Setelah kemarin membahas mengenai contoh praktik pertanian yang dilakukan di Thailand yaitu budidaya kurma, mari kita lihat bagaimana kegiatan pertanian yang ada di luar negeri lainnya. Siapa tahu ada yang bisa diadopsi dari sana.
Jepang adalah negara dengan perkembangan yang sangat pesat, terlebih soal teknologi. gudangnya di sana. Lalu bagaimana ya dengan praktik pertanian di sana? Diberitakan dari BBC News di Jepang, ada beberapa hal yang diperlihatkan Jepang dalam mengatasi dan mempersiapkan soal pertanian di negaranya. Tentunya dengan harapan untuk mencukupi kebutuhan pasokan makanan semua orang dan tetap bisa mengatasi berbagai tantangan yang ada.
Seorang ilmuwan Jepang, Yuri Mochi, telah menanam buah dan sayuran tidak di tanah bahkan tidak memerlukannya. Ia menggunakan selaput polimer bening dan berpori yang biasanya digunakan untuk mengobati ginjal manusia. Tumbuhan akan tumbuh di atas selaput dan membantu penyimpanan cairan dan nutrient. Media ini keuntungannya juga karena pestisida tidak lagi dibutuhkan. Metode ini digunakan karena revolusi pertanian yang dilakukan terutama di Jepang timur laut yang tercemar oleh zat dan radiasi dari tsunami dan bencana nuklir tahun 2011.
Revolusi pertanian yang sedang berlangsung di Jepang lainnya adalah lahan yang diubah menjadi pusat teknologi dengan bantuan kecerdasan buatan (AI), Internet of Think (IoT), dan pengetahuan tercanggih. Sudah tidak diragukan lagi.
Traktor robot juga telah dikembangkan oleh Jepang yang memprediksi bahwa penduduk bumi akan meningkat dari 7,7 milyar orang menjadi 9,8 miliar di tahun 2050. Pengembangan ini juga berkerja sama dengan Hokkaido University, pabrik mesin Yanmar yang mengembangkan traktor robot dan diuji di lapangan. Namun dalam praktik ini, PBB memperkirakan 40% produksi biji-bijian akan bermasalah di tahun 2050.
Keterlibatan teknologi di sini bukan hanya untuk menangani masalah sumber daya manusia, yaitu konsep pertanian dengan lebih sedikit orang. Tetapi juga membangkitkan kembali perhatian anak muda untuk pertanian di Jepang. Karena dalam kurun waktu 10 tahun itu jumlah warga Jepang yang terlibat dalam bidang pertanian mengalami penurunan yang awalnya 2,2 juta menjadi 1,7juta orang. Dan umur rata-ratanya pekerja adalah 67 tahun. Maka dari itu anak muda harus ikut andil untuk meningkatkan perekonomian negara juga, dari sektor pertanian.
Selanjutnya adalah diversifikasi pertanian. Memperluas lahan, memperbanyak keanekaragaman komoditas, bahkan perluasan lahan tanpa tanah juga dilakukan. Pertanian di dalam gedung, vertical garden bukanlah pemandangan yang ganjil. Tak heran, sayuran bisa tumbuh subur di dalam gedung, bahkan padi pun bisa. Jika lahan luas untuk budidaya pertanian, maka penggunaan drone otomatis menjadi solusinya. Ada banyak lagi praktik pertanian yang mungkin belum kita temukan di Indonesia. Tapi bukan berarti pertanian Indonesia jauh ketinggalan. Tidak. Kita harus tetap optimis. Butuh waktu dan proses untuk mengembangkan pertanian Indonesia.
Kebun Kurma Subur Di Indonesia
Tidak semua praktik pertanian di negara maju terutama memang bisa diadopsi begitu saja di Indonesia. Melihat kondisi dan situasinya juga, dan dana yang utama. Sebuah konsep yang dipelajari dalam dunia akademisi bahwa ada segitiga yang terus bersinergi, yaitu pemerintah, instansi pendidikan, dan petani, bersama-sama membangun pertanian. Bukan pada satu pihak saja yang dilibatkan. Itu salah satu kunci pertanian Indonesia maju.
Pemerintah dan kebijakannya, instansi pendidikan dengan research dan pengetahuannya untuk berinovasi, dan para petani sebagai aktor di lapangnya. Kerja sama dan gotong royong harus terus diciptakan. Pertanian Indonesia Maju!
Penulis: Martina Mulia Dewi Mahasiswa Prodi Agribisnis FP UB