomi harus tetap memperhatikan konservasi air dan sumber daya alam lainnya,” ujarnya.
Dalam konteks Indonesia, Rocha menilai arah pembangunan digital sebaiknya meniru praktik terbaik dari negara-negara yang berhasil memperkuat ekonominya lewat inovasi teknologi. Ia menyebut India sebagai contoh nyata, yang dalam satu dekade terakhir berhasil naik dari peringkat ke-10 menjadi kekuatan ekonomi terbesar ke-4 dunia berkat lompatan di bidang teknologi dan sumber daya manusia.
“Resepnya sama, setiap negara harus menyediakan infrastruktur teknologi terbaik serta pelatihan keterampilan digital yang luas, agar warga dan organisasi memiliki fondasi untuk mendorong ekonomi,” tambahnya.

Sementara itu, Assoc. Prof. Tutut Herawan dari Universitas Malaya menyoroti perkembangan Artificial Intelligence (AI) dan Big Data yang kini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern. Ia menjelaskan, sejarah perkembangan AI dan karakteristik big data membuka peluang besar untuk mendukung pengambilan keputusan di sektor industri, pemerintahan, maupun pendidikan.
“Banyak tools AI dan big data yang bisa dimanfaatkan untuk mengumpulkan data, membersihkan, menganalisis, hingga memvisualisasikan data dengan cepat dan akurat. Semua itu dapat membantu para pemimpin di industri maupun pemerintahan dalam mengambil keputusan yang lebih tepat,” ungkap Tutut.
Tutut menambahkan, digital innovation telah merevolusi berbagai sektor, termasuk perbankan, melalui sistem replikasi data lintas wilayah yang memperkuat keamanan informasi. Namun, ia menegaskan bahwa AI bukanlah pengganti manusia, melainkan pelengkap.
“AI tidak menggantikan manusia, tapi melengkapi. Justru mahasiswa harus berani mengeksplorasi AI dan big data, baik untuk pembelajaran maupun persiapan masuk dunia kerja,” katanya.
Ia juga menekankan agar generasi muda Indonesia tidak hanya menjadi pengguna, tetapi mampu berinovasi menciptakan algoritma dan teknologi baru yang dapat bersaing di tingkat global.
BEFIC 2025 yang diselenggarakan FEB UB ini menjadi forum internasional penting untuk mendiskusikan transformasi ekonomi digital dan pembangunan berkelanjutan. Kehadiran para pakar dari berbagai negara diharapkan dapat memperkaya wawasan mahasiswa sekaligus memperkuat jejaring akademik global.