KANAL24, Malang – Masifnya penggunaan media online dan komunikasi jarak jauh termasuk dalam pelayanan medis mendapat perhatian serius dari Ketua Persatuan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Jatim 2 drh. Dedi Fakhrudin. Dirinya menekankan kepada koleganya sesam dokter hewan agar dalam telemedicine harus bisa membedakan antara dukun dan dokter.
“Saat telemedicine saya mengingatkan kepada kolega semua agar bisa membedakan mana dukun dan dokter,” kata Dedi Kamis (8/10/2020)
Dalam sambutan pembukaan Virtual Veterinary Festival 2020 yang dadakan oleh Fakultas Kedokteran Hewan UB ini, Dedi menyambut baik layanan telemedicine yang diadakan oleh UB. Namun layana jarak jauh ini menurutnya tetap harus memenuhi aturan sesuai dengan kode etik agar tidak terjebak dokter menjadi dukun.
“Jangan sampai diagnose dan pemberian obat hanya berdasar pada kiriman video maupun gambar dari hewan semata, namun standard dan prosedur tetap harus dijalankan oleh dokter hewan,” lanjutnya.
Dedi menambahkan bahwa telemedicine merupakan salah satu kreatifitas disaat pandemi covid19 yang merupakan peluang dan tantangan tersendiri bagi para dokter. Peluang karena layanan jarak jauh ini bisa menjadi solusi disaat pandemic dan juga bisa menjangkau masyarakat lebih luas. Namun juga tantangan terutama pada pemenuhan layanan sesuai dengan kode etik dan standar layanan kedokteran hewan.
“Telemedicine sesuai prosedur hanya untuk pasien lama dimana dokter sudah memiliki catatan rekam medisnya sehingga perlu treatment tersendiri manakala saat pandemi ada pasien baru. Kehati-hatian inilah yang membedakan antara dukun dan dokter dalam diagnosanya,” pungkas Dedi.
Baca juga:
FKH UB Kenalkan Telemedicine Saat Pandemi
Seperti diberitakan sebelumnya Fakultas Kedokteran Hewan UB menyelanggarakan event tahunan Veterinary Festival. Namun pada tahun ini acara yang sudah berlangsung empat tahun tersebut dilaksanakan secara daring.
Salah satu kegiatan yang akan berlangsung adalah layanan jaraka jauh atau telemedicine bagi para pemilik hewan yang diberikan secara gratis.
“Telemedicine ini tidak dipungut biaya alias gratis sebagai salah satu bentuk pengabdian masyakarakat FKH UB kepada lingkungan sekitar dan komunitas,” kata Wakil Dekan I FKH UB drh. Dyah Ayu Oktaviani P., M. Biotech ketika membuka acara. (sdk)