Jamu biasanya identiknya sama penjualnya yang suka keliling sambil gendong jamunya di botol kan ya? Harganya pun cukup terjangkau, tapi sebenernya khasiatnya banyak lo. Ada jamu beras kencur, kunyit asam, dan ada yang pahit. Sekarang ini biasanya penjual jamu masih sering kita temui di desa-desa, kalo nggak keliling naik sepeda, ya jalan kaki. Tapi di tengah Kota Jakarta ada ternyata penjual jamu, bahkan masuk café. Ya, saya selalu suka inovasi anak muda di dunia bisnis, terlebih soal perhatiannya pada dunia pertanian.
Café ini namanya Acaraki, konsep café yang menggabungkan cara peracikan kopi dengan jamu yang kental akan nuansa tradisionalnya tapi ternyata bisa dikemas secara modern. Apalagi café ini hadir di tengah kota Jakarta. Lokasinya berada di Gedung Kertaniaga, di sebelah Museum Fatahillah. Kalo ada kesempatan main ke Kota Tua, tidak ada salahnya buat menyicipi jamu di sana.Tentu setelah corona ini berakhir, bisa lah kita rencanakan untuk mampir ke sana.
Mari kita belajar sedikit tentang konsep café ini. Dari website resminya, acaraki.com, membagikan beberapa informasi yang menarik. Dimulai dari namanya, Acaraki, ini merupakan gelar profesi dari seorang peracik jamu pada masa kerajaan Majapahit. Jamu itu katanya berasal dari akronim bahasa jawa kuno, yatu djampi dan oesodo.
Djampi itu mantra atau doa yang dibaca melalui medium tertentu, sedangkan oesodo itu pengobatan atau kesehatan. Jadi bisa kita gabung ini dari keduanya jamu itu sebagai suatu harapan akan kesehatan yang didoakan melalui medium tertentu. Dan Acaraki ini hadir di tengah Kota Jakarta untuk mengenalkan kembali profesi ini terutama pada kalangan anak muda yang sekarang ini jarang banget kita dengar mereka kenal sama jamu-jamu Indonesia yang kaya akan khasiatnya. Jadi menyesuaikan juga sama selera anak muda sekarang yang suka nongkrong dan ngopi, kesannya jadi lebih modern kan.
Uniknya memang pengunjung di sana bisa langsung tahu bagaimana peracikan jamunya. Mereka tahu apa yang dimasukkan dalam minuman tersebut, tahu proses pengolahannya bahkan memilih sendiri mau yang mana. Kerennya lagi pake metode penyeduhan kopi modern, anak muda banget lah. Bahkan saya pernah melihat ada bule yang mereview minuman di sana, bule aja tertarik sama produk lokal, anak muda jangan mau kalah ya hehe.
Ownernya dari Acaraki ini, Jony Yuwono, sempat berbincang juga dengan founder PharmaONEBRAND, Karyanto, dalam liputan bersama jamudigital, ternyata hadirnya Acaraki ini ingin mengusung #JamuNewWave dan yang disasar memang generasi milenial.
“Target utama dari Café Jamu Acaraki ke depan adalah untuk menggalang #JamuNewWave agar generasi muda dapat melihat ke jamu dengan sudut pandang yang berbeda dan berpartisipasi dalam pelestariannya” begitu tegasnya.
Cara menariknya gimana, ya itu tadi dengan sedikit sentuhan modern dari penyajiannya, kita tahu anak muda sekarang ini suka ngopi dan banyak sekali bisnis kopi menjamur di Indonesia. Tapi kalau sekarang kondisinya seperti ini tentu anak nongkrong di kedai sudah dibubarkan sama polisi. Sabar ya, coronnya segera pamit Insyaa Allah.
NANOBUBBLE, Startup Perikanan di Indonesia
Menu jamunya sendiri di Acaraki juga bervariasi. Ada namanya minuman Saranti, ini minuman beras kencur. Harganya kalo udah masuk café begini jadi Rp 25.000. ada lagi Golden Sparkling, Rigalize, ini kunyit asem, ada juga kunyit asam tubruk harganya Rp20.000. Sedikit kreativitas dan bisa memahami perilaku konsumen saat ini adalah kepekaan yang menjadi passion untuk bisa berwirausaha. Omzetnya? Tentu akan mengikuti selagi konsumen masih mau datang untuk membeli.
Jadi tetap optimis ya, pertanian Indonesia sangat kaya. Harus ada yang konsen di sana. Anak muda jangan mau kalah sama Pak Jony ya. Tetap Semangaat!
Penulis : Martina Mulia Dewi, mahasiswa agribisnis FP UB