oleh | Akhmad Muwafik Saleh
Hari ini bertepatan dengan hari kelulusan dan kemenangan bagi kaum beriman, yaitu setelah satu bulan penuh melewati masa-masa ujian dalam madrasah (sekolah) Ramadhan. Kurikulum utama selama bulan Ramadhan adalah mengajarkan para siswanya dan peserta didiknya untuk menahan diri dari haus dan lapar, menahan ucapan, menahan diri dari gejolak hawa nafsu. Inti dari sekolah ramadhan adalah menahan (imsak) dari segala hal yang buruk yang dibisikkan oleh jin dan setan yang ingin menjerumuskan manusia. Kurikulum sekolah ramadhan bertujuan untuk menahan dan menekan gejolak kebutuhan fisik dengan harapan apabila dorongan fisik dapat terkelola dengan baik akan mampu mengendalikan gejolak dan dorongan psikologis seseorang. sebagaimana disebutkan dalam hadits :
عن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: (قال الله عزوجل: كل عمل بن آدم له إلا الصيام؛ فإنه لي وأنا أجزي به، والصيام جنّة، وإذا كان يوم صوم أحدكم فلا يرفث، ولا يصخب، فإن سابّه أحد أو قاتله فليقل: إني امرؤ صائم، والذي نفس محمد بيده لخلوف فم الصائم أطيب عند الله من ريح المسك، للصائم فرحتان يفرحهما: إذا أفطر فرح، وإذا لقي ربه فرح بصومه) رواه البخاري
Dari Sayyidina Abu Hurairah رضيَ اللَّه عنهُ bahwasanya Rasulullah صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم bersabda yang maksudnya : ( Allah Azza wa Jallaberfirman : “ Setiap amal anak Adam adalah baginya kecuali puasa, sesungguhnya ia untuk –Ku, Aku yang akan membalasnya. Puasa adalah perisai, jika kalian sedang berpuasa janganlah berkata kotor atau menghardik. Apabila seseorang mengumpat atau memusuhinya, katakana: “Aku sedang berpuasa.” Demi Dzat yang jiwa Muhammad ditangan-Nya, bau mulut orang yang berpuasa lebih harum disisi Allah dari pada minyank wangi, bagi orang yang berpuasa ada dua kebahagiaan, ketika berbuka puasa ia bergembira dan ketika bertemu Rabbnya ia gembira dengan pahala puasanya.” (HR. Imam Bukhari)
Seseorang yang mampu mengendalikan fisiknya dengan puasa dengan menahan diri dari segala dorongan nafsu, maka diharapkan mampu mengelola psikologis kejiwaannya dengan lebih bersabar dan bertawakal kepada Allah, sehingga bisa mencapai derajat Taqwa.
Puasa Romadhon yang kita lakukan selama satu bulan, sedari awal telah ditetapkan indikator keberhasilannya, yaitu la’allakum tattaquun, agar kalian menjadi orang-orang yang bertakwa. Artinya untuk mengetahui apakah puasa kita di bulan Ramadan telah berhasil sebagaimana yang dimaksudkan maka cara menilainya adalah sejauh mana nilai-nilai taqwa terbangun pada diri dan kehidupan kita pasca bulan Romadhon. Dengan satu harapan, ada suasana kehidupan baru (New Normal) setelah berpuasa sebulan penuh. Suasana hidup baru sebagaimana yang telah diajarkan dalam madrasah ramadhan.
New Normal yang diharapkan pasca ramadhan adalah kehidupan seorang mukmin yang terniasa menjaga diri dari godaan setan, menjaga pola konsumsi dirinya yang lebih teratur dan lebih sehat (halalan thayyiban), mampu menjaga lisan dari amarah, berbohong (hoax), mencaci, dan berkata-kata yang sia-sia, menjadikan dirinya lebih efektif dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Memiliki kemampuan mengelola waktu dengan baik yang berorientasi pada penguatan jiwa spiritual dengan banyak beribadah kepada Allah dan mengelola waktu-waktu malamnya untuk taqarrub pada Allah swt. Kekuatan spiritual inilah yang akan menguatkan kejiwaan yang mampu meringankan dari beban-beban psikologis dan menekan tingkat stres serta meningkatkan imunitas tubuh dan membantu mencegah dari segala penyakit.
Kehidupan new normal yang diharapkan terwujud dari madrasah ramadhan dari para lulusannya adalah sosok manusia yang memiliki kepedulian yang tinggi terhadap orang lain dengan banyak membantu, berbagi, berderma pada sesama. Sosok manusia baru yang menyadari sepenuhnya bahwa harta yang dimilikinya dari hasil kerja selama ini ada hak orang lain yang harus dipenuhi dan dibagikan pada sesama. Sosok manusia yang tidak hanya semata berorientasi pada kepentingan mengumpulkan pundi-pundi ekonomi individualis semata melainkan memiliki rasa tanggungjawab sosial yang tinggi untuk turut membangun kehidupan sosial yang sejahtera. Sehingga harta (potensi ekonomi) tidaklah berputar dikalangan orang-orang kaya tertentu saja (كي لايكون دولة بين الاغنياء منكم) (QS. Al Hasyr, ayat 7). Bahwa dalam setiap harta ada hak orang lain yang harus dipenuhi :
وَفِيٓ أَمۡوَٰلِهِمۡ حَقّٞ لِّلسَّآئِلِ وَٱلۡمَحۡرُومِ
Dan pada harta benda mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak meminta. (QS. Adz-Dzariyat, Ayat 19).
Manakala perilaku-perilaku tersebut terus membiasakan diri (istiqomah) dalam kehidupan sehari-hari setelah ramadhan ini maka hal demikian akan menjadikan diri kita, sebagai sosok manusia yang berhasil mewujudkan pribadi baru yang lebih positif dan kita akan menghadapi kehidupan baru (new normal) yang lebih berkualitas. Inilah indikator keberhasilan utama dari madrasah ramadhan dengan predikat lulus Summa Cumlaude, berupa taqwa.
Penulis KH. Akhmad Muwafik Saleh pengasuh Pesma Tanwirul Afkar, Dosen FISIP UB dan sekretaris KDK MUI provinsi Jawa Timur