oleh | Akhmad Muwafik Saleh
Tanpa terasa ramadhan sudah tersisa beberapa hari lagi. Hampir sebulan penuh kita melaksanakan ibadah puasa di tengah pandemi corona. Memang terasa beda antara ramadhan kali ini dengan ramadhan tahun-tahun sebelumnya. Ramadhan pada masa pandemi ini terasa sepi dengan syiar, jauh dari keramaian, kebahagiaan di saat berbagi takjil ataupun irama musik perkusi keliling menjelang sahur.
Memang puasa adalah milik Allah, hubungan antara makhluk dengan Tuhannya semata, namun syiar di bulan ramadan dibutuhkan untuk menyuburkan kembali jiwa-jiwa gersang, yang selama setahun menghabiskan diri untuk pemenuhan kepentingan duniawi, yang hari-harinya dipenuhi dengan rencana- rencana dan aktivitas pencapaian target materi. sehingga sangat wajar apabila pada bulan Ramadan diramaikan dengan syiar keagamaan agar jiwa-jiwa gersang itu kembali bersemi pasca Ramadan.
Sekalipun Ramadan tahun ini tidak semeriah tahun sebelumnya, namun masih tersisa hari-hari terakhir menuju berpisahnya sang Ramadan ini, untuk diisi dengan amaliah-amaliah terbaik. Sebuah kaidah Ushul fiqih menyatakan :
ما لا يدرك كله لا يترك كله
“Disaat tidak mampu untuk mendapatkan kesemuanya, maka jangan tinggalkan seluruhnya”.
Di akhir Ramadan ini masih ada kesempatan untuk mengisinya dengan amaliah yang dianjurkan antara lain : qiyamul Lail, menuntaskan bacaan Alquran, i’tikaf di masjid, bersedekah, membayar zakat dan sebagainya. Diperjalanan menuju akhir ini, sudah sewajarnya bagi seorang yang cerdas untuk semakin menambah energi agar bisa mencapai titik finish dengan lebih baik dan cepat lagi. Ibarat seseorang yang sedang mengikuti perlombaan lari maraton, di saat telah tampak di hadapannya depannya sebuah garis finish, maka ia akan mengeluarkan energi dengan lebih maksimal lagi agar mampu menjadi sang juara. Karena penentu kemenangan ada di akhir perjalanan. Rasulullah bersabda :
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ
Bahwa nilai amal itu ditentukan oleh bagian penutupnya. (HR. Ahmad, Bukhari dsb)
Karena itu, perjuangan besar seharusnya kita lakukan ketika kita berada di penghujung amalan. Termasuk ketika kita sedang berada di penghujung ramadhan. Al-Hafidz Ibnu Rajab mengatakan,
يا عباد الله إن شهر رمضان قد عزم على الرحيل ولم يبق منه إِلّا قليل فمن منكم أحسن فيه فعليه التمام ومن فرط فليختمه بالحسنى
“Wahai para hamba Allah, sungguh bulan Ramadhan ini akan segera pergi dan tidaklah tersisa waktunya kecuali sedikit. Karena itu, siapa saja yang telah beramal baik di dalamnya hendaklah dia menyempurnakannya dan siapa saja yang telah menyia-nyiakannya hendaklah ia mengakhirinya dengan yang terbaik.”
Kata kuncinya adalah ujung atau akhir yang terbaik, itulah jalan kesuksesan orang baik. Demikian pula al imam Ibnul Jauzi mengatakan,
إن الخيل إذا شارفت نهاية المضمار بذلت قصارى جهدها لتفوز بالسباق، فلا تكن الخيل أفطن منك! فإن الأعمال بالخواتيم، فإنك إذا لم تحسن الاستقبال لعلك تحسن الوداع
Al-Imam Ibnu Al-Jauziy rahimahullah berkata :
“Seekor kuda pacu jika sudah berada mendekati garis finish, dia akan mengerahkan seluruh tenaganya agar meraih kemenangan, karena itu, jangan sampai kuda lebih cerdas darimu. Sesungguhnya amalan itu ditentukan oleh penutupnya. Karena itu, ketika kamu termasuk orang yang tidak baik dalam penyambutan, semoga kamu bisa melakukan yang terbaik saat perpisahan.”
Jangan sampai kuda lebih cerdas darimu. Sebuah kalimat yang menampar kita untuk menjadi lebih baik guna mengakhiri perjalanan Ramadan ini dengan Amalia terbaik. Karena yang menjadi ukuran adalah kesempurnaan akhir dari sebuah amalan, dan bukan sebab buruknya permulaan. Kita tidak tahu, pada saat langkah yang ke berapa dan kapan, amalan kita diterima oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Semoga Allah mengakhirkan diri kita dalam keadaan yang terbaik. Aamiin.
Penulis KH. Akhmad Muwafik Saleh pengasuh Pesma Tanwirul Afkar, Dosen FISIP UB dan sekretaris KDK MUI provinsi Jawa Timur