KANAL24, Malang – Meski pandemi Covid-19 masih berlangsung, namun tidak menghentikan lima mahasiswa lintas fakultas Universitas Brawijaya, Malang untuk terus berkarya dan berinovasi. Dengan tujuan utama menciptakan konsep produk yang dapat digunakan dalam tindakan preventif mencegah stunting, tim ini telah memulai perancangan konsep sejak Agustus lalu. Di bawah bimbingan Riska Septifani, STP, MP, tim yang beranggotakan Desy Putri Utami , Ilham Setiawan , Laila , dan Nindya Grika Mirillia dari Fakultas Teknologi Pertanian, serta Primus Muhammad Ihza Kusuma dari Fakultas Kedokteran menginovasikan makanan pendamping balita yang mengadopsi teknologi fermentasi.
Menurut Primus, data terbaru yang diperoleh dari Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) menunjukkan bahwa fenomena stunting atau balita pendek di Indonesia telah melewati batas prevalensi yang ditetapkan sebesar 20 persen. Khususnya di daerah Tapal Kuda Jawa Timur seperti Kota Malang dan Kabupaten Pasuruan.
“Kedua daerah itu memiliki tingkat prevalensi stunting masing-masing sebesar 51,7 persen dan 47,6 persen, sehingga perlu segera dilakukan intervensi. Oleh karena itu, target pasar yang rencananya menjadi fokus utama program ini adalah orang tua yang memiliki anak dalam rentang usia 6 bulan hingga 2 tahun yang berdomisili di kedua daerah tersebut,” katanya Senin (28/9/2020).
Konsep inovasi produk yang dinamakan EGGEE mengangkat bahan baku putih telur ayam dan sayur yang rencananya akan dipasok dari daerah Pujon, Kabupaten Malang. Teknologi fermentasi bertujuan untuk meningkatkan ketersediaan protein saat dikonsumsi, dan dapat memenuhi AKG (Angka Kecukupan Gizi) sebesar 7 persen per takaran saji. Fermentasi juga dinilai metode yang tepat diadopsi karena juga bertujuan untuk memperkecil risiko munculnya alergi terhadap telur pada anak.
Ilham menambahkan, produk buatan mereka merupakan produk makanan pendamping balita yang mengadopsi proses fermentasi dengan bahan baku utama telur dan sebelumnya belum pernah ada di pasaran Indonesia.
“Pemilihan telur ini juga didasari dengan kandungan albumin dan protein yang tinggi sebagai langkah untuk memenuhi kesenjangan energi (gap energi) pada buah hati agar terhindar dari stunting. Selain telur, komposisi produk pangan inovatif ini juga dilengkapi sayuran berupa wortel dan bayam sebagai kandungan yang dapat memperkaya vitamin A dan zat besi untuk buah hati,” jelas Ilham.
Tak hanya membuat formulasi, sekelompok mahasiswa ini juga mengintegrasikan konsep produk dengan aplikasi yang dapat mengukur indeks stunting secara cepat dan tepat. Aplikasi yang dirancang bertujuan untuk mendata perkembangan tinggi dan berat anak secara berkala. Harapannya, kader posyandu setempat dapat dilibatkan dalam penyuluhan produk dan aplikasi serta menjadi mitra konsinyasi dalam jangka panjang. Konsep produk yang ditunjang dengan kemasan dan fitur sangat menarik ini akan dijual dengan harga Rp 50,000 per 350 gram. Jika dapat dikembangkan lebih lanjut, program EGGEE akan mengawali inovasi produk makanan pendamping balita yang tersambung dengan aplikasi sebagai salah satu upaya mencegah stunting di Indonesia. (Meg)