Kanal24, Malang – Di tengah potensi ekonomi yang belum tergarap, Desa Argosari, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang, menghadapi tantangan klasik yang kerap ditemui di wilayah pedesaan: melimpahnya sumber daya namun minim inovasi pengelolaan. Salah satu potensi besar datang dari limbah pabrik pemotongan ayam di sekitar desa, yang menghasilkan hingga dua ton usus ayam setiap harinya—namun sebagian besar masih terbuang percuma. Melihat peluang tersebut, tim dosen dari STIE Malangkuçeçwara (ABM Malang) pun turun tangan, membawa misi untuk mengubah limbah menjadi sumber ekonomi baru melalui program pelatihan bagi warga, khususnya TP PKK.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) yang telah konsisten dilakukan oleh kampus tersebut sejak 2011. Pelatihan yang digelar di Balai Desa Argosari pada awal November ini diikuti lebih dari 40 kader dan pengurus PKK dari tiga dusun, dengan fokus utama pada pengolahan usus ayam menjadi camilan bernilai jual, yakni kripik usus.

Ketua Tim Pengabdian kepada Masyarakat STIE Malangkuçeçwara, Dra. Dwi Danesty Deccasari, MM., menjelaskan bahwa ide pelatihan ini lahir dari hasil observasi lapangan yang menunjukkan banyaknya limbah usus yang belum termanfaatkan.
“Pelatihan pembuatan kripik usus ayam ini dilaksanakan karena ada potensi usus yang tidak digunakan hingga dua ton. Menurut kami ini dapat dimanfaatkan sehingga usus yang awalnya tidak terpakai ini dapat memiliki nilai lebih,” ungkap Dwi Danesty.
Ia menambahkan, pelatihan tidak berhenti pada tahap produksi saja. Dalam tahapan berikutnya, warga akan diberikan pembinaan lanjutan terkait desain kemasan, strategi pemasaran, hingga distribusi agar produk memiliki daya saing di pasar lokal maupun digital.
“STIE Malangkuçeçwara telah mendampingi dan membina warga desa Argosari ini sejak 2011 atau lebih dari 13 tahun, dengan pembinaan yang berbeda-beda sesuai kebutuhan masyarakat saat ini,” imbuhnya.
Pelatihan berjalan aktif dan interaktif. Peserta tidak hanya menyimak teori, tetapi juga praktik langsung mengolah, menggoreng, dan mencicipi hasil kripik buatan mereka sendiri. Tim pengabdian yang juga melibatkan Yuyuk Liana, SE., MM., dan Drs. Marli, MM., turut menggandeng mahasiswa STIE Malangkuçeçwara untuk ikut mendampingi proses pelatihan, menciptakan suasana belajar kolaboratif antara akademisi dan masyarakat.

Apresiasi datang dari Ketua Tim Penggerak PKK Desa Argosari, Tutik Maslukha, yang melihat kegiatan ini sebagai langkah nyata dalam mendorong ekonomi keluarga.
“Kita merasa sangat terbantu sekali dengan adanya kegiatan pengabdian dari dosen STIE Malangkuçeçwara ini, dimana kali ini memberikan pelatihan pembuatan usus kepada ibu PKK desa kami,” ujarnya.
Menurutnya, pelatihan ini akan menjadi pemantik bagi kader PKK untuk menularkan keterampilan serupa ke ibu rumah tangga lainnya di seluruh desa. Terlebih, beberapa desa tetangga sudah lebih dulu sukses memanfaatkan usus ayam sebagai produk unggulan lokal.
Kepala LPPM STIE Malangkuçeçwara, Dra. Siti Munfaqiroh, M.Si., menegaskan bahwa keberlanjutan pelatihan menjadi kunci agar dampaknya benar-benar dirasakan masyarakat.
“Semoga nantinya masyarakat dapat memanfaatkan dan mengolah usus ini menjadi produk yang laku di pasaran. Tentunya itu akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan keluarga yang akan berdampak pada kesejahteraan warga desa Argosari,” tutupnya.
Melalui sentuhan inovasi dan pendampingan berkelanjutan, upaya kecil ini membuka harapan besar: menjadikan Desa Argosari tak hanya produktif, tetapi juga berdaya secara ekonomi dan mandiri dalam mengelola potensi lokalnya.(Din/AY)










