Kanal24, Malang – Upaya memperkuat sektor agroindustri berkelanjutan kini menjadi perhatian utama di kalangan akademisi dan industri. Dalam menghadapi tantangan global seperti perubahan iklim, efisiensi sumber daya, dan tuntutan ekonomi hijau, kolaborasi lintas sektor menjadi kunci penting. Gagasan tersebut menjadi latar belakang terselenggaranya International Conference on Sustainable Agroindustry and Innovative Technology (ICSAIT) 2025, yang digelar oleh Departemen Teknologi Industri Pertanian (TIP) Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya (FTP UB) pada Rabu (12/11/2025), bertempat di Gedung Algoritma Lantai 2 Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya.
Acara berskala internasional ini tidak hanya menjadi forum akademik, tetapi juga mempertemukan para peneliti, mahasiswa, industri, dan lembaga penelitian untuk berbagi temuan dan solusi inovatif. Tahun ini, kegiatan ICSAIT juga dirangkaikan dengan pertemuan tahunan Asosiasi Profesi Teknologi Agroindustri (APTA) yang diikuti oleh sejumlah perguruan tinggi di Indonesia.
Baca juga:
Tim Doktor Mengabdi UB Kembangkan Energi Terbarukan dari Limbah Ternak

Wadah Kolaborasi Akademisi dan Praktisi
Ketua APTA, Dr. Yuli Wibowo, STP., M.Si. dari Universitas Jember menjelaskan bahwa konferensi ini merupakan kegiatan rutin tahunan asosiasi yang diselenggarakan secara bergantian antar perguruan tinggi anggota. Tahun 2025, Universitas Brawijaya dipercaya menjadi tuan rumah penyelenggaraan.
āKegiatan ini menjadi ajang pertukaran informasi dan hasil penelitian antar akademisi dan praktisi. Selain keynote speech dari berbagai pakar, peserta juga berkesempatan mempresentasikan riset mereka,ā ujar Yuli.
Ia menambahkan, meskipun penyelenggaraan bertepatan dengan padatnya agenda akademik di bulan November, jumlah peserta mencapai lebih dari 70 orang, termasuk perwakilan dari industri dan lembaga penelitian. āKolaborasi ini menjadi penting agar kita dapat bersama-sama mencari solusi konkret untuk memperkuat sektor agroindustri di Indonesia,ā tambahnya.
Dalam kesempatan tersebut, APTA juga meluncurkan buku panduan penyusunan kurikulum bagi program studi di bidang teknologi industri pertanian. Buku ini disusun secara kolaboratif oleh sejumlah perguruan tinggi seperti Universitas Palangka Raya, Universitas Lampung, Universitas Gadjah Mada, dan Universitas Brawijaya. āBuku ini diharapkan dapat menjadi acuan pengembangan kurikulum yang lebih adaptif terhadap kebutuhan industri,ā tutur Yuli.
Fokus pada Akreditasi dan Publikasi Ilmiah
Sementara itu, Prof. Sri Suhartini, STP., M.Env.Mgt., Ph.D., Ketua Departemen TIP FTP UB, menyampaikan bahwa ICSAIT 2025 dirancang dalam format seminar internasional hybrid yang dikombinasikan dengan pertemuan tahunan APTA. āTahun ini kami mengangkat tema besar tentang resilience ekonomi dan inovasi teknologi berkelanjutan dalam sektor agroindustri. Kami mengundang pembicara dari Malaysia, Jerman, serta dari UB sendiri,ā ujarnya.
Menurut Prof. Sri, pertemuan APTA kali ini menyoroti tiga isu utama, yaitu persoalan akreditasi BAN-PT dan LAM PTIK bagi program studi teknologi industri pertanian, peluncuran buku kurikulum nasional, serta penguatan publikasi ilmiah. āKami bekerja sama dengan dua jurnal nasional terakreditasi, yaitu Journal of Agroindustrial Technology dari FTP UB (Sinta 2) dan Agroindustry Journal dari UGM (Sinta 3). Selain itu, kami juga menjajaki kerja sama dengan Universiti Putra Malaysia (UPM) agar publikasi para peneliti dapat menembus jurnal bereputasi internasional,ā jelasnya.
Ia menambahkan bahwa hasil-hasil riset yang dipresentasikan dalam ICSAIT diharapkan mampu mendorong peningkatan kualitas penelitian dan publikasi ilmiah di bidang agroindustri berkelanjutan.

Digitalisasi dan Ekonomi Sirkular sebagai Arah Masa Depan
Lebih jauh, Prof. Sri menyoroti pentingnya penerapan digitalisasi dan konsep ekonomi sirkular sebagai kunci efisiensi dan keberlanjutan industri pertanian. āKita sedang menghadapi isu besar tentang bagaimana meningkatkan kinerja lingkungan dari industri pertanian. Penerapan teknologi digital dapat mengoptimalkan proses, menekan limbah, dan meningkatkan efisiensi energi,ā jelasnya.
Ia mencontohkan, melalui sistem database digital, pelaku industri dapat mengurangi penggunaan kertas sekaligus memantau rantai pasok secara real time. āDengan konsep circular economy, sumber daya yang berasal dari alam dapat dimanfaatkan tanpa menimbulkan kerusakan lingkungan, sekaligus memberikan dampak positif bagi ekonomi dan sosial masyarakat,ā tambahnya.
Sementara itu, Dr. Claudia Gadizza Perdani, STP., M.Si., Ketua Panitia ICSAIT 2025, menambahkan bahwa salah satu materi unggulan dalam konferensi kali ini disampaikan oleh Prof. Hendro Wicaksono yang memperkenalkan konsep Food Passport. āTeknologi ini memungkinkan pelacakan produk agroindustri dari hulu ke hilir melalui sistem digital, menjamin transparansi dan mutu produk,ā ungkapnya.
Menurut Claudia, digitalisasi juga mencakup penggunaan sensor, robotika, dan sistem otomasi dalam proses produksi. āDengan inovasi ini, agroindustri dapat bertransformasi menjadi lebih efisien, transparan, dan ramah lingkungan,ā ujarnya.
Rekomendasi untuk Kebijakan Agroindustri Nasional
Di akhir kegiatan, Prof. Sri Suhartini menegaskan bahwa ICSAIT 2025 bukan hanya sekadar forum ilmiah, tetapi juga wadah strategis untuk menghasilkan rekomendasi kebijakan bagi pemerintah. āKami berharap hasil diskusi dan riset yang dipresentasikan di sini dapat menjadi rujukan bagi pengambil kebijakan dalam mengembangkan agroindustri nasional yang berkelanjutan, berbasis digital, dan berorientasi pada ekonomi sirkular,ā pungkasnya.
Dengan terselenggaranya ICSAIT 2025, Universitas Brawijaya kembali menegaskan perannya sebagai pusat pengembangan riset dan inovasi di bidang agroindustri, sekaligus memperkuat jejaring akademik dan industri dalam mendukung keberlanjutan sektor pertanian Indonesia di era transformasi digital. (nid/dht)










