KANAL24, Jakarta – PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) menargetkan perolehan laba bersih 2020 mencapai Rp3 triliun, setelah di sepanjang 2019 hanya membukukan senilai Rp209 miliar atau menurun 92,55 persen (year-on-year).
Direktur Utama BBTN, Pahala N Mansury optimistis bahwa pada tahun ini
BBTN bisa meraup laba bersih mencapai Rp3 triliun, lantaran fondasi bisnis perseroan ditopang oleh kekuatan rasio kecukupan modal (CAR) yang mencapai 17,32 persen per akhir Desember 2019 dan berada di atas 18 persen per akhir Januari 2020.
“Selain itu, optimisme Bank BTN di 2020 juga didukung oleh rasio kecukupan likuiditas (LCR) sebesar 136,31 persen di akhir Desember 2019,” kata Pahala dalam acara “Media Briefing: Menjaga Pertumbuhan Bisnis dengan Dukungan Modal dan Likuiditas yang Kuat” di Jakarta, Senin (17/2/2020).
Dia menyebutkan, strategi bisnis perseroan akan lebih fokus pada peningkatan produktivitas dan mengoptimalkan platform terkait proses kredit maupun infrastruktur data. “Tahun ini Bank BTN juga meningkatkan digitalisasi dan otomatisasi. Kami juga akan memaksimalkan kemitraan untuk membangun ekosistem di sektor properti dan perumahan,” tutur Pahala.
Pahala menilai, pada tahun ini industri perbankan masih dibayangi perlambatan ekonomi, tetapi peluang bisnis masih terbuka. Potensi bisnis yang masuk ke dalam radar
BBTN ada pada perkembangan sentra-sentra pertumbuhan baru, seiring dengan tren urbanisasi, peningkatan kelas menengah, pengembangan infrastruktur hingga pemindahan ibukota negara.
Lebih lanjut dia menyebutkan, laba bersih BBTN di 2019 menurun sebesar 92,55 persen (yoy) menjadi Rp209 miliar. “Penurunan ini karena adanya penyesuaian melakukan kolektibilitas, penyiapan pemberlakuan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 71 ( PSAK 72) dan peningkatan cost of fund,” ungkap Pahala.
Pada 2019, BBTN menyalurkan kredit dan pembiayaan mencapai Rp255,82 triliun atau bertumbuh 7,36 persen (yoy) dengan tingkat NPL gross sebesar 4,78 persen dan NPL net sebesar 2,96 persen. “Pada tahun ini kami akan menjaga NPL gross di bawah 3,5 persen atau sekitar 3-3,5 persen,” tegas Pahala.
Per akhir Desember 2019, Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN)
BBTN berada di posisi Rp6,14 triliun atau meningkat 85,09 persen (yoy). “Coverage ratio kami berada di level 50,01 persen pada Desember 2019 dan terus kami pupuk, sehingga pada Januari 2020 sudah mencapai 109,47 persen,” ungkapnya.(sdk)