Oleh : Dr. Akhmad Muwafik Saleh, S.Sos. M.Si.*
Allah Subhanahu Wa Ta’ala memerintahkan kepada kita untuk berdzikir sebagai cara mendekat kepadaNya (taqarrub). Namun tidak jarang kemudian dzikir yang kita lakukan bisa rusak dan tidak diterima, disebabkan tata cara yang dilakukannya tidak mempergunakan adab yang benar. Ibarat seseorang sedang meminta kepada orang lain, namun bukan kebaikan yang diperolehnya, melainkan murka. Untungnya, kita berdoa dan berdzikir kepada Allah, kita sedang berhadapan dengan Dzat yang Maha Pemurah, Maha Pengasih dan Maha Penerima segala permintaan.
Terdapat beberapa tata cara, adab yang harus diperhatikan saat berdoa dan berdzikir agar apa yang kita minta mudah dikabulkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala, antara lain :
- Dalam keadaan suci
Terdapat beberapa dalil yang menunjukkan anjuran berdzikir dan berdoa dalam keadaan suci (berwudhu). Rasulullah saw seringkali berdoa setelah berwudhu, dan ini dianggap sebagai adab yang baik dan lebih utama.
Meskipun hadits ini secara spesifik membahas wudhu untuk shalat, shalat itu sendiri adalah ibadah yang penuh dengan doa. Melakukan wudhu sebelum ibadah yang mengandung doa menunjukkan pentingnya kesucian saat menghadap Allah.
ุนููู ุฃูุจูู ููุฑูููุฑูุฉู ุฑูุถููู ุงูููููู ุนููููู ุฃูููู ุฑูุณูููู ุงูููููู ุตููููู ุงูููููู ุนููููููู ููุณููููู ู ููุงูู: ยซูุงู ุชูููุจููู ุตููุงูุฉู ุฃูุญูุฏูููู ู ุฅูุฐูุง ุฃูุญูุฏูุซู ุญูุชููู ููุชูููุถููุฃู.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak diterima shalat salah seorang di antara kalian apabila berhadats hingga ia berwudhu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Meskipun hadits ini tentang shalat, prinsip kesucian sebelum menghadap Allah dalam ibadah yang mengandung doa dapat diqiyaskan (dianalogikan) dengan berdoa di luar shalat.
Diriwayatkan bahwa Nabi Saw seringkali dalam keadaan berwudhu. Mengingat beliau adalah orang yang paling banyak berdoa dan berdzikir, ini mengisyaratkan bahwa beliau lebih memilih keadaan suci saat berinteraksi dengan Allah melalui doa.
Sebagian ulama menganalogikan berdoa dengan ibadah-ibadah lain yang disyaratkan atau dianjurkan dalam keadaan suci, seperti membaca Al-Qur’an dan menyentuhnya. Meskipun derajat kewajibannya berbeda, prinsip menghormati dan mengagungkan Allah dengan berada dalam keadaan bersih tetap relevan.
- Menghadap kiblat
Terdapat banyak dalil dari hadits Nabi Muhammad saw yang menganjurkan untuk menghadap kiblat saat berdoa. Sebagaimana dalam hadits :
ุนููู ุนูู ูุฑู ุจููู ุงููุฎูุทููุงุจู ุฑูุถููู ุงูููููู ุนููููู ููุงูู: ููู ููุง ููุงูู ููููู ู ุจูุฏูุฑู ููุธูุฑู ุฑูุณูููู ุงูููููู ุตููููู ุงูููููู ุนููููููู ููุณููููู ู ุฅูููู ุงููู ูุดูุฑูููููู ููููู ู ุฃููููู ููุฃูุตูุญูุงุจููู ุซููุงูุซู ู ูุงุฆูุฉู ููุชูุณูุนูุฉู ุนูุดูุฑู ุฑูุฌููุงูุ ููุงุณูุชูููุจููู ููุจูููู ุงูููููู ุตููููู ุงูููููู ุนููููููู ููุณููููู ู ุงููููุจูููุฉู ุซูู ูู ู ูุฏูู ููุฏููููู ููุฌูุนููู ููููุชููู ุจูุฑูุจูููู: ยซุงููููููู ูู ุฃูููุฌูุฒู ููู ู ูุง ููุนูุฏูุชููููุ ุงููููููู ูู ุขุชู ู ูุง ููุนูุฏูุชููููุ ุงููููููู ูู ุฅููู ุชููููููู ููุฐููู ุงููุนูุตูุงุจูุฉู ู ููู ุฃููููู ุงูุฅูุณููุงูู ู ูุงู ุชูุนูุจูุฏู ููู ุงูุฃูุฑูุถูยป. ููู ูุง ุฒูุงูู ููููุชููู ุจูุฑูุจูููู ู ูุงุฏููุง ููุฏููููู ู ูุณูุชูููุจููู ุงููููุจูููุฉู ุญูุชููู ุณูููุทู ุฑูุฏูุงุคููู ุนููู ู ูููููุจููููู.
