Kanal24, Malang – Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya (FISIP UB) menunjukkan komitmennya menghadirkan pembelajaran berbasis solusi melalui penyelenggaraan EKSHIBISI KEWIRAUSAHAAN POLITIK 2025 – “Creative Governance for Tackling Urban Problems”. Digelar pada Kamis (04/12/2025) di Hall Gedung B FISIP UB, acara ini menampilkan puluhan karya inovatif mahasiswa yang berfokus pada penanganan masalah-masalah perkotaan melalui pendekatan politik kreatif.
Pameran ini menjadi bagian dari proses akhir Project Based Learning mata kuliah Kewirausahaan Politik. Melalui pendekatan tersebut, mahasiswa diminta menghasilkan karya dan juga mempertanggungjawabkan gagasan mereka kepada publik sebagai pengguna. Tahun ini, fokus diarahkan pada persoalan-persoalan perkotaan yang semakin kompleks—mulai dari kemacetan, sampah, urbanisasi, hingga hilangnya ruang publik dan marginalisasi sopir angkot. Tema ini dipilih karena relevan dengan konteks kota Malang dan latar belakang demografis mahasiswa yang sebagian besar berasal dari wilayah perkotaan.
Ekshibisi dibuka dengan sambutan Ketua Program Studi S1 Ilmu Politik FISIP UB, Mohammad Fajar Shodid Ramadlan, S.IP., M.IP. Acara ini diselenggarakan secara rutin dan telah memasuki tahun keempat sebagai bentuk konsistensi Prodi Ilmu Politik dalam mengasah kreativitas mahasiswa melalui gagasan-gagasan inovatif yang dekat dengan kebutuhan masyarakat. Pameran diikuti oleh puluhan kelompok yang menampilkan produk kebijakan kreatif, prototipe teknologi partisipatif, serta desain solusi berbasis kebutuhan publik.
Baca juga:
UB Luncurkan Kampus Tangguh 2026: Transformasi Hadapi Risiko Bencana

Kreativitas Politik untuk Solusi Perkotaan
Ketua Prodi Ilmu Politik, Mohammad Fajar Shodid Ramadlan, menegaskan bahwa kebijakan publik terus berkembang mengikuti dinamika masyarakat, termasuk dalam konteks perkotaan. Ia melihat karya mahasiswa memiliki potensi besar untuk diadopsi pemerintah, terutama terkait partisipasi warga dalam melaporkan masalah aktual yang membutuhkan penanganan cepat.
Menurutnya, solusi kreatif tidak selalu harus berasal dari pemerintah. Kolaborasi antara pemerintah daerah, masyarakat, hingga organisasi non-pemerintah dapat menjadi kunci penyelesaian masalah perkotaan. Ia memandang gagasan mahasiswa sebagai bentuk nyata dari kemampuan design thinking dan creative thinking—dua keterampilan yang semakin penting dalam ilmu politik modern.
“Politik itu soal pemilu dan partai dan gejala yang ada di mana-mana, termasuk persoalan sehari-hari di kota. Keterampilan berpikir kreatif inilah yang harus terus diasah,” ujarnya.
Project Berbasis Pengguna dan Masalah Nyata
Dosen Politik Kreatif FISIP UB, Wawan Sobari, PhD, menjelaskan bahwa urgensi ekshibisi ini terletak pada proses akuntabilitas karya mahasiswa kepada publik. Tema urban problems dipilih karena cakupannya luas dan menuntut solusi inovatif yang aplikatif. Mahasiswa mengidentifikasi berbagai permasalahan seperti kemacetan, parkir ilegal, sampah menumpuk, minimnya ruang publik, hingga nasib sopir angkot yang terpinggirkan oleh perkembangan teknologi transportasi.

Ia menyoroti bahwa sopir angkot kini menjadi “miskin baru” akibat tidak adanya intervensi kebijakan yang memadai. Beberapa kelompok mahasiswa bahkan merancang solusi untuk meningkatkan taraf hidup dan daya saing sopir angkot secara kreatif tanpa menimbulkan konflik.
Selain itu, isu mengenai pedestrian yang dikuasai pedagang, minimnya penegakan aturan publik, dan kesenjangan ruang ekspresi masyarakat urban turut menjadi fokus karya mahasiswa. Solusi-solusi yang ditawarkan banyak yang berbasis aplikasi dan pendekatan tata kelola kreatif.
Dorongan Hilirisasi Gagasan Mahasiswa
Wawan mengungkapkan bahwa sejumlah kelompok tengah memproses pendaftaran hak cipta terhadap karya mereka. Gagasan ini diharapkan tidak berhenti sebagai tugas kuliah, tetapi dapat dikembangkan menjadi inovasi berkelanjutan.
Ia juga mendorong agar Universitas Brawijaya memasukkan karya mahasiswa dalam skema industri dan inovasi kampus, sehingga hilirisasi didominasi dosen dan juga mahasiswa.
“Beberapa karya sangat mungkin ditindaklanjuti oleh pemerintah kota maupun NGO di bidang lingkungan. Dengan dukungan media, gagasan-gagasan ini bisa semakin dikenal dan diadopsi,” ungkapnya.
Kegiatan Rutin untuk Mengasah Tanggung Jawab Publik
Ekshibisi ini kini menjadi agenda tahunan Prodi Ilmu Politik FISIP UB. Selain menumbuhkan kreativitas, kegiatan ini juga mengajarkan akuntabilitas sosial—bahwa mahasiswa harus bertanggung jawab atas solusi yang mereka tawarkan kepada publik.
Wawan berharap karya-karya ini dapat menjadi embrio tugas akhir, terutama jenis “proyek ke masyarakat” yang diakomodasi dalam kurikulum Ilmu Politik.
Sementara itu, KPS Ilmu Politik menegaskan bahwa prodi akan terus mendukung kegiatan berbasis dampak yang memberikan keterampilan analitis dan juga menghasilkan produk nyata yang relevan dengan kebutuhan masyarakat.
Dengan lahirnya berbagai inovasi dalam ekshibisi ini, Program Studi Ilmu Politik FISIP UB sekali lagi menegaskan perannya sebagai ruang pembelajaran yang mendorong mahasiswa melihat masalah sebagai peluang—serta menumbuhkan kreativitas politik sebagai fondasi menghadapi tantangan perkotaan masa kini. (nid/dpa)









