Kanal24, Malang — PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk terus mempercepat pemulihan operasional pascapandemi dengan menargetkan penambahan tujuh armada baru sepanjang 2025. Dari jumlah itu, lima pesawat telah lebih dulu tiba dan mulai dioperasikan sejak awal tahun. Penambahan ini menjadi langkah terbesar perusahaan setelah sempat terpuruk akibat pandemi yang memaksa pengurangan armada hampir separuh dari jumlah normalnya.
Penambahan Armada dan Target Penumpang
Direktur Niaga Garuda Indonesia, Reza Aulia Hakim, menegaskan bahwa tahun ini maskapai pelat merah tersebut menargetkan total tujuh armada baru sebagai bagian dari strategi pemulihan. Hingga Agustus 2025, jumlah armada Garuda mencapai 78 unit, dengan komposisi 32 pesawat berbadan lebar (wide-body) dan 46 pesawat berbadan ramping (narrow-body).
Baca juga:
Bappeda Jatim: Riset UB Jadi Pijakan Perbaikan Penanggulangan Kemiskinan
Dengan penambahan tersebut, Garuda memproyeksikan dapat mengangkut sekitar 12,2 juta penumpang sepanjang 2025, atau setara dengan 11,6 persen pangsa pasar nasional. Proyeksi ini sejalan dengan tren peningkatan penumpang transportasi udara Indonesia yang diperkirakan mencapai 105 juta orang tahun ini. Reza menyebutkan, penambahan armada tidak hanya untuk meningkatkan kapasitas, tetapi juga untuk memperluas jaringan penerbangan domestik maupun internasional agar mampu bersaing dengan maskapai lain di pasar regional.
Jejak Pemulihan Pasca-Pandemi
Pandemi COVID-19 meninggalkan dampak besar bagi Garuda Indonesia. Pada periode 2019–2020, jumlah armada sempat mencapai 142 unit. Namun, pada 2022 angka tersebut anjlok hingga hanya 68 unit karena banyak pesawat harus dikembalikan atau diparkir akibat keterpurukan finansial dan turunnya permintaan. Kondisi tersebut berimbas langsung pada jumlah penumpang, yang hanya mencapai 5,6 juta orang pada 2022.
Seiring membaiknya kondisi pasar penerbangan, jumlah armada Garuda perlahan pulih. Tahun 2023 tercatat 71 unit, naik menjadi 73 unit pada 2024, dan kini mencapai 78 unit per Agustus 2025. Bersamaan dengan itu, jumlah penumpang juga melonjak signifikan, dari 5,6 juta pada 2022 menjadi 11,4 juta pada 2024. Peningkatan ini menunjukkan pemulihan permintaan yang kuat, sekaligus memperlihatkan keberhasilan strategi restrukturisasi yang ditempuh manajemen baru Garuda Indonesia.
Rencana Jangka Panjang dan Optimalisasi Armada
Selain menambah tujuh armada baru tahun ini, Garuda Indonesia juga menghadapi agenda besar terkait kesepakatan pembelian 50 pesawat Boeing yang sudah ada sejak sebelum pandemi. Dari jumlah tersebut, baru satu unit yang terealisasi, sementara 49 unit sisanya diperkirakan baru bisa mulai diterima pada 2031–2032 karena panjangnya antrean produksi global Boeing. Garuda menyatakan tengah melakukan komunikasi intensif dengan pabrikan asal Amerika Serikat itu untuk memastikan spesifikasi armada yang sesuai kebutuhan jangka panjang.
Baca juga:
Strategi Paket Ekonomi 2025: 8+4+5 Diluncurkan
Sambil menunggu pengiriman Boeing, fokus utama Garuda saat ini adalah mengoptimalkan armada yang sudah ada. Pemegang saham mayoritas melalui Danantara telah mengucurkan lebih dari USD 400 juta untuk perawatan pesawat agar unit yang sebelumnya tidak beroperasi bisa kembali terbang. Optimalisasi ini mendesak, mengingat rata-rata waktu operasional pesawat Garuda baru sekitar 5 jam per hari, padahal standar industri idealnya mencapai 12 jam.
Langkah tersebut diyakini menjadi kunci bagi Garuda untuk meningkatkan efisiensi biaya, memperbesar pendapatan, serta menyeimbangkan struktur keuangan yang sempat terguncang. Dengan strategi jangka pendek berupa optimalisasi dan penambahan armada terbatas, serta rencana jangka panjang melalui pembelian Boeing, Garuda Indonesia menargetkan dapat memperkuat posisinya sebagai maskapai nasional yang kompetitif di tingkat regional. (nid)