Dari Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu berkata: “Ketika terjadi perang Badar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melihat orang-orang musyrik berjumlah seribu, sedangkan sahabatnya berjumlah tiga ratus sembilan belas orang. Maka Nabi Allah shallallahu ‘alaihi wasallam menghadap kiblat, lalu mengulurkan kedua tangannya dan terus menerus memohon kepada Rabbnya: “Ya Allah, penuhilah apa yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, berikanlah apa yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, jika Engkau membinasakan kelompok kecil dari kaum muslimin ini, maka tidak ada lagi yang akan menyembah-Mu di bumi ini.” Beliau terus menerus memohon kepada Rabbnya dengan mengulurkan kedua tangannya menghadap kiblat hingga selendangnya jatuh dari kedua pundaknya.” (HR. Muslim)
Sementara dalam Hadits yang menjelaskan tentang Istisqa’ (meminta hujan), diketahui bahwa Nabi dalam berdoa menghadap kiblat :
ุนููู ุนูุจูุฏู ุงูููููู ุจููู ุฒูููุฏู ุงูุฃูููุตูุงุฑูููู ุฑูุถููู ุงูููููู ุนููููู ููุงูู: ุฎูุฑูุฌู ุงููููุจูููู ุตููููู ุงูููููู ุนููููููู ููุณููููู ู ุฅูููู ุงููู ูุตููููู ููุณูุชูุณููููุ ููุงุณูุชูููุจููู ุงููููุจูููุฉู ููููููุจู ุฑูุฏูุงุกููู ููุตููููู ุฑูููุนูุชููููู.
Dari Abdullah bin Zaid Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam keluar menuju tempat shalat untuk meminta hujan, lalu beliau menghadap kiblat, membalikkan selendangnya, dan shalat dua rakaat.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari hadits ini disebutkan bahwa Rasulullah saw seringkali berdoa dengan menghadap kiblat dan mengangkat kedua tangannya. Ini menunjukkan bahwa menghadap kiblat adalah bagian dari adab yang baik dalam berdoa.
Para ulama menjelaskan bahwa menghadap kiblat saat berdoa adalah sunnah (dianjurkan) dan merupakan salah satu adab yang baik dalam berdoa. Hal ini menunjukkan penghambaan diri kepada Allah dan mengikuti tuntunan Nabi saw. Meskipun demikian, berdoa menghadap kiblat bukanlah syarat sahnya doa, sehingga doa tetap sah meskipun tidak menghadap kiblat.
- Tawajjuhย
Adalah sikap kesungguhan untuk menghadapkan dirinya, jiwa dan raganya saat berdzikir dan hanya tertuju pada Allah semata. Seseorang saat berdzikir haruslah menghadirkan seluruh jiwa raga, perasaan dan pikiran, sikap penuh kesungguhan dalam melaksanakan dzikir. Hal ini adalah sesuatu yang esensi dan ruh dari ibadah doa itu sendiri.
ููุฏู ุฃูููููุญู ุงููู
ูุคูู
ูููููู * ุงูููุฐูููู ููู
ู ููู ุตูููุงุชูููู
ู ุฎูุงุดูุนูููู
“Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya.” (Surah Al-Mu’minun (23): Ayat 1-2)
Sikap Khusyuk dalam shalat mencakup ketenangan hati, fokus pikiran, dan penghayatan makna bacaan dan gerakan shalat. Esensi ini juga relevan dalam berdoa, di mana hati harus hadir dan fokus kepada Allah.
ููุงุฐูููุฑู ุฑูุจูููู ููู ููููุณููู ุชูุถูุฑููุนูุง ููุฎููููุฉู ููุฏูููู ุงููุฌูููุฑู ู
ููู ุงูููููููู ุจูุงููุบูุฏูููู ููุงููุขุตูุงูู ููููุง ุชููููู ู
ููู ุงููุบูุงููููููู
ย “Dan sebutlah (nama) Rabbmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (Surah Al-A’raf (7): Ayat 205)
Ayat ini menekankan pentingnya mengingat Allah dengan hati yang merendah dan takut, serta menjauhi kelalaian. Ini adalah inti dari tawajjuh saat berdoa.
