Kanal24, Malang — Isu kesehatan mental kini menjadi perhatian serius di berbagai kalangan, termasuk dunia akademik. Stres, kelelahan emosional, hingga tekanan pekerjaan dan studi sering kali menjadi pemicu gangguan psikologis yang berdampak pada produktivitas dan kebahagiaan seseorang. Menyadari hal tersebut, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya (FPIK UB) menggelar kegiatan “Mental Health Corner” pada Rabu (12/11/2025) di Gedung B FPIK UB. Acara ini menghadirkan berbagai narasumber, di antaranya dr. Lena Sawitri (dokter konsultan), Wiwin Lukitohadi (ketua pelaksana), Prof. Dr.Sc. Asep Awaludin Prihanto, S.Pi., M.P. (Dekan FPIK UB), Royani Liza Hayati (Ketua Dharma Wanita Persatuan UB), serta Rani Ulfa Widodo, istri Rektor Universitas Brawijaya.
Kegiatan untuk Menyambut Dies Natalis FPIK UB
Dekan FPIK UB, Prof. Dr.Sc. Asep Awaludin Prihanto, menjelaskan bahwa kegiatan Mental Health Corner merupakan bagian dari rangkaian acara menyambut Dies Natalis fakultas. Selain kegiatan kesehatan mental, FPIK juga menggelar donor darah sebagai bentuk kepedulian sosial.
Baca juga:
Otrovert Kepribadian Baru di Luar Pola Umum

“Iya, ini kegiatan yang kami adakan dalam rangka menyambut Dies Natalis. Ada dua kegiatan hari ini, yakni Mental Health Corner untuk dosen, tendik, dan mahasiswa, serta donor darah yang rutin kami lakukan setiap enam bulan,” ungkap Prof. Asep.
Ia menambahkan, kegiatan ini tidak hanya sekadar peringatan, tetapi juga bentuk kepedulian terhadap kondisi psikologis sivitas akademika UB yang belakangan menunjukkan peningkatan kadar stres. Oleh karena itu, FPIK bersama Dharma Wanita Persatuan (DWP) berkomitmen untuk menjadikan kegiatan ini agenda rutin yang memberikan kontribusi nyata dalam menjaga keseimbangan mental di lingkungan kampus.
Kesehatan Mental sebagai Kunci Kesehatan Fisik
Dokter konsultan dr. Lena Sawitri menekankan bahwa kesehatan mental dan fisik merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Menurutnya, berbagai keluhan fisik seperti insomnia, sakit kepala, atau ketegangan otot sering kali berawal dari gangguan emosional yang belum terselesaikan.
“Tubuh kita tidak hanya terdiri dari fisik, tetapi juga emosi dan mental. Biasanya, sakit fisik diawali dari mental atau emosi yang terganggu. Karena itu, kita perlu belajar melepaskan emosi negatif agar tidak menumpuk dan menimbulkan penyakit psikosomatis,” jelasnya.
Ia pun mengapresiasi inisiatif FPIK UB yang secara rutin mengadakan kegiatan seperti ini. “Saya berharap Mental Health Corner bisa lebih sering dilaksanakan agar dosen, karyawan, dan mahasiswa di UB benar-benar memiliki kesehatan mental yang baik,” tambahnya.
Ruang Aman untuk Melepaskan Emosi Negatif
Ketua pelaksana, Wiwin Lukitohadi, menjelaskan bahwa Mental Health Corner dirancang sebagai “ruang aman” bagi seluruh peserta untuk menyalurkan emosi tanpa rasa takut atau malu. Kegiatan ini terdiri atas beberapa tahapan, mulai dari pranik psikoterapi hingga access bar — metode stimulasi pada 32 titik kepala untuk meredakan ketegangan dan menghapus energi negatif.
“Tujuannya agar peserta bisa lebih rileks, tidur lebih nyenyak, dan berkonsentrasi dengan lebih baik. Tahun ini kami melibatkan 14 terapis dan sekitar 50 peserta, kemungkinan bisa bertambah karena banyak yang tertarik setelah melihat hasilnya,” terang Wiwin.
Ia juga menegaskan bahwa kegiatan ini terbuka untuk seluruh sivitas akademika, bahkan untuk fakultas lain di lingkungan UB. “Kami siap bekerja sama jika fakultas lain ingin mengadakan kegiatan serupa. Harapan kami, setelah diterapi, para peserta bisa lebih tenang dan siap menghadapi tantangan sehari-hari,” imbuhnya.
Dukungan dari Dharma Wanita dan Pimpinan Universitas
Kegiatan ini mendapat dukungan penuh dari Dharma Wanita Persatuan (DWP) UB. Royani Liza Hayati, Ketua DWP UB, menyebut kegiatan ini sebagai langkah positif untuk membantu para dosen, tenaga kependidikan, dan karyawan menghadapi stres yang mungkin mereka alami.
“Sebagai Ketua DWP, saya merasa kegiatan ini sangat bermanfaat. Saya sendiri sudah mencoba terapi dan merasakan efeknya — lebih rileks dan tenang. Semoga kegiatan ini terus berlanjut dan menjadi program utama universitas di tahun depan,” ujarnya.

Sementara itu, Rani Ulfa Widodo, Ketua DWP UB, menilai kegiatan ini penting untuk menjaga keseimbangan antara kesehatan fisik dan mental. “Kesehatan mental sangat memengaruhi produktivitas seseorang, baik dalam belajar maupun bekerja. Saya berharap kegiatan seperti ini bisa dilakukan di seluruh fakultas,” tuturnya.
Menurutnya, kegiatan seperti Mental Health Corner juga membantu peserta menata diri dan belajar mengendalikan stres. “Yang paling penting adalah bagaimana kita bisa fokus dan mampu mengelola tekanan agar tetap semangat menjalani aktivitas,” tambahnya.
Menuju Kampus yang Sehat Secara Holistik
Melalui Mental Health Corner, FPIK UB menunjukkan komitmennya dalam membangun lingkungan akademik yang sehat secara menyeluruh — tidak hanya dari segi fisik, tetapi juga mental dan emosional. Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi fakultas lain di Universitas Brawijaya untuk lebih memperhatikan aspek psikologis dalam keseharian sivitas akademika.
Dengan antusiasme peserta dan dukungan penuh dari pimpinan universitas, FPIK UB optimistis kegiatan ini akan menjadi agenda rutin yang berkelanjutan. Seperti disampaikan Prof. Asep, “Semoga Mental Health Corner bisa terus kita lakukan secara berkesinambungan, menjadi wujud nyata kepedulian kita terhadap kesejahteraan seluruh keluarga besar Universitas Brawijaya.” (nid/dht)










