KANAL24, Surabaya – Akhir tahun 2020 yang kurang dua bulan lagi membuat Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Jawa Timur menggelar High Level Meeting dan Rapat Koordinasi Wilayah (Rakor) TPID Jatim untuk mengantisipasi gejolak inflasi.
Kepala Perwakilan Wilayah Bank Indonesia ( KPw BI) Provinsi Jawa Timur, Difi Ahmad Johansyah, dalam sambutannya mengatakan, jelang akhir tahun dimana ada moment Natal dan Tahun Baru umumnya terjadi gejolak harga-harga bahan pokok (bapok) di pasar.
“Untuk itu TPID Jatim sudah mengantisipasi terhadap gejolak harga pasar, sehingga inflasi di akhir tahun 2020 ini masih terkendali “ujar Difi, saat rakor di Gedung Grahadi Surabaya, Selasa (03/11/2020).
Difi menambahkan, terpenting bagi TPID adalah inflasi rendah dan ekpekstasi inflasi kedepan TPID Jatim memproyeksikan hanya 2-3 persen saja.
“Jika dihitung kenaikan harga barang pokok, kenaikan Upah minimum Regional (UMR), cukai rokok, kita sudah memiliki ekspektasi inflasi yang sebesar 2-3 persen. Sementara inflasi kita saat ini cukup rendah yaitu, 1,3 persen September 2020 year on year (y on y),” terang Difi.
Namun, kata Difi, meski rendah inflasi diangka 1,3 persen hal ini juga mencerminkan sisi demand di Jatim masih lemah. Untuk itu kita masih terus effort atau berusaha, agar ekpekstasi inflasi kita masih dibawah 2 persen saja.
Difi menjelaskan, jika inflasi di Jatim di bawah 2 persen maka gairah ekonomi di Jatim masih terbilang cukup bergairah, namun kita harus waspada jelang akhir tahun 2020. Pasalnya, secara historikal harga bahan pokok cenderung naik jelang akhir Natal dan Tahun Baru.
“Kami memproyeksikan inflasi di Jatim sampai bulan Desember 2020 berada dikisaran antara 1,47-1,67 persen saja, jadi masih relatif terkendali karena masih dibawah ekpekstasi TPID Jatim yaitu, 2-3 persen.” pungkas Difi.
Dalam acara tersebut juga dihadiri oleh Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa bersama jajaran TPID Jatim dan BPS Jatim.(sdk)