KANAL24, Semarang – Jawa Tengah masuk lima besar provinsi dengan kasus human immunodeficiency virus (HIV) tertinggi di Indonesia setelah DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat dan Papua. Fakta ini mengemuka dalam Pembukaan Pertemuan Peringatan Hari AIDS se-Dunia di Kantor Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Selasa (10/12/2019).
Penjabat Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Herru Setiadhie mengungkapkan, berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI tahun 2012, data estimasi Orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) di Jateng sebanyak 47.514 kasus. Pada 2016, jumlah ini meningkat menjadi 70.354 kasus.
“Epidemi HIV/AIDS di Jawa Tengah sejak 1993 sampai September 2019, dilaporkan Dinkes Jateng sebanyak 30.465 dengan rincian 17.559 kasus HIV, 12.906 kasus AIDS dan sebanyak 1.915 orang di antaranya sudah meninggal dunia,” kata Herru.
Terkait data tersebut, Heru meminta tenaga medis dan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) di setiap kabupaten/kota untuk melakukan kegiatan kuratif maupun preventif, termasuk mengupayakan untuk menemukan dan mengobati masyarakat yang terindikasi HIV/AIDS.
”Saya sampaikan demikian karena stigma dan diskriminasi terhadap ODHA merupakan masalah pelik. Apalagi pascapenutupan lokalisasi, sebagai kebijakan nasional bahwa 2019 Indonesia bebas lokalisasi dan prostitusi, merupakan tugas berat. Meski begitu, Pemprov Jateng tetap mendukung dan berupaya melaksanakan program nasional itu dengan baik,” tandasnya.
Herru juga mengapresiasi komunitas yang selama ini memberikan perhatian pada ODHA. Mulai dari memberikan layanan HIV, membela hak azasi manusia, serta mendampingi dan mendukung ODHA. Dia berharap, komunitas pemerhati ODHA dapat bekerjasama dengan OPD, ormas keagamaan, instansi vertikal maupun kelompok masyarakat untuk bersama-sama meningkatkan kepedulian kepada ODHA.
“Tema Nasional HAS ‘Bersama Masyarakat Meraih Sukses’ harapannya mampu memberikan kontribusi besar dan mendukung penyelesaian HIV/AIDS dengan lebih cepat sebelum 2030. Karenanya masyarakat juga saya ajak untuk mengurangi infeksi baru, mengurangi kematian dan menihilkan stigma serta diskriminasi pada ODHA,” ujarnya. (sdk)