oleh | Akhmad Muwafik Saleh
Islam adalah agama rahmat bagi umat manusia yang memberikan solusi atas berbagai persoalan yang dihadapi oleh manusia dalam menjalani kehidupannya. Untuk mewujudkan nilai-nilai rahmatan lil alamin itu Islam memberikan jalan pintas atas penyelesaian berbagai persoalan termasuk di dalam mencapai tujuan secara maksimal. Berbagai jalan pintas itu dapat disesuaikan berdasarkan peran pada masing-masing. Bagi seorang pembelajar maka jalan pintasnya adalah dengan berkhidmat (melayani baik terhadap ilmu, guru, teman dan lembaga/pondok). Bagi seorang guru atau ulama, maka jalan pintas untuk menggapai maksud adalah dengan ikhlas dalam menyampaikan ilmu dan bersabar dalam menghadapi berbagai cobaan dalam mendampingi umat. Demikian pula jalan pintas seorang pemimpin dalam mencapai derajat mulia disisi Allah, dan meraih keberhasilan di dunia maupun di akhirat adalah dengan berlaku adil. Bahkan pemimpin yang adil dimasukkan dalam kategori salah satu orang yang akan diberikan naungan oleh Allah subhanahu wa ta’ala di saat tidak ada naungan kecuali naunganNya.
Keadilan kepemimpinan sangat diharapkan oleh seluruh rakyat agar mereka merasa diperlakukan secara sama dan tidak berat sebelah berdasarkan kepentingan penguasa. Keadilan yang ditampilkan oleh pemimpin akan menjadi jalan terbukanya keberkahan suatu negeri, sebab keadilan itu dekat dengan Taqwa. Dan taqwa adalah jalan pintas keberkahan itu. Artinya pemimpin yang tidak adil terhadap rakyatnya, sebenarnya sedang mengundang bala bencana, musibah dan berbagai persoalan kehidupan pada negeri itu hingga hilang keberkahan atas sebuah negeri.
Keadilan dari seorang pemimpin akan muncul manakala sang pemimpin benar-benar mengetahui dan terlibat langsung ikut merasakan apa yang sedang dialami oleh rakyat. Pemimpin yang jauh dari rakyatnya hanya akan selalu menyakiti hati rakyat melalui produk kebijakan-kebijakan yang mengusik rasa keadilan publik karena terkesan berat sebelah dan berstandart ganda. Kita dapat perhatikan dalam kebijakan penanganan pencegahan covid-19, disatu sisi sangat tegas terhadap umat islam dengan melarang berkumpul dan shalat berjamaah di masjid, namun disisi lain sangat longgar terhadap mall dan pusat perbelanjaan, bahkan dengan sengaja mengadakan konser musik yang mengumpulkan banyak kerumunan massa bahkan di fasilitasi oleh kekuasaan. Realitas ketidakadilan yang ditampilkan secara telanjang di hadapan publik hanya akan menimbulkan rasa kekecewaan pada publik dan menggerus kepercayaan rakyat atas pemerintah.
Seorang pemimpin yang berlaku tidak adil maka ia telah mengkhianati terhadap rakyatnya dan mengkhianati Allah dan RasulNya. Karena kepemimpinan adalah amanah dari Allah sehingga seseorang yang menjalankan kepemimpinan dengan tidak adil maka ia tergolong dalam pemimpin yang zalim yang diancam oleh Allah dengan azab yang pedih. Disebutkan dalam sabda Nabi :
“Barang siapa yang diangkat oleh Allah menjadi pemimpin bagi kaum Muslim, lalu ia menutupi dirinya tanpa memenuhi kebutuhan mereka, (menutup) perhatian terhadap mereka, dan kemiskinan mereka. Allah akan menutupi (diri-Nya), tanpa memenuhi kebutuhannya, perhatian kepadanya, dan kemiskinannya.” (HR. Abu Dawud )
Pemimpin yang zalim Dianggap telah berdusta kepada Allah dan RasulNya. Nabi berbda :
”Barang siapa yang menipu kami, bukanlah dia dari golongan kami.” (HR Muslim).
Pemimpin zalim sangat dibenci oleh Allah karena ia telah menghianati amanah kepemimpinan yang yang dititipkan oleh Allah kepadanya. Dari Abu Sa’id radhiyallahu ‘anhu ia berkata, Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya manusia yang paling dicintai oleh Allah pada hari kiamat dan paling dekat kedudukannya di sisi Allah adalah seorang pemimpin yang adil. Sedangkan orang yang paling dibenci oleh Allah dan paling jauh kedudukannya dari Allah adalah seorang pemimpin yang zalim.” (HR. Tirmidzi)
Pemimpin yang demikian maka Allah akan berlepas tangan dalam membantu kepemimpinannya sehingga yang terjadi adalah masalah demi masalah yang akan dihadapi serta menjauhkan dari keberkahan dalam kepemimpinan dan mengangkat keberkahan negeri. Sebagaimana firman Allah :
وَلَوۡ أَنَّ أَهۡلَ ٱلۡقُرَىٰٓ ءَامَنُواْ وَٱتَّقَوۡاْ لَفَتَحۡنَا عَلَيۡهِم بَرَكَٰتٖ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِ وَلَٰكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذۡنَٰهُم بِمَا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ
Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan. (QS Al-A’raf, Ayat 96).
Untuk itu dalam menjalankan kepemimpinan maka dahulukan kepentingan Allah Subhanahu Wa Ta’ala daripada kepentingan makhluk terlebih lagi kepentingan ekonomi. Karena sejatinya kepemimpinan adalah amanat dari Allah untuk menegakkan aturan-Nya dan meninggikan kalimat-Nya yang mulia. Sehingga apabila dihadapkan pada suatu pilihan antara menegakkan syiar agama Allah dan kepentingan ekonomi atau pertimbangan rasionalitas lainnya, maka kepentingan Allah harus lebih didahulukan. Jika demikian maka tentulah Allah akan menolongnya untuk keluar dari masalah yang dihadapi. Karena hanya Allah-lah yang berkuasa atas segala sesuatu, termasuk menetapkan atau mencabut bencana, wabah penyakit yang melanda suatu negeri. Namun jika kepentingan Allah dinomer duakan maka tidak menutup kemungkinan Allah menjauhkan dari jalan keluar atas masalah yang dihadapi. Sebagaimana telah dijelaskan dalam hadis riwayat Abu Dawud di atas.
Seorang pemimpin yang cerdas dan berilmu tentu akan memilih dan mengambil jalan pintas untuk keluar dari masalah (termasuk dalam hal ini wabah covid-19) yaitu berlaku adil terhadap Allah dan umatnya dengan cara mendahulukan siar agamanya meninggikan kalimatnya dan memuliakan pemeluk agama-Nya. Itulah cara menolong agama Allah dan Allah pasti akan pula menolong kepemimpinannya yaitu memberikannya jalan keluar dan terbebas dari bencana wabah yang sedang dihadapi. Allah berfirman :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِن تَنصُرُواْ ٱللَّهَ يَنصُرۡكُمۡ وَيُثَبِّتۡ أَقۡدَامَكُمۡ
Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (QS. Muhammad, Ayat 7)
Semoga para pemimpin di negeri ini diberi hidayah dan kekuatan untuk lebih mentaati Allah dan rasul-Nya daripada hawa nafsunya. wallahualam.
Penulis KH. Akhmad Muwafik Saleh pengasuh Pesma Tanwirul Afkar, Dosen FISIP UB dan sekretaris KDK MUI provinsi Jawa Timur