Kanal24, Malang – Universitas Brawijaya (UB) mengambil langkah strategis membangun kampus yang aman, sehat, dan berketahanan melalui Sosialisasi Juknis Kampus Tangguh Program Prioritas Rektor 2026. Kegiatan yang digelar di Auditorium Algoritma FILKOM UB pada Senin (1/12/2025) ini menandai dimulainya transformasi budaya keselamatan dan mitigasi bencana di tengah meningkatnya ancaman perubahan iklim dan kompleksitas aktivitas akademik.
Dengan populasi lebih dari 70 ribu mahasiswa, ribuan dosen, laboratorium berisiko tinggi, serta aktivitas penelitian yang intensif, UB menilai penerapan standar keselamatan terpadu sudah menjadi kebutuhan mendesak. Program Kampus Tangguh 2026 disiapkan untuk menjawab tantangan tersebut melalui kebijakan, sistem mitigasi, serta budaya K3 yang akan diterapkan di seluruh fakultas mulai tahun depan.
Rektor UB: Kampus Harus Mampu Bertahan dalam Situasi Bencana dan Tekanan Perubahan Iklim
Rektor UB, Prof. Widodo, S.Si., M.Si., Ph.D.Med.Sc., menegaskan bahwa perubahan iklim telah meningkatkan frekuensi bencana hidrometeorologi, mengubah pola kesehatan masyarakat, dan menambah risiko operasional kampus besar seperti UB. Menurutnya, kampus dengan kegiatan laboratorium dan mobilitas tinggi justru harus memiliki sistem mitigasi yang lebih tangguh dan terstandar.
“Kita hidup di tempat yang penuh bencana. Tetapi semakin tinggi peradaban, semakin tinggi pula awareness terhadap keselamatan,” tegasnya. Ia menambahkan bahwa UB tidak hanya berfokus pada peringkat akademik, tetapi juga memperkuat parameter internasional seperti SDGs, THE Impact Rankings, dan GreenMetric, yang menuntut kampus menerapkan standar keamanan, kesehatan, dan keberlanjutan.
Prof. Widodo menyoroti pentingnya keselamatan laboratorium—mulai dari biosafety, risiko kebakaran, hingga kecelakaan kerja—yang selama ini menjadi titik rawan di banyak perguruan tinggi. Selain aspek fisik, ia menekankan bahwa ketahanan mental mahasiswa juga harus mendapatkan perhatian melalui fasilitas stress releasing space, layanan konseling, hingga bantuan psikolog berbasis AI.

Sekretaris Universitas : Tahun 2026 Seluruh Fakultas Wajib Terapkan Standar Minimal K3
Sekretaris Universitas Brawijaya, Dr. Tri Wahyu Nugroho, S.P., M.Si., menjelaskan bahwa UB menetapkan 2026 sebagai tahun implementasi penuh Standar Minimal K3 untuk seluruh fakultas, unit kerja, laboratorium, dan area kegiatan mahasiswa. Standar ini mencakup keamanan, kesehatan kerja, kesiapsiagaan bencana, hingga manajemen risiko lingkungan.
Ia menguraikan bahwa UB sedang memperkuat infrastruktur keselamatan seperti pemeriksaan rutin bangunan, perawatan pohon, perbaikan drainase, jalur evakuasi yang jelas, pemasangan APAR, hingga optimalisasi biopori untuk penanganan banjir. “Kita harus memastikan seluruh individu di UB merasa nyaman, aman, dan terlindungi dalam aktivitas akademik maupun nonakademik,” katanya.
Divisi K3L: Budaya K3 Menjadi Identitas Baru Civitas UB
Kepala Divisi K3L UB, Prof. Dr. Ir. Qomariyatus Sholihah, Amd.Hyp., ST., M.Kes., IPU., ASEAN Eng., menegaskan bahwa transformasi menuju Kampus Tangguh harus diiringi perubahan budaya keselamatan di seluruh civitas akademika. Sosialisasi kali ini dihadiri 200 peserta, termasuk 70 ahli K3 bersertifikasi Kemenaker, sebagai bagian dari penguatan kompetensi keselamatan kampus.
Ia memperkenalkan berbagai media edukasi seperti jaket K3, buku panduan K3 berbasis animasi, kalender edukasi, serta tas ramah lingkungan yang dirancang untuk memudahkan sosialisasi di fakultas. “Membudayakan K3 itu proses. Dimulai dari pemaksaan, lalu terpaksa, dan akhirnya terbiasa,” ujarnya. Contohnya, kewajiban penggunaan helm di kawasan kampus dan pembatasan kecepatan kendaraan—dua hal yang dianggap penting untuk mencapai Zero Accident.
Dengan diluncurkannya Kampus Tangguh 2026, UB menegaskan komitmennya untuk membangun ekosistem akademik yang aman, responsif, adaptif, dan berkelanjutan. Program ini menjadi fondasi untuk memperkuat kesiapsiagaan bencana, meminimalkan kecelakaan kerja, menjaga kesehatan mental, dan memperkuat keberlanjutan lingkungan.
Transformasi ini diproyeksikan memberikan dampak langsung bagi puluhan ribu mahasiswa dan tenaga pendidik, sekaligus mendorong UB menjadi kampus berstandar internasional yang mampu menghadapi risiko bencana di era perubahan iklim yang semakin kompleks. (Din/Dpa)









