oleh | Akhmad Muwafik Saleh
Komunikasi pelayanan publik (Public ServiceCommunication) adalah suatu aktifitas interaksi seseorang dengan orang lain dalam memberikan pelayanan di suatu lembaga layanan. Dalam perspektif profetik, komunikasi pelayanan publik adalah kegiatan yang mulia karena berupaya membantu orang lain dalam memenuhi kebutuhan dan kepentingannya. Untuk itu prinsip utama dalam kegiatan komunikasi pelayanan publik ini adalah seluruh kegiatan manusia haruslah dimulai dengan mengucapkan kalimat “Bismillahirrahmanaanirrahiim.”
Satu kalimat yang selalu dijadikan awal suatu tindakan seseorang adalah kalimat Bismillahirrahmanirrahim, artinya dengan menyebut nama Allah. Kata ini dimulai dengan huruf “ba” yaitu huruf jar yang memiliki hubungan dengan kalimat sebelumnya yang dalam basmalah kalimat tersebut dibuang, bila ditampakkan kira-kira adalah berbunyi “abda-u” bi…, yang artinya “aku memulai”, sehingga bismillah artinya “aku memulai dengan nama Allah”. Hal ini berarti seseorang yang memulai suatu tindakan tidak akan dapat melakukan kecuali dengan kekuasaan Allah swt. Huruf “ba” ini memiliki konotasi makna bahwa adanya kedekatan antara dua benda yang satu dengan lainnya seakan hampir tidak berjarak, mencari pertolongan dari sesuatu, mencari berkah dari sesuatu. (Mufti Shafi Utsmani, dalam Ma’riful Quran).
Apabila makna ini ditarik dalam kajian komunikasi pelayanan publik dengan menggali rahasia makna dari kalimat basmalah ini, maka akan ditemukan beberapa kesan yang dapat dijadikan prinsip dalam komunikasi pelayanan public. Pertama, seseorang haruslah menjadikan kegiatan komunikasi layanannya dilandaskan atas nama Allah swt. Artinya setiap tindakan komunikasi harus dibangun dalam satu mindset “niat baik” yaitu untuk beribadah menjalankan tugas ketuhanan dalam fungsi kemanusiaan.
Sebagaimana makna “ba” dalam basmalah menurut tata bahasa Arab adalah bermakna “dengan bersama” yaitu suatu aktifitas yang dilakukan oleh seseorang dan terikat sangat dekat dalam satu kesatuan dengan lainnya. Artinya seseorang yang melakukan tindakan dengan mengucapkan kalimat ini seakan merasa ada kedekatan yang tak terpisahkan dengan Allah swt sebagai pemilik kekuasaan segalaNya. Sehingga dalam menjalankan setiap tindakan apapun termasuk dalam berkomunikasi dengan orang lain dalam memberikan pelayanan haruslah merasa sedang bersama Allah swt, maksudnya adalah setiap tindakan seseorang sejatinya adalah mengimplementasikan tugas-tugas ketuhanan seperti melayani, mengayomi, membantu dan memudahkan setiap urusan orang lain dalam mewujudkan kepentingan kehidupannya. Pelayanan ini haruslah dilakukan dengan semangat mengabdi kepada Tuhan melalui tupoksi dalam pekerjaannya. Demikian pula bermakna bahwa tindakan komunikasi pelayanan dipahami sebagai sarana untuk mendapatkan keberkahan (terus mengalirnya kebaikan) bagi dirinya dan orang lain melalui kegiatan pelayanan terbaik yang bisa mereka persembahkan pada orang lain.
Dalam kalimat basmalah tersebut yang diawali dengan huruf jar “ba”. Ibarat huruf jar yaitu menjadikan segala bentuk kata benda setelahnya akan berubah menjadi majrur yang salah satu tanda majrurnya adalah adalah kasrah, harakat berbentuk garis yang ada di bawah huruf. Posisi jar dan majrur seakan memberikan kesan posisi merendah atau bersedia berada di bawah. Sehingga aplikasinya bahwa seseorang haruslah membangun mindset dalam dirinya bahwa pelayanan itu sebenarnya adalah kesediaan untuk merendah, mengayomi, membantu. Seorang pemberi layanan dalam berkomunikasi dengan orang lain harus membangun mindset untuk siap merendah, siap berada dibawah perintah orang lain dan kemudian bersedia untuk membantu mewujudkan segala urusan dan kepentingannya.
Selanjutnya, prinsip kedua komunikasi pelayanan publik adalah bahwa dalam berkomunikasi dengan orang lain saat memberikan pelayanan haruslah dibangun atas nilai kasih sayang (ar rahmaan arrahiim). Artinya yang menjadi dasar motivasi tindakan dalam praktik komunikasi pelayanan publik adalah prinsip penuh kasih sayang. Wujud dari nilai ini yaitu bahwa motivasi utama yang harusnya dibangun dalam benak dan pikiran seorang pemberi layanan adalah untuk menebarkan kasih sayang, untuk membantu orang lain dalam memenuhi kebutuhan dan kepentingannya sehingga lahir sikap untuk memudahkan, mempercepat, sebagai bentuk kepedulian dan kesediaan melayani.
Makna ar Rahman dan ar Rahiim memiliki makna yang sama. Kata yang kedua adalah penguat bagi yang pertama sehingga selalu diartikan Pengasih lagi Penyayang. Beberapa ulama dan ahli tafsir mencoba menjelaskan, sebagaimana disampaikan oleh al Imam Ahmad Husain bin Mas’ud al Baghawi dalam tafsir Al Baghawi bahwa ar Rahman adalah sifat belas kasih Allah yang bermakna umum dan utama atau Agung, yaitu untuk semua makhluk. Sehingga ar Rahman bisa diartikan bahwa Allah adalah Dzat yang dipenuhi rasa rahmah mencakup seluruh makhluk yang Dia tidak membeda-bedakan. Sementara ar Rahiim adalah sifat belas kasih Allah bermakna khusus, yaitu khusus untuk kalangan orang beriman (mukmin).
Jadi Amaplikasi sifat Ar Rahman ar Rahiim ini dalam praktek komunikasi pelayanan publik yaitu prinsip ketiga dalam komunikasi pelayanan publik adalah bahwa pelayanan haruslah dapat menyentuh semua kalangan dan semua kalangan mendapatkan pelayanan secara baik dan sempurna tanpa membeda-bedakan status. Setiap orang berhak mendapatkan pelayanan secara sama dan mereka juga diperlakukan secara sama yaitu menikmati komunikasi layanan dengan cara yang terbaik (excellent) dan memuaskan semua pihak. Namun demikian, bagi seseorang atau publik yang mampu menunjukkan loyalitasnya maka mereka berhak mendapatkan pelayanan khusus secara prima, Very Important Person. Artinya boleh jadi suatu lembaga memberikan pelayanan lebih dan berbeda pada masyarakat atau publiknya terkhusus bagi mereka yang mampu menunjukkan loyalitasnya. Nilai loyalitas inilah yang membedakan perlakuan atas setiap orang dari publik suatu lembaga.
Penulis KH Akhmad Muwafik Saleh Pengasuh Pesma Tanwirul Afkar dan Dosen FISIP UB