KANAL24, Malang – Pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk wilayah Malang Raya, guna mengurangi penyebaran Covid-19 tinggal menunggu waktu pelaksanaan. Dengan adanya aturan PSBB ini, maka ada pembatasan aktifitas yang menimbulkan kerumunan warga dan mobilitas warga antar daerah. Namun bukan berarti perekonomian diberhentikan, karena masyarakat tetap membutuhkan kebutuhan primernya
Menurut pakar UMKM Universitas Brawijaya, Sri Palupi Prabandari, CRP., Ph.D, saat ini UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) memang menghadapi tantangan besar karena UMKM harus menjalankan bisnis diluar “kebiasaan”. Terlebih Kota malang yang selama ini mayoritas ekonominya bersumber dari konsumsi mahasiswa, sehingga pasti terdampak.
“Masa pendemi akan merubah cara hidup masyarakat dan cara berbisnis. UMKM diharapkan mampu bertransformasi menemukan inovasi dalam produksi dan penjualannya. Bisnis tetap dapat dijalankan dengan adaptasi dan penyesuaian dengan peraturan PSBB,” ungkap Palupi Rabu (13/5/2020)
Lanjutnya, bagaimana UMKM dapat bertahan? Bergantung pada bagaimana kemampuan mereka (UMKM) untuk membuat swifting, switching dan mitigasi bisnis. Jika biasanya menjual bahan jadi, mungkin sekarang perlu mempertimbangkan menjual bahan mentah. Biasanya menjual secara offline, sekarang harus menjual via online. Apabila biasanya pelaku usaha tidak pernah menghubungi konsumen/klien, sekarang waktunya melakukan customer relationship management. Ada banyak peluang usaha, seperti dibidang pangan, logistik dan jasa ekspedisi.
Dosen Manajemen Fakultas Ekonomi UB itu menjelaskan, pemerintah daerah harus melibatkan UMKM dalam aktifitas ekonominya. Misalnya untuk akomodasi tenaga medis dapat berkolaborasi dengan guest house dan hotel, penyaluran bantuan sembako dapat melibatkan perusahaan transportasi. Untuk melayani konsumsi tim satgas, satpol PP, dkk saat PSBB dapat bekerjasama dengan warung-warung UMKM, resto, dan katering, serta untuk kesediaan masker kain/APD dapat melibatkan perusahaan konveksi dan para pengrajin/penjahit.
“Yang paling mudah direalisasikan adalah transformasi bisnis pasar. Pasar kini menjadi tempat yang masih sulit dilakukan social distancing, padahal mereka adalah penyedia kebutuhan pokok masyarakat. Bagaimana pemerintah membuat sistem pasar online yang bisa menghubungkan supplier, pedagang dan pembeli tanpa bertemu langsung atau meminimalisir kontak langsung. Ada beberapa pasar yang sudah melakukan ini tapi banyak yang belum, sentuhan dari Pemda akan lebih baik untuk penataannya,” pungkasnya.(meg)