KANAL24, Malang – Batik Kota Kediri memiliki ciri khas motif yang terinspirasi dari makanan, flora, tarian, alam yang ada di Kota Kediri. Beberapa ikon tempat, makanan dan kesenian budaya seperti Gunung Klotok, Kuda Kepang, Mangga Podang, Gethuk Pisang, sampai Jembatan Brawijaya juga menjadi inspirasi dalam karya batik. Berdasarkan data terbaru terdapat 20 kelompok pengrajin yang tersebar di Kelurahan Dermo, Mrican, dan Dandangan. Namun masih terdapat kendala dalam pengembangan dan diperlukan usaha keras agar produk batik tetap dapat bersaing dan diterima masyarakat.
“Persaingan produk batik di Indonesia sangat ketat terutama di Jawa Timur. Sekarang kreativitas menjadi ujung tombak produk batik” ujar Nanik ketua kelompok batik Dermo Kediri.
Selain kreatifitas dalam desain sekarang Batik Dermo juga telah berusaha memasarkan melalui berbagai kegiatan pameran baik di wilayah Kediri maupun diluar Kediri sebagai ajang untuk promosi dan bertemu langsung dengan para pembeli. Pasar online pun sekarang juga dirambah para pembatik kota tahu ini secara dengan bantuan media whatapp.
“ Pemasaran secara online juga telah dilakukan oleh teman teman perajin untuk menambah pemasaran,” lanjut Nanik.
Kondisi tersebut menarik perhatian Teguh Dwi Widodo, ST, M.Eng., Ph.D, Rudianto Raharjo, ST., MT, Debri Haryndia Putri, S.T., M.Ds, dan Harnan Malik Abdullah, St., MSc melalui Program Doktor Mengabdi UB dengan mengankat kekayaan Kota Kediri tersebut untuk dijadikan sebagai ide pengembangan produk Batik Kelurahan Dermo Kota Kediri.
“Kediri sudah memiliki ikon-ikon lokal sebagai sumber inspirasi ide desain batik, dan kami dari UB berupaya menajamkan ide tersebut dengan memasukkan unsur modern dalam desain yang sudah ada selama ini,” kata Teguh Dwi Widodo, ST, M.Eng., Ph.D melalaui penjelasan tertulisnya Jumat (06/11/2020).
Bersama tim nya Teguh pada tanggal 17 Oktober 2020 bulan lalu sudah bergerak memberi pelatihan kepada para pembatik berupa pembuatan cetakan batik dengan model yang lebih modern dan kekinian.
Menurut Teguh dengan mengawinkan konsep tradisional dan modern diharapkan dapat mendongkrak popularitas dan penjualan produk Batik Kelurahan Dermo.
“Kami lihat di Jepang ada perkawinan unsur modern dan tradisional pada kain mereka dan bisa jalan sehingga kami coba terapkan dikediri tentunya dengan konten lokal yang sesuai kondisi,” lanjutnya.
Dengan pelatihan ini tim DM UB berharap para pembatik Kediri dapat berkreasi dengan ide-ide yang lebih modern dengan tetap menjadikan kultur lokal sebagai basis dari hasil kreasi batik mereka sehingga Batik Kediri dapat lebih diterima dipasar Jatim dan juga nasional. (sdk)