KANAL24, Jakarta – Kinerja keuangan PT Astra International Tbk (ASII) diproyeksikan mulai pulih didukung dengan meningkatnya penjualan mobil nasional tahun ini.
Realisasi volume penjualan mobil perseroan sepanjang tahun lalu sudah sesuai ekspektasi. Hal ini mendorong Danareksa Sekuritas untuk mempertahankan perkiraan kenaikan laba bersih Astra International menjadi Rp21,94 triliun pada 2020, dibandingkan perkiraan 2019 senilai Rp20,64 triliun dan realisasi tahun mencapai Rp21,67 triliun.
Pendapatan perseroan juga diharapkan meningkat menjadi Rp246,16 triliun sepanjang 2020, dibandingkan tahun lalu senilai Rp235,73 triliun dan realisasi 2018 mencapai Rp239,20 triliun.
Analis Danareksa Sekuritas, Stefanus Darmagiri mengungkapkan, faktor utama pendongkrak penjualan mobil tahun ini datang dari penurunan tingkat suku bunga perbankan, seperti diketahui BI rate telah turun sebesar 100 basis poin tahun lalu.
“Kenaikan permintaan juga didukung kebijakan relaksasi uang muka pembelian kendaraan bermotor,” katanya dalam risetnya.
Danareksa Sekuritas memperkirakan penjualan mobil tahun ini akan kembali pulih dengan perkiraan kenaikan sebanyak 3% menjadi 1,08 juta unit. Pemulihan penjualan ditopang perkiraan pertumbuhan ekonomi moderat dalam kisaran 5,08% sampai dengan 5,18% tahun depan.
Peningkatan penjualan juga didukung oleh penurunan tingkat suku bunga sekitar 100 bps pada 2019 dan relaksasi kredit kendaraan bermotor dengan pemangkasan uang muka.
Pemangkasan suku bunga ditambah relaksasi kredit kendaraan bermotor diharapkan meredam dampak negatif berlanjutnya penurunan harga komoditas dan sengitnya persaingan usaha penjualan mobil. Hal ini mendorong Danareksa Sekuritas untuk mempertahankan rekomendasi beli saham ASII dengan target harga Rp 8.000.
Terkait realisasi penjualan mobil sepanjang 2019 mencapai 1,03 juta unit atau menunjukkan penurunan 10,8% dari realisasi 2018. Realisasi tersebut sudah sesuai ekspektasi.
“Realisasi penjualan mobil tersebut setara dengan 97,7% dari target kami. Penurunan penjualan dipengaruhi atas pelaksanaan pemilu April 2019, penurunan harga komoditas, dan kenaikan tingkat suku bunga,” papar Stefanus.
Meski penjualan mobil nasional turun, lanjut Stefanus, Astra International mampu mencetak pangsa pasar (market share) solid mencapai 52,2% sepanjang 2019 atau meningkat dari realisasi 2018 sebesar 50,6%. Bahkan, penurunan penjualan mobill perseroan cenderung rendah, Toyota hanya turun 5,7% pada tahun lalu.
Dibandingkan kompetitornya, seperti Suzuki, Honda, dan Mitsubishi turun berkisar 14,9% hingga 16,8%.
Dengan perkiraan penurunan volume penjualan mobil tersebut dan penurunan margin keuntungan penjualan mobil bersamaan dengan berlanjutnya penurunan volume penjualan alat berat melalui PT United Tractors Tbk (UNTR), kinerja keuangan Astra International tahun lalu akan berada di bawah tahun 2018. Laba bersihnya diproyeksikan hanya mencapai Rp20,6 triliun sampai akhir 2019.
Hingga September 2019, Astra International mengumumkan realisasi pendapatan sebesar Rp177,04 triliun, naik 1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp174,88 triliun. Laba bersih turun 7% menjadi Rp15,86 triliun dari Rp17,07 triliun.(sdk)