Rasulullah saw Menganjurkan Kekhusyukan dan Menjauhi Kelalaian dalam Doa atau berdzikir bahkan Allah tidak akan mengabulkan doa pada hati yang lalai.
ุนููู ุฃูุจูู ููุฑูููุฑูุฉู ุฑูุถููู ุงูููููู ุนููููู ุฃูููู ุงููููุจูููู ุตููููู ุงูููููู ุนููููููู ููุณููููู ู ููุงูู: ยซุงุฏูุนููุง ุงูููููู ููุฃูููุชูู ู ู ููููููููู ุจูุงูุฅูุฌูุงุจูุฉูุ ููุงุนูููู ููุง ุฃูููู ุงูููููู ูุงู ููุณูุชูุฌููุจู ุฏูุนูุงุกู ู ููู ููููุจู ุบูุงูููู ูุงููู
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Berdoalah kepada Allah dalam keadaan kalian yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai dan bermain-main.” (HR. Tirmidzi)
Hadits ini secara jelas menyatakan bahwa doa yang berasal dari hati yang lalai dan tidak fokus tidak akan dikabulkan. Ini adalah penekanan langsung pada pentingnya kehadiran hati (tawajjuh) saat berdoa.
Para ulama menjelaskan bahwa doa adalah komunikasi langsung antara hamba dengan Rabbnya. Komunikasi yang efektif memerlukan kehadiran hati dan fokus pikiran. Doa yang hanya diucapkan oleh lisan tanpa penghayatan hati dianggap kurang bermakna dan kurang efektif.
Hadits-hadits yang menjelaskan bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai dan bermain-main, dan ini menunjukkan bahwa kehadiran hati dan tawajjuh kepada Allah adalah ruh dari doa. Pemahaman para ulama bahwa doa adalah munajat (berbisik-bisik) seorang hamba kepada Rabbnya, dan munajat mengharuskan kehadiran hati dan menghadap kepada yang diajak bicara dengan seluruh jiwa.
- Perbanyak memuji Allah dengan memanggil dan menyebut Nama-nama Allah yang agung (ismul a’dhom) sebelum berdoa / berdzikir
Apabila kita menginginkan dzikir dan doa kita mudah dikabulkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala maka mulailah dengan memperbanyak menyebut nama-namanya yang agung ismul A’dhom, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis. Bahwa Jika berdoa dengan menggunakan Nama Allah yg agung sulit ditolak, sangat mungkin dikabulkan
ุนููู ุฃูููุณู ุฃูููููู ููุงูู ู
ูุนู ุฑูุณูููู ุงูููููู ุตููููู ุงูููููู ุนููููููู ููุณููููู
ู ุฌูุงููุณูุง ููุฑูุฌููู ููุตููููู ุซูู
ูู ุฏูุนูุง ” ุงููููููู
ูู ุฅููููู ุฃูุณูุฃููููู ุจูุฃูููู ูููู ุงููุญูู
ูุฏู ูุง ุฅููููู ุฅููุง ุฃูููุชู ุงููู
ููููุงูู ุจูุฏููุนู ุงูุณููู
ูููุงุชู ููุงูุฃูุฑูุถู ููุง ุฐูุง ุงููุฌููุงูู ููุงูุฅูููุฑูุงู
ู ููุง ุญูููู ููุง ููููููู
ู ” ุ ููููุงูู ุงููููุจูููู ุตููููู ุงูููููู ุนููููููู ููุณููููู
ู : ( ููููุฏู ุฏูุนูุง ุงูููููู ุจูุงุณูู
ููู ุงููุนูุธููู
ู ุงูููุฐูู ุฅูุฐูุง ุฏูุนููู ุจููู ุฃูุฌูุงุจู ููุฅูุฐูุง ุณูุฆููู ุจููู ุฃูุนูุทูู ) .
