Kanal24, Malang – Pemerintah Indonesia kini mengambil langkah besar dalam transformasi sektor pertanian melalui komitmen investasi senilai Rp371 triliun yang disiapkan oleh Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) bekerja sama dengan Kementerian Pertanian (Kementan) dan sejumlah kementerian terkait. Langkah ini menjadi bagian dari strategi hilirisasi nasional yang tidak hanya berfokus pada peningkatan produksi di hulu, tetapi juga penguatan rantai nilai di hilir agar komoditas pertanian, perkebunan, hortikultura, dan peternakan memiliki nilai tambah yang jauh lebih tinggi di pasar domestik maupun global.
Fokus Investasi dan Komoditas Unggulan
Dari hasil pertemuan finalisasi program, dana sebesar Rp371 triliun ini akan difokuskan pada pengembangan komoditas unggulan seperti kelapa, kakao, mete, sawit, dan kelapa dalam. Tujuannya adalah untuk menciptakan sistem pengolahan yang terintegrasi dari petani hingga industri pengolahan, sehingga Indonesia tidak lagi hanya mengekspor bahan mentah, tetapi juga produk jadi atau setengah jadi yang bernilai ekonomi tinggi. Dampak langsung dari program ini diharapkan mampu menciptakan jutaan lapangan kerja baru, dengan proyeksi hingga delapan juta tenaga kerja yang akan terserap di berbagai wilayah sentra produksi nasional.
Baca juga:
FP UB Desak Transformasi Sistem Pangan: Dari Sawah ke Meja Makan, Masih Banyak Lubang
Salah satu contoh nyata keberhasilan hilirisasi yang dijadikan acuan pemerintah terlihat di Maluku Utara. Di daerah tersebut, harga kelapa yang sebelumnya hanya sekitar Rp600 per butir melonjak hingga Rp3.500 setelah diterapkannya pengolahan dalam negeri. Melalui model seperti ini, potensi nilai ekspor komoditas dapat meningkat drastis. Bahkan, jika pengolahan dalam negeri dijalankan optimal, nilai ekspor kelapa Indonesia bisa melonjak dari Rp24 triliun menjadi Rp2.400 triliun. Selain itu, pemerintah juga menyiapkan tambahan alokasi sebesar Rp20 triliun khusus untuk memperkuat pasokan ayam dan telur dalam mendukung program makan bergizi gratis bagi anak-anak sekolah.
Nilai Tambah dan Dampak Ekonomi Nasional
Dari sisi strategis, kebijakan hilirisasi ini akan membawa dampak besar bagi ekonomi nasional. Pertama, hilirisasi akan meningkatkan nilai tambah produk pertanian yang selama ini diekspor dalam bentuk mentah. Dengan mengolah hasil pertanian di dalam negeri, Indonesia tidak hanya memperoleh keuntungan ekonomi lebih besar, tetapi juga mendorong pertumbuhan industri pendukung seperti logistik, kemasan, dan distribusi. Kedua, program ini akan menjadi katalis dalam menciptakan lapangan kerja baru, terutama di pedesaan yang selama ini bergantung pada pertanian tradisional. Ketiga, hilirisasi juga berperan penting dalam memperkuat ketahanan pangan nasional serta daya saing ekspor komoditas unggulan Indonesia di pasar global.
Namun, di balik optimisme besar tersebut, sejumlah tantangan juga mengintai. Studi kelayakan dan perencanaan implementasi harus disusun dengan cermat agar investasi sebesar ini tidak terhambat di tengah jalan. Pemerintah melalui Danantara menegaskan bahwa tahap pra-studi kelayakan akan segera diselesaikan sebagai fondasi awal pelaksanaan program. Tantangan lain datang dari pentingnya memastikan keterlibatan petani kecil dalam rantai pasok agar manfaat program ini tidak hanya dinikmati oleh perusahaan besar. Selain itu, persoalan infrastruktur seperti akses jalan, listrik, dan transportasi di daerah penghasil komoditas juga menjadi faktor penting yang harus dibenahi untuk memperlancar distribusi bahan baku dan hasil olahan.
Aspek Keberlanjutan dan Lingkungan
Dari perspektif keberlanjutan, program hilirisasi ini juga perlu memperhatikan aspek lingkungan dan sosial. Pengolahan komoditas dalam skala besar berpotensi menimbulkan dampak ekologis, terutama pada komoditas seperti sawit yang kerap menjadi sorotan dunia. Oleh karena itu, pendekatan yang ramah lingkungan dan berbasis keberlanjutan menjadi syarat utama agar program ini tidak sekadar mengejar nilai ekonomi, tetapi juga menjaga keseimbangan ekosistem.
Khusus bagi daerah seperti Malang dan wilayah Jawa Timur, kebijakan ini memiliki potensi manfaat yang besar. Sebagai salah satu sentra produksi tanaman perkebunan dan peternakan, daerah ini dapat menjadi bagian dari rantai hilirisasi nasional dengan membuka peluang usaha baru di bidang pengolahan hasil pertanian, logistik, serta pemasaran produk. Selain menciptakan lapangan kerja, program ini juga dapat meningkatkan daya saing daerah dalam mendukung ketahanan pangan nasional.
Secara keseluruhan, komitmen investasi Rp371 triliun untuk hilirisasi sektor pertanian menandai dimulainya era baru pembangunan ekonomi Indonesia yang lebih berkelanjutan. Jika dikelola dengan baik, program ini akan mengubah wajah sektor pertanian dari yang selama ini identik dengan ekspor bahan mentah menjadi pusat pengolahan produk bernilai tinggi. Transformasi ini tidak hanya akan memperkuat posisi Indonesia di pasar global, tetapi juga menghadirkan kesejahteraan nyata bagi jutaan petani dan pelaku usaha di seluruh pelosok negeri. (nid)










