Kanal24, Malang – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus memperkuat upaya edukasi keuangan bagi generasi muda melalui kegiatan Financial Literacy for Youth: Membangun Kemandirian Finansial dan Karir Cemerlang, dalam rangka Bulan Inklusi Keuangan (BIK) 2025. Kegiatan ini digelar di Gedung Samantha Krida Universitas Brawijaya (UB), Malang, pada Minggu (6/10/2025).
Acara yang diikuti ratusan mahasiswa ini menghadirkan berbagai narasumber dari industri keuangan dan akademisi. Tujuannya, membekali generasi muda agar cerdas mengelola uang, memahami instrumen investasi legal, dan terhindar dari jebakan investasi bodong yang marak menjerat masyarakat.
Investasi Sejak Muda, Hindari Penipuan Finansial
Kepala OJK Malang, Farid Faletehan, menegaskan pentingnya literasi finansial sejak usia muda, terutama di era digital yang penuh tawaran investasi berisiko.
“Bulan Inklusi Keuangan ini kami gunakan untuk mengenalkan anak muda pada investasi yang benar—dari lembaga resmi yang diawasi OJK. Banyak yang berpikir investasi butuh modal besar, padahal dengan Rp100 ribu saja sudah bisa membeli saham di pasar modal,” jelasnya.
Farid menambahkan, OJK mencatat pertumbuhan signifikan jumlah investor muda di Malang. “Selama setahun terakhir, ada sekitar 13 ribu investor baru di Malang, dan 54 persen di antaranya adalah anak muda di bawah 30 tahun. Ini menunjukkan semangat yang positif, tapi harus diimbangi dengan literasi agar tidak salah langkah,” ujarnya.
Namun, di balik peningkatan jumlah investor, masih banyak masyarakat yang menjadi korban penipuan. Berdasarkan data OJK Malang, terdapat lebih dari 1.700 laporan pengaduan, dan 11 persen di antaranya adalah korban investasi ilegal.
“Jenis penipuannya bermacam-macam, mulai dari tautan palsu di WhatsApp hingga penawaran investasi dengan janji keuntungan tidak masuk akal. Karena itu, literasi keuangan menjadi benteng utama,” tegasnya.
Mahasiswa Perlu Pahami ‘Investasi dari Leher ke Atas’
Menurut Farid, berinvestasi bukan hanya soal uang, tapi juga soal pengetahuan. “Sebelum menaruh uang, investasikan dulu waktu untuk belajar. Kami selalu bilang, mulai investasi dari leher ke atas. Artinya, pahami dulu cara kerja pasar modal, risikonya, dan lembaga yang terlibat,” ujarnya.
Ia juga mengajak mahasiswa untuk mulai merencanakan keuangan pribadi. “Sisihkan minimal 10 persen dari pendapatan atau uang bulanan untuk tabungan atau investasi. Tidak perlu besar, yang penting konsisten dan dilakukan secara sadar,” tambahnya.

UB Dorong Mahasiswa Miliki Kemandirian Finansial
Wakil Rektor Bidang Akademik Universitas Brawijaya, Prof. Dr. Ir. Imam Santoso, MP, menyambut baik kolaborasi OJK dengan perguruan tinggi. Ia menilai kegiatan ini strategis untuk membentuk generasi muda yang tidak hanya cerdas akademik, tetapi juga mandiri secara finansial.
“Kegiatan ini merupakan upaya strategis agar mahasiswa mendapatkan wawasan langsung dari para pakar tentang literasi keuangan dan investasi. UB berkomitmen mendukung OJK dalam membangun generasi melek finansial,” ungkap Imam.
UB, lanjutnya, juga telah menyediakan berbagai fasilitas pendukung literasi keuangan di kampus. “Kami sudah memiliki pojok investasi dan forum edukatif seperti kuliah tamu dan workshop, agar mahasiswa bisa belajar langsung tentang investasi yang aman dan bertanggung jawab,” jelasnya.
Menurut Imam, kemandirian finansial menjadi bagian penting dari pembentukan karakter mahasiswa. “Mahasiswa yang paham cara mengelola uang dan berinvestasi dengan bijak akan tumbuh menjadi individu yang produktif dan berdaya saing tinggi di masa depan,” tuturnya.

Bangun Generasi Muda yang Cerdas Finansial
Kegiatan literasi keuangan ini juga menjadi momentum penting untuk memperkuat kolaborasi antara regulator, akademisi, dan mahasiswa. Melalui edukasi yang masif, OJK dan UB berharap mahasiswa dapat menjadi agen literasi di lingkungan sekitarnya.
“Jangan mudah tergiur dengan iming-iming untung besar. Kalau tidak masuk akal, hampir pasti itu jebakan. Kenali, pahami, baru investasikan,” kata Farid
Dengan semangat Bulan Inklusi Keuangan 2025, kegiatan ini menjadi pengingat bahwa kemandirian finansial tidak datang dari seberapa besar uang yang dimiliki, melainkan dari seberapa baik seseorang memahami dan mengelolanya.