KANAL 24, Malang-Pandangan masyarakat terhadap keris yang selalu dikaitkan dengan hal mistis, harus segera dirubah demi eksistensi dan sudut pandang yang positif, sejatinya keris adalah produk seni yang bernilai tinggi Rabu (15/1/2020).
Eksistensi keris semakin bergeser dengan alat-alat elektronik yang berkembang ditengah-tengah masyarakat, dapat dibilang sudah jarang yang melestarikan atau mempelajari keris. Maka dari itu perlu diadakan pameran-pameran atau promosi dimedia online.
“Dilihat dari segi sejarah, keris memang sudah ada sejak zaman kerajaan-kerajaan di Jawa. Berdasarkan zamannya, secara garis besar keris dibedakan menjadi tiga, yaitu Tangguh Sepuh (zaman Budha-Majapahit), Tangguh Madya (Majapahit-Mataram), Tangguh Nom-noman (Mataram-pecahan Mataram). Setiap jenis keris juga memiliki ciri-ciri tersendiri berdasarkan tangguh atau zamannya, yaitu dari bagian Gonjo (ornament keris), Intervalook (lengkukan keris), dan Condong Leleh (derajat kemiringan pusaka).”ujar Edi salah satu kolektor keris di malang.
Kepada kanal24.co.id pada pameran seni malang Edi bercerita pamor atau motiv pada keris juga berpatron atau menyesuaikan kebutuhan pemesannya, seperti untuk kewibawaan, murah rejeki, kesehatan dan lain sebagainya. “Pembuatan pamor pada keris juga terdapat teknik-teknik tersendiri dan menggunakan bahan-bahan tertentu,” tambah pegiat keris tersebut.
Keris juga harus dihindarkan dari kata syirik, sebab kebanyakan masyarakat memiliki pandangan sedikit miring mengenai keris, padahal tidak semua keris selalu berbau magis dan digunakan dalam ritual-ritual. Keris adalah produk seni yang harus dijauhkan dari agama jika berbicara tentang keris, tambahnya.
Harga keris biasanya bergantung pada siapa pembelinya, berapa umurnya, dan keindahan pamornya. Sehingga tidak heran jika satu bilah keris bisa dibandrong hingga jutaan rupiah.
Harapan Edi kedepan mengenai tentang eksistensi keris yaitu, terdapat museum keris seperti yangpernah direncanakan di kampus UB dapat terwujud, agar dapat menjadi edukasi bagi mahasiswa, sebagai estafet untuk eksistensi keris di masa depan, tutur kurator seni yang juga mempelajari tentang batu dan permata tersebut. (fib)