Kanal24, Malang – Di tengah kerasnya dinamika kerja di luar negeri, banyak Pekerja Migran Indonesia (PMI) menghadapi tantangan berlapis: keterbatasan akses peningkatan keterampilan, minimnya literasi wirausaha, hingga kekhawatiran tentang masa depan setelah kontrak kerja berakhir. Tidak sedikit dari mereka yang pulang dengan tabungan, namun tanpa bekal pengetahuan memadai untuk mengelola usaha produktif. Situasi inilah yang menjadikan program pemberdayaan berbasis pendidikan dan komunitas semakin mendesak.
Menjawab kebutuhan itu, Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya (Fapet UB) melaksanakan Program Dosen Berkarya (Dokar) skema Pengabdian kepada Masyarakat Internasional (PKM-I) di Taiwan, pada 18–22 September 2025. Program bertema “Empowering Indonesian Migrant Workers through Sustainable Livestock Farming: Community-Based Capacity Building in Donggang, Pingtung, Taiwan” ini memberikan ruang pembelajaran terstruktur bagi PMI sekaligus memperkuat jejaring internasional Fapet UB.

Penguatan Jejaring Strategis Fapet UB – NPUST
Delegasi Fapet UB dipimpin oleh Dr. Jaisy Aghniarahim Putritamara, S.Pt., MP, bersama Ir. Rizki Prafitri, S.Pt., MA., Ph.D. selaku Wakil Dekan Bidang Akademik, Dr. Eko Nugroho, S.Pt., M.Sc., dan Awang Tri Satria, S.Pt., ME. Rangkaian kegiatan dimulai dengan pertemuan strategis bersama College of Agriculture dan Department of Tropical Agriculture and International Cooperation (DTAIC) National Pingtung University of Science and Technology (NPUST).
Pertemuan tersebut membahas penguatan riset bersama, program magang mahasiswa, hingga kerja sama jangka panjang antar institusi. Delegasi Fapet UB juga meninjau fasilitas penelitian dan teaching farm milik NPUST, termasuk laboratorium unggas berbasis Artificial Intelligence (AI) serta pusat bioteknologi pakan. Kunjungan ini memberikan referensi penting bagi UB dalam mengembangkan inovasi peternakan masa depan.
Pemberdayaan PMI Melalui Pelatihan Komprehensif
Fokus utama program berada pada pelatihan bagi PMI yang bekerja pada sektor pertanian dan perikanan. Menggunakan pendekatan participatory rural appraisal dan metode pembelajaran orang dewasa (andragogi), tim Fapet UB menyusun pelatihan yang komprehensif.
Para peserta diajak memahami teknik budidaya ternak skala mikro yang dapat diterapkan di lahan terbatas, termasuk prinsip manajemen pemeliharaan yang efisien dan higienis. Selain materi teknis, peserta juga diperkenalkan pada strategi pemasaran, kewirausahaan, serta pengolahan hasil ternak menjadi produk bernilai tambah.
Seluruh materi dikemas dalam sesi praktik langsung dan simulasi bisnis. Pendekatan ini membuat PMI tidak hanya menerima teori, tetapi juga mampu mengasah keterampilan teknis dan manajerial. Di masa depan, keterampilan ini diharapkan dapat menjadi modal berharga untuk memanfaatkan remitansi sebagai investasi usaha setelah mereka kembali ke tanah air.

Dampak Luas dan Kontribusi pada SDGs
Program di Taiwan ini menghasilkan sejumlah capaian penting. Salah satunya adalah penandatanganan Implementation of Agreement (IA) antara Fapet UB dan DTAIC NPUST yang membuka peluang kolaborasi akademik jangka panjang. Selain itu, mitra di Taiwan turut menyatakan kesediaannya menjadi responden untuk QS Survey, yang berkontribusi pada peningkatan capaian internasional UB.
Program ini juga melahirkan naskah artikel ilmiah yang telah diajukan ke jurnal bereputasi Scopus serta dokumentasi publikasi yang disebarkan melalui berbagai kanal media. Publikasi ini memperluas akses informasi dan mendorong lebih banyak pihak memahami pentingnya pemberdayaan PMI berbasis pendidikan.
Secara substansial, kegiatan ini memberikan kontribusi langsung terhadap berbagai indikator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), terutama SDG 1 tentang pengentasan kemiskinan, SDG 4 mengenai pendidikan berkualitas, SDG 8 tentang pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi, serta SDG 17 yang menekankan pentingnya kemitraan global.
“Program ini adalah bukti nyata komitmen Fapet UB dalam menjawab tantangan global melalui kolaborasi internasional dan pendekatan berbasis komunitas. Kami berharap para PMI dapat menjadi agen perubahan yang membawa dampak positif bagi pembangunan di daerah asalnya,” ujar Dr. Jaisy.
Program Dosen Berkarya 2025 ini menjadi tonggak penting dalam memperkuat posisi Universitas Brawijaya di kancah internasional. Lebih dari sekadar kegiatan akademik, program ini menunjukkan bagaimana pendidikan tinggi dapat memberikan solusi nyata bagi persoalan sosial-ekonomi yang dihadapi PMI, sekaligus mendorong pembangunan berkelanjutan melalui tridharma perguruan tinggi.(Din)









