KANAL24, Jakarta – Bank Indonesia (BI) memperkirakan tingkat inflasi pada minggu kedua bulan Oktober 2020 sebesar 0,02 persen year on year (yoy). Perkiraan ini didasarkan hasil survei BI melalui kantor-kantor cabangnya di seluruh wilayah di Indonesia.
Kepala Departemen Komunikasi BI, Onny Widjanarko mengatakan, perkiraan tersebut mempengaruhi ekspektasi inflasi Oktober 2020 secara tahun kalender sebesar 0,91 persen year to date (ytd). Sedangkan inflasi secara tahunan sebesar 1,39 persen (yoy).
Berdasarkan hasil survei itu BI menyimpulkan tingkat inflasi than ini akan tetap rendah dan terjaga dengan baik. Adapun penyumbang utama inflasi pada periode laporan antara lain berasal dari komoditas cabai merah sebesar 0,06 persen month to month (mtm), minyak goreng dan bawang merah masing-masing sebesar 0,01 persen (mtm).
“Untuk komoditas yang menyumbang deflasi pada periode laporan berasal dari komoditas telur ayam ras sebesar -0,05 persen (mtm), emas perhiasan sebesar -0,02 persen (mtm) dan beras sebesar -0,01 persen (mtm),” ujarnya, Jumat (9/10/2020).
Sedangkan terkait dengan aliran modal asing hingga minggu kedua Oktober 2020, untuk premi CDS ( credit default swaps ) Indonesia 5 tahun turun ke 96,07 bps per 8 Oktober 2020. Sebelumnya indikator untuk mengukur risiko suatu negara ini berada di level 111,7 bps per 2 Oktober 2020.
Berdasarkan data transaksi 5-8 Oktober 2020, aktivitas nonresiden di pasar keuangan domestik mencatatkan pembelian neto Rp2,43 triliun, yang terdiri dari pembelian neto di pasar SBN sebesar Rp4,64 triliun, dan penjualan jual neto di pasar saham sebesar Rp2,21 triliun.
“Berdasarkan data setelmen selama 2020 (ytd), nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto sebesar Rp170,36 triliun,” ujar Onni. (sdk)