Kanal24, Malang – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan bahwa ASEAN Digital Economy Framework Agreement (DEFA) Putaran ke-14 di Jakarta menjadi tonggak penting dalam mempercepat integrasi ekonomi digital kawasan Asia Tenggara. Pertemuan ini digelar selama empat hari di Jakarta dan dihadiri oleh Chief Negotiator dari seluruh negara anggota ASEAN serta perwakilan ASEAN Secretariat. Target utama pertemuan kali ini adalah menyelesaikan 70 persen dari keseluruhan draf DEFA yang direncanakan rampung pada tahun 2026.
Dalam konferensi pers pada Selasa (7/10/2025), Airlangga menyampaikan bahwa kesepakatan DEFA menjadi bagian penting dalam memperkuat posisi ASEAN sebagai kekuatan ekonomi digital global. “Dalam pertemuan ASEAN Economic Minister sebelumnya, ditargetkan bahwa pertemuan di Indonesia dan di Jakarta ini akan mendorong DEFA untuk mencapai 70 persen dari kemajuan yang bisa dicapai di tahun 2026. Dan tentunya ini menjadi sangat penting untuk bisa dilaksanakan,” ujarnya.
Baca juga:
Expo PKM-BOX 2025 Tumbuhkan Semangat Wirausaha Mahasiswa FTP
Fokus Negosiasi: Layanan Keuangan dan Sistem Pembayaran Digital
Airlangga menjelaskan, para perunding dan Senior Economic Officials telah menyepakati lima pasal utama yang perlu diselesaikan segera, yakni terkait layanan keuangan, bea masuk transmisi elektronik, perlakuan non-diskriminatif terhadap produk digital, pembangunan kabel bawah laut, serta fleksibilitas sistem pembayaran elektronik lintas negara.
Bea masuk transmisi elektronik, lanjut Airlangga, akan mengacu pada regulasi WTO yang saat ini masih melakukan moratorium terhadap pengenaan bea tersebut. “Isu-isu ini menjadi krusial karena menyangkut konektivitas dan keadilan ekonomi digital di kawasan,” katanya.
Ia menegaskan, capaian 70 persen DEFA pada tahun 2026 akan menjadi momentum penting bagi ASEAN dalam menandai kesiapan memasuki era baru ekonomi digital yang lebih terintegrasi dan inklusif.
Ekonomi Digital ASEAN Tumbuh Pesat
Dalam kesempatan itu, Airlangga juga menyoroti pertumbuhan pesat ekonomi digital ASEAN. Dengan populasi mencapai 680 juta jiwa, kawasan ini kini menjadi salah satu pasar digital paling dinamis di dunia. Berdasarkan data 2024, ekonomi digital ASEAN telah mencapai nilai USD 263 miliar, dan diproyeksikan tumbuh menjadi USD 1 triliun pada 2030. Namun, jika implementasi DEFA berjalan optimal, nilai tersebut bahkan bisa melonjak hingga USD 2 triliun.
“ASEAN menjadi pasar digital paling dinamis di dunia. Dengan DEFA, proyeksinya bisa double — dari USD 1 triliun menjadi USD 2 triliun,” ujar Airlangga optimistis.
Indonesia sendiri memegang peran dominan dalam perekonomian digital ASEAN, dengan nilai transaksi mencapai USD 90 miliar pada 2024. Pemerintah menargetkan nilai tersebut meningkat empat kali lipat menjadi USD 360 miliar pada 2030 melalui dukungan terhadap inovasi dan penguatan ekosistem digital nasional.
Tantangan dan Harmonisasi Regulasi
Meski prospek ekonomi digital ASEAN sangat menjanjikan, Airlangga menyoroti masih adanya tantangan besar yang harus dihadapi bersama. Salah satunya adalah perbedaan regulasi antarnegara yang kerap menghambat kelancaran transaksi lintas batas. Harmonisasi kebijakan menjadi kunci agar integrasi digital dapat berjalan efektif.
Selain itu, keterbatasan akses pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) terhadap pasar digital regional juga menjadi perhatian serius. Airlangga menegaskan bahwa dukungan terhadap UMKM harus diperkuat, baik melalui pelatihan digitalisasi maupun penyederhanaan sistem pembayaran elektronik lintas negara. “Tantangan adalah perbedaan regulasi antar negara yang perlu diharmonisasi dan keterbatasan dari UMKM untuk tembus lintas batas,” pungkasnya.
AI Jadi Mesin Pertumbuhan Ekonomi Baru
Selaras dengan arah kebijakan digital ASEAN, pemerintah Indonesia juga tengah memperkuat transformasi ekonomi berbasis teknologi, termasuk pengembangan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI). Airlangga menilai, AI akan menjadi game changer yang membawa Indonesia menuju visi negara maju 2045.
Dalam KAGAMA Leaders Forum: Indonesia Merdeka AI di Jakarta (28/9/2025), Airlangga menegaskan bahwa AI adalah keniscayaan. “AI akan membawa Indonesia dari posisi negara ke-16 di G20 menuju empat besar pada 2045,” ujarnya.
Baca juga:
Pre-Event Commart 2025 Hidupkan Kreativitas Mahasiswa
Pemerintah telah menyiapkan sejumlah langkah strategis untuk mendukung hal tersebut, antara lain melalui kebijakan ekonomi terbaru (paket 8+4+5) yang mencakup digitalisasi, pelatihan, dan program pemagangan bagi lulusan perguruan tinggi. Skema pemagangan ini memungkinkan peserta untuk bekerja selama enam bulan dengan dukungan honor dari pemerintah, menargetkan 20 ribu peserta di tahap awal.
Langkah ini diharapkan dapat memperkuat kesiapan tenaga kerja muda Indonesia menghadapi transformasi digital global, sekaligus mempercepat pemanfaatan AI dalam berbagai sektor industri.
Dengan sinergi antara implementasi DEFA di tingkat regional dan penguatan transformasi digital nasional, ASEAN—khususnya Indonesia—diharapkan mampu menjadi pusat pertumbuhan ekonomi digital dunia yang inklusif, kompetitif, dan berkelanjutan. (nid)