KANAL24, Jakarta – Bank Indonesia (BI) meyakini tekanan inflasi dalam beberapa bulan ke depan akan rendah, khususnya selama wabah covid-19 berlangsung. Hal itu terjadi karena pembatasan aktivitas sosial masyarakat secara luas berdampak pada menurunnya daya beli. Anjuran work from home (WFH) mendorong permintaan beberapa komoditas yang masuk dalam kelompok pengeluaran akan mengalami penurunan.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengatakan rilis laju inflasi dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan Maret 2020 kemarin, sebesar 0,10 persen, masih dalam rentang perkiraan BI sebelumnya. BI sebelumnya menyatakan bahwa angka inflasi hingga minggu keempat bulan Maret sebesar 0,13 persen month to month (mtom). Artinya rilis resmi BPS dengan hasil survei BI dalam rentang yang sama.
“Tekanan inflasi ke depan akan rendah, karena permintaan masyarakat rendah, sehingga dampak inflasi juga rendah,” kata Perry dalam konferensi pers via live streaming , Kamis (2/4/2020).
Perry juga menegaskan pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) juga dipastikan tidak akan terlalu berdampak pada angka inflasi bulanan. BI berkomitmen untuk terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah melalui berbagai macam intervensi di pasar keuangan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
Dengan begitu seberapapun nilai tukar tidak akan berpengaruh signifikan terhadap nilai inflasi, kata Perry.
“Inflasi rendah dan insya Allah ke depan akan rendah dengan berbagai langkah yang terkendali. BI sebagai lender ofthe last resort juga akan meminimalkan terjadinya inflasi. Jadi masyarakat tidak usah panik beli barang-barang dan lainnya agar harga terkendali,” ujar Perry. (sdk)