Kanal24 – Pergeseran paradigma besar sedang terjadi di tengah masyarakat Indonesia. Gen Z dan Milenial tidak lagi menempatkan kesuksesan pada simbol materi seperti rumah, mobil, atau jabatan prestisius. Mereka menantang pakem tradisional dan menyusun ulang definisi hidup yang layak diperjuangkan, sebuah transformasi yang berdampak pada ekonomi, budaya kerja, dan struktur sosial keluarga modern. Di tengah hiruk-pikuk sebuah kafe di Jakarta, seorang perempuan muda terlihat memperhatikan grafik finansial di layar laptopnya. Namun bukan angka-angka yang membebaninya—melainkan pertanyaan eksistensial tentang arah hidup. Pemandangan itu merepresentasikan generasi yang tidak mau hidup sekadar mengikuti blueprint usang. Mereka menginginkan kendali penuh atas tujuan, arah, dan makna personal.
Mengubah Definisi Kesuksesan
Survei yang melibatkan 1.001 responden di Indonesia menunjukkan mayoritas generasi muda kini menyusun panduan hidupnya sendiri. Jika generasi sebelumnya menetapkan target menikah di usia tertentu dan menyiapkan aset fisik di usia produktif awal, kini tolok ukurnya bergeser pada kualitas hidup dan kejujuran identitas. Data menunjukkan 79% Gen Z masih menargetkan tabungan untuk menikah atau memiliki rumah—lonjakan besar dibanding Milenial yang hanya 51%. Namun motivasinya berbeda: bukan untuk memenuhi tuntutan sosial, tetapi sebagai jalan menuju kebebasan finansial dan kemandirian. Di sisi lain, Milenial yang lebih lama menghadapi krisis ekonomi, inflasi, dan ketidakstabilan pendapatan memilih berinvestasi pada peningkatan keterampilan dan pendidikan sebagai aset jangka panjang. Di sini muncul pertanyaan kritis: apakah perubahan ini bentuk kedewasaan kolektif atau tanda pesimisme terhadap stabilitas ekonomi nasional? Realitasnya mungkin berada di antara keduanya. Generasi ini menyadari bahwa mengikuti peta lama tidak menjamin kesejahteraan di dunia baru yang lebih tidak pasti.
Uang sebagai Instrumen Nilai, Bukan Status
Makna uang bergeser signifikan. Tidak lagi sekadar alat transaksi, uang kini dipandang sebagai medium untuk mencapai kehidupan yang selaras dengan prinsip pribadi. Tren keuangan syariah meningkat, dengan 68% generasi muda menyatakan minat, meskipun hanya 20% yang memahaminya secara komprehensif—menimbulkan pertanyaan: apakah ini idealisme spiritual atau sekadar tren yang belum dipahami substansinya. Dalam dunia kerja, 52% Gen Z memilih pekerjaan bermakna meski berpenghasilan lebih rendah, sedangkan hanya 33% yang mengutamakan gaji tinggi. Selain itu, 57% menghindari posisi manajerial karena dianggap memicu stres lebih besar daripada perkembangan karier. Pilihan ini menantang paradigma tradisional bahwa kesuksesan identik dengan naik jabatan. Namun skeptisis bisa bertanya: apakah penolakan pada tanggung jawab manajerial ini bentuk kebijaksanaan atau ketakutan terhadap tekanan?
Pernikahan, Keluarga, Isu Pilihan dan Sosial Media
Data pernikahan nasional turun drastis dari dua juta menjadi hanya 1,57 juta pernikahan per tahun. Di kalangan anak muda, hanya 50% yang memutuskan menikah pada tahun 2020. Bagi generasi ini, pernikahan bukan tradisi yang wajib dijalani, tetapi keputusan etis dan emosional yang memerlukan kesiapan total. Dalam pola pengasuhan, pendekatan otoritatif keras bergeser menuju pengasuhan berbasis penghargaan dan komunikasi. Meski hanya sepertiga orang tua rutin menunjukkan kerentanan dan kasih sayang terbuka, arah perubahannya jelas: membangun fondasi emosional yang sehat bagi generasi berikutnya. Alih-alih melarang gawai dan media sosial, 60% orang tua muda memilih menjadi role model etika digital. Mereka tidak memusuhi teknologi, tetapi menggunakannya dengan sadar. Namun, tantangannya tetap besar: apakah dampak jangka panjang privasi, kecemasan sosial, dan kecanduan digital sudah dipahami sepenuhnya?
Generasi yang Tidak Takut Mengubah Arah
Transformasi Gen Z dan Milenial bukan sekadar tren sementara, tetapi refleksi dari upaya kolektif menata ulang makna hidup. Mereka menolak kesuksesan yang hanya diukur dengan angka, dan memilih kehidupan yang koheren dengan nilai personal meski jalan itu lebih rumit. Revolusi sunyi sedang berlangsung di ruang kerja, kampus, dan rumah. Generasi ini tidak menunggu dunia berubah mereka sedang mengubahnya.(tia)










