Oleh : Agus Andi Subroto
Dosen STIE Yadika Bangil Pasuruan
GEMA takbir berkumandang tiada henti berasal dari Masjid dan Langgar di tempat penulis tinggal di Bumi Pahlawan Surabaya.
Bebarengan itu tidak ketinggalan suara petasan bersautan silih berganti memekakan telinga yang disulut para kawula muda. Tiap keluarga telah sibuk di rumahnya masing-masing menyiapkan bekal terbaik guna merayakan hari kemenangan nan fitri esok pagi. Alhamdulilah lebaran tiba.
Malam yang terang, semua jiwa di Negeri Zamrud Katulistiwa ini, kini tengah diliputi perasaan yang berbahagia, meski faktanya harus menghadapi pandemi virus corona covid-19.
Ada perubahan yang mesti kita hadapi sekarang, akibat adanya wabah pandemik tersebut. Tradisi mudik kita tiadakan sementara, perjalanan ratusan kilometer menuju kampung halaman sementara tinggal kenangan. Sedih, tentu saja.
Semua itu demi mentaati aturan larangan mudik ke kampung halaman serta menjalankan protokol kesehatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah yaitu social distancing dan physical distancing.
Sebagian besar masyarakat kita di saat Idul Fitri seperti ini sangat berharap untuk bisa mudik ke kampung halamannya. Tradisi berlebaran tiap tahun untuk bisa sungkeman kepada orangtua, bertemu kerabat dan handai taulan menjadi hal rutin dilakukan para karyawan swasta, maupun para ASN dan pekerja lainnya.
Sejujurnya kita semua tidak menginginkan wabah pandemi ini terjadi. Akan tetapi situasi yang demikian mengajarkan kita untuk saling menghargai serta berjuang bersama-sama membantu para pemimpin kita mengatasi virus pandemi. Peran yang bisa kita lakukan tidaklah berat. Hanya melakukan tindakan penuh kesadaran mentaati peraturan yang ada, tetap stay at home. Merayakan hari lebaran di rumah saja.
Di sinilah kita harus mampu berdamai dengan Covid-19, kita harus mampu beradaptasi. Memulai kebiasaan baik kepada diri sendiri, menjaga kebersihan seperti cuci tangan, mengkonsumsi makanan yang bermanfaat meningkatkan imunitas tubuh, serta kesadaran memperhatikan pola hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari, menjadi hikmat tersendiri, bagi kita semuanya.
Kali ini kita menjadi manusia baru pada kehidupan normal yang juga baru. Meski awalnya berat, namun telah kita ketahui bersama, beberapa bulan ini diri kita telah terlatih oleh situasi yang ada.
Jaman telah berkembang, berubah sedemikian rupa. Kemajuan teknologi membantu kita semua merayakan hari lebaran kali ini tetap semarak meski di rumah saja, melalui silaturahim virtual.
Berbekal alat komunikasi hape yang didalamnya lengkap dengan fitur yang bisa digunakan untuk mendekatkan kita dengan keluarga tercinta di kampung halaman. Meski harus diakui, semua itu tidak akan menggantikan nikmatnya silaturahim secara konvensional.
Setidaknya kita harus bersyukur, ditengah wabah pandemi ini, Tuhan telah melengkapi kita dengan semua fasilitas terbaik guna menjalani semua kejadian yang kita alami sekarang. Masihkah? Kita akan menyangkalnya!
Terakhir penulis ingin menyampaikan sesuatu sebagai berikut. Apabila jiwa sebening ari, maka janganlah membuat keruh. Apabila hati sepenuh awan, maka jangan membuat mendung. Raih kemenangan bersama dengan saling memaafkan.
Selamat Idul Fitri 1440 H.