KANAL24, Jakarta – Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN), Bambang PS Brodjonegoro mengungkapkan, saat ini enam lembaga sedang melakukan percepatan pengembangan vaksin Merah Putih untuk penanganan Covid-19 dan diharapkan bibit vaksin bisa diserahkan ke PT Biofarma (Persero) pada awal 2021.
Berdasarkan siaran pers Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) yang dilansir di Jakarta, Jumat (6/11), Menristek menyebutkan bahwa keenam lembaga tersebut adalah Eijkman, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Airlangga (UNAIR), dan Universitas Gajah Mada (UGM).
“Kami berharap, enam-enamnya berhasil dan bisa memenuhi syarat utama vaksin, yaitu safety dan efficacy atau aman dan manjur. Karena itu yang paling penting dari vaksin. Di samping itu juga kami berharap vaksin ini bisa segera dikembangkan dalam waktu yang relatif cepat,” papar Bambang.
Menristek memperkirakan, pada awal tahun depan Eijkman dan UI sudah bisa menyerahkan bibit vaksin ke Biofarma, karena tahapannya sudah masuk pada fase uji hewan. Selain Biofarma, kerjasama akan dilakukan dengan Kalbe, Sanbe, Daewoong Infion, Biotis dan Tempo Scan.
Dia menjelaskan, Eijkman mengembangkan vaksin dengan platform protein rekombinan dan LIPI juga dengan platform protein rekombinan fusi. Sedangkan UI menggunakan platform DNA, RNA dan virus like particles, ITB menggunakan platform adenorus, UNAIR dengan platform adenorus dan UGM dengan platform protein rekombinan.
Bambang mengungkapkan, kebutuhan vaksin sangat besar, karena dua pertiga penduduk harus divaksin atau mencapai 180 juta orang. “Kalau satu orang butuh dua kali vaksin, maka dibutuhkan minimal 360 juta vaksin. Kalau semua orang divaksin, maka 270 dikali dua, alias 540 juta. Jadi harus ada kapasitas antara 360 juta-540 juta, barangkali tidak bisa dipenuhi oleh Biofarma sendirian. Karena itu, kami menggandeng dan bernegosiasi dengan perusahaan swasta yang bersedia investasi untuk pemgembangan vaksin Covid 19,” paparnya.
Terkait kerjasama dengan luar negeri, ungkap Menristek, Indonesia lebih mengutamakan kerjasama transfer teknologi, ketimbang membeli vaksin siap konsumsi. “Kita sudah membangun kerjasama tidak hanya dengan China, tetapi juga dengan Korea, Turki dan lain-lain. Intinya, kami mendorong kerjasama selama ini dan tentunya yang menguntungkan bagi Indonesia,” ucapnya.(sdk)