Kanal24, Malang – Urgensi kehalalan produk kuliner di kawasan wisata mengemuka dalam ujian disertasi Program Doktor Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya (Fapet UB), Selasa (2/12/2025). Melalui penelitian mendalam mengenai rantai pasok ayam goreng halal di area wisata Malang Raya, disertasi tersebut menyoroti titik kritis yang menentukan terjaminnya kehalalan produk mulai dari hulu hingga hilir.
Sebagai salah satu destinasi wisata terbesar di Jawa Timur, Malang Raya menjadi pusat kunjungan wisatawan nasional maupun mancanegara. Kondisi ini menuntut ketersediaan kuliner yang aman, bersih, dan halal, sejalan dengan kebijakan pemerintah mengenai percepatan sertifikasi halal di berbagai sektor. Di tengah perkembangan ini, sektor UMKM kuliner menjadi aktor penting yang harus diperkuat agar mampu memenuhi standar yang dibutuhkan wisata halal.
Penelitian Lapangan dari Hulu ke Hilir
Disertasi berjudul “Strategi Manajemen Supply Chain untuk Meningkatkan Daya Saing Produk Halal Ayam Goreng di Tourism Area di Malang Raya” dipresentasikan oleh Dr. Puji Akhiroh, S.Pt., M.Sc., yang dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. Budi Hartono, MS., IPU., ASEAN Eng.
Baca juga:
Suara Buruh di Industri Fashion Menggema di Kampus UB

Risetnya melibatkan penelusuran komprehensif mulai dari peternak, Rumah Potong Ayam (RPA), pelaku UMKM, hingga konsumen. Analisis menyeluruh tersebut menempatkan aspek kehalalan sebagai variabel utama dalam membangun daya saing kuliner di kawasan wisata.
“Titik kritisnya ada di penyembelihan”
Dalam paparannya, Dr. Puji menegaskan bahwa seluruh pihak—pemerintah, dinas, pelaku UMKM, hingga konsumen—memiliki peran untuk memastikan kehalalan produk.
“Supply chain itu jauh lebih baik bila memiliki desain yang tersertifikasi halal. Dari peternak sampai konsumen, semuanya sepakat hal ini penting. Titik kritisnya adalah di penyembelihan. Tidak semua ayam disembelih secara halal, sehingga sangat penting mengambil suplai dari RPA tersertifikasi,” terangnya.
Ia juga menyoroti kendala yang sering dihadapi UMKM, terutama terkait ketentuan minimum order jika ingin bekerja sama dengan RPA.
“UMKM ingin kebebasan membeli sesuai kapasitas modal, tetapi RPA tentu memiliki ketentuan tertentu. Ini sering menjadi pertimbangan pelaku UMKM untuk memenuhi standar halal,” ujarnya.
Puji berharap hasil penelitiannya tidak berhenti pada rekomendasi akademik semata, tetapi menjadi dorongan bagi sektor kuliner nasional untuk bergerak bersama membangun ekosistem wisata halal.
Penguatan UMKM Kuliner Malang
Promotor, Prof. Budi Hartono, menambahkan bahwa karakter Malang sebagai “kota santri” dengan mayoritas penduduk muslim menjadikan isu halal sangat relevan dan strategis.
“Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar produk ayam goreng UMKM belum tersertifikasi. Untuk skala besar memang sudah banyak, tetapi UMKM perlu diperkuat. Minimal, mereka harus bersih—alatnya, bahannya, prosesnya—agar konsumen yakin,” jelasnya.
Ia menekankan bahwa penilaian halal harus mencakup dua ranah: proses produk (pakan, pemeliharaan, pemotongan, karkas, hingga distribusi) dan proses pengolahan (bumbu, alat, serta praktik penggorengan di level UMKM). Keduanya selama ini belum diterapkan secara konsisten.
Prof. Budi mendorong adanya kebijakan yang mempermudah prosedur sertifikasi halal bagi pelaku usaha, khususnya UMKM yang menjadi tulang punggung kuliner wisata.

Toward Halal Tourism Area yang Kompetitif
Melalui disertasi ini, Dr. Puji mendorong pembentukan ekosistem sinergis antara pemerintah, lembaga sertifikasi, dinas terkait, UMKM, serta konsumen dalam meningkatkan kualitas produk halal. Ia menilai bahwa upaya tersebut akan memperkuat posisi Malang Raya sebagai destinasi wisata unggulan yang ramah dan nyaman bagi wisatawan muslim.
Puji juga berharap riset ini menginspirasi daerah wisata lain di Indonesia untuk memperkuat standar kehalalan kuliner mereka.
“Harapannya, di mana pun kita berwisata, kulinernya sudah pasti halal. Tidak hanya di daerah yang sudah ditetapkan sebagai halal tourism area, tetapi di seluruh Indonesia,” pesannya.
Ujian disertasi ini menyuguhkan temuan akademik dan juga menawarkan peta jalan praktis dalam memperkuat rantai pasok produk halal di kawasan wisata. Dengan kolaborasi seluruh pemangku kepentingan, Malang Raya berpotensi menjadi model kawasan wisata halal nasional, sekaligus mendorong peningkatan daya saing UMKM dan kenyamanan wisatawan. (nid/ptr)









