Kanal24, Malang – Di tengah tantangan sosial yang masih membelit kelompok rentan, perayaan Natal tidak hanya dimaknai sebagai ritual keagamaan, tetapi juga momentum menghadirkan perhatian dan keberpihakan. Hal itulah yang tergambar dalam kegiatan Natal 1.000 Anak Panti yang digelar Gereja Pentakosta di Indonesia (GPdI) di GPdI Zion Altar Istana Dieng, Kota Malang, Selasa (9/12/2025). Acara ini menjadi ruang berbagi sukacita sekaligus penguatan sosial bagi ribuan anak panti asuhan.
Kegiatan tersebut mendapat dukungan dari Pemerintah Kota Malang. Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat, hadir langsung menyapa anak-anak dan menyampaikan apresiasinya atas inisiatif yang dinilainya penting sebagai bentuk kepedulian bersama terhadap anak-anak panti asuhan.
āIni perayaan Natal dan Tahun Baru untuk 1.000 anak panti. Kami hadir memberikan hiburan dan kebahagiaan, berharap mereka benar-benar terhibur dan bersukacita,ā ujar Wahyu. Menurutnya, perhatian terhadap anak panti perlu terus diperkuat, tidak hanya pada momen perayaan, tetapi juga dalam kebijakan dan praktik sosial sehari-hari.

Ia menambahkan, kegiatan semacam ini mempertemukan anak-anak panti dengan berbagai pihak yang mungkin sebelumnya tidak pernah mereka bayangkan. āMereka bisa berkumpul, merasa diperhatikan, merasa dihargai. Saya berharap gereja-gereja ke depan semakin serius memberi perhatian kepada anak-anak panti, karena mereka membutuhkan dukungan lebih,ā tegasnya.
Perayaan Natal ini diikuti oleh 1.037 anak panti asuhan yang datang dari berbagai wilayah, mulai dari Malang Raya, Tulungagung, Situbondo, hingga sejumlah daerah di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Selain ibadah dan hiburan, anak-anak juga menerima bingkisan berupa goodie bag berisi makanan ringan serta selimut sebagai bentuk perhatian konkret terhadap kebutuhan mereka.
Ketua Panitia Natal 1.000 Anak Panti, Yangi Loekito, menjelaskan bahwa kegiatan ini digelar dengan tujuan utama membahagiakan anak-anak panti, yang dalam keseharian hidup dengan keterbatasan. āKami ingin mereka merasakan sukacita Natal. Di panti, kehidupan mereka cenderung sederhana, hari ini kami ingin menyenangkan hati mereka,ā kata Yangi.

Natal tahun ini mengusung tema āThe Christmas Hopeā, yang dimaknai sebagai pengharapan akan masa depan yang lebih baik. āAnak-anak ini punya harapan. Mereka punya masa depan. Tema ini mengingatkan bahwa ada janji Tuhan dalam kehidupan mereka,ā lanjutnya.
Yangi menyebutkan, kegiatan Natal 1.000 Anak Panti telah digelar secara konsisten selama 32 tahun, sempat terhenti hanya saat pandemi. Ia menegaskan bahwa kegiatan ini bukan milik segelintir pihak, melainkan buah dari kepedulian bersama. āIni bukan dari pengusaha besar, tapi dari orang-orang yang punya hati untuk memberi. Kami menggalang donasi, dan tujuan kami satu: anak-anak ini merasa diperhatikan, merasa tidak sendiri,ā ujarnya.

Untuk menambah semarak acara, panitia menghadirkan Siska Saras, alumni anggota JKT48, sebagai bintang tamu. Kehadiran Siska, menurut Yangi, menjadi magnet kebahagiaan bagi anak-anak. āSetiap tahun kami menghadirkan bintang tamu berbeda. Kehadiran Siska hari ini, juga pejabat dan tokoh-tokoh, membuat anak-anak semakin merasakan sukacita Natal,ā katanya.
Siska Saras pun mengaku bersyukur bisa terlibat dalam kegiatan tersebut. Sebagai seorang Katolik, ia merasa pengalaman lintas denominasi ini menjadi ruang berkat dan persaudaraan. āAcara ini seru banget dan penuh berkat. Ini lintas gereja, Katolik dan Protestan, dan aku merasa sangat beruntung bisa ada di sini,ā ujar Siska.
Ia berharap Natal menjadi momentum pemulihan batin, terutama bagi mereka yang mengalami kesedihan sepanjang tahun. āTahun 2025 ini mungkin banyak pelajaran dan hal yang membuat sedih, tapi semoga Natal ini jadi momen āwake up callā, mengakhiri tahun dengan sukacita dan menyambut tahun depan dengan lebih mantap,ā katanya.
Siska juga berpesan agar anak-anak tidak merasa sendirian. āKalau pun merasa sendiri, jangan sedih. Sukacita Tuhan ada di mana-mana. Selamat menyambut Natal dan Tahun Baru,ā tutupnya.
Perayaan Natal 1.000 Anak Panti ini menegaskan bahwa makna Natal tidak berhenti pada simbol dan perayaan, tetapi hadir dalam tindakan nyata: perhatian, kebersamaan, dan pengharapan bagi mereka yang paling membutuhkan.(Din/Tia)