ุฑูุงู ุงูุชุฑู
ุฐู ( 3544 ) ูุฃุจู ุฏุงูุฏ ( 1495 ) ูุงููุณุงุฆู ( 1300 ) ูุงุจู ู
ุงุฌู ( 3858 ) ุ
Dari Anas dahulu beliau bersama Rasulullah sallallahuโalaihi wa sallam duduk, dan ada seseorang shalat kemudian berdoa, โYa Allah, sesunggunya saya memohon kepada-Mu. Sesungguhnya hanya milik-Mu seluruh pujian, tiada tuhan melainkan Engkau. Yang Maha Dipuji, pencipta langit dan bumi, wahai yang mempunyai kemulyaan dan kehormatan, wahai Maha hidup dan Mandiri. Maka Nabi sallallahuโalaihi wa salla bersabda, โSungguh dia telah berdoa kepada Allah dengan nama-Nya yang agung, dimana kalau berdoa akan dikabulkan, kalau meminta akan diberikan.โ HR. Tirmizi, 3544. Abu Dawud, 1495. An-Nasaโi, 1300. Ibnu Majah, 3858ย
Salah satu kalimat ismul Azhom itu sebagaimana disebutkan di dalam kitab abwabul faraj yang ditulis oleh Sayyid Muhammad bin Alawi Al Maliki antara lain adalah :
- ุงููู
- ุงููู ุงูุฑุญู ู ุงูุฑุญูู
- ุงูุฑุญู ู ุงูุฑุญูู ุงูุญู ุงููููู
- ุงูุญู ุงููููู
- ุงูุญูุงู ุงูู ูุงู ุจุฏูุน ุงูุณู ูุงุช ูุงูุงุฑุถ ุฐูุง ุงูุฌูุงู ูุงูุงูุฑุงู
- ุงููู ูุง ุงูู ุงูุง ูู ุงูุงุญุฏ ุงูุตู ุฏ ุงูุฐู ูู ููุฏ ููู ูููุฏ ููู ููู ูู ูููุง ุงุญุฏ
- ุฑุจ ุฑุจ
- ู ุงูู ุงูู ููย
- ูุง ุงูู ุงูุง ุงูุช ุณุจุญุงูู ุงูู ููุช ู ู ุงูุธุงูู ูู
- ููู ุฉ ุงูุชูุญูุฏ
- ุงูุงุณู ุงุก ุงูุญุณูู
- Membaca shalawat kepada Rasulullah saw.
Apabila doa kita ingin mudah dikabulkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala maka bukalah dengan sholawat kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam terlebih dahulu sebelum kita mengungkapkan dzikir dan doa kita. Sebagaimana dijelaskan dalam riwayat :
- Hadits dari Fudhalah bin Ubaid radhiyallahu ‘anhu:
ุนููู ููุถูุงููุฉู ุจููู ุนูุจูููุฏูุ ููุงูู: ุณูู ูุนู ุฑูุณูููู ุงูููููู ุตููููู ุงูููููู ุนููููููู ููุณููููู ู ุฑูุฌูููุง ููุฏูุนูู ููู ุตูููุงุชููู ููู ู ููู ูุฌููุฏู ุงูููููู ุชูุนูุงููู ููููู ู ููุตูููู ุนูููู ุงููููุจูููู ุตููููู ุงูููููู ุนููููููู ููุณููููู ูุ ููููุงูู ุฑูุณูููู ุงูููููู ุตููููู ุงูููููู ุนููููููู ููุณููููู ู: ยซุนูุฌููู ููุฐูุงยป. ุซูู ูู ุฏูุนูุงูู ููููุงูู ูููู ููููุบูููุฑููู: ยซุฅูุฐูุง ุตููููู ุฃูุญูุฏูููู ู ููููููุจูุฏูุฃู ุจูุชูุญูู ููุฏู ุฑูุจูููู ุนูุฒูู ููุฌููููุ ููุงูุซููููุงุกู ุนูููููููุ ุซูู ูู ููููุตูููู ุนูููู ุงููููุจูููู ุตููููู ุงูููููู ุนููููููู ููุณููููู ูุ ุซูู ูู ููููุฏูุนู ุจูู ูุง ุดูุงุกูยป
Dari Fudhalah bin Ubaid radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendengar seorang laki-laki berdoa dalam shalatnya, ia tidak mengagungkan Allah Ta’ala dan tidak bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Orang ini tergesa-gesa.” Kemudian beliau memanggilnya dan bersabda kepadanya dan kepada yang lainnya: “Apabila salah seorang di antara kalian shalat, maka hendaklah ia memulai dengan memuji Rabbnya Yang Maha Mulia dan Agung, dan menyanjung-Nya, kemudian hendaklah ia bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian hendaklah ia berdoa dengan apa yang ia kehendaki.” (HR. Tirmidzi no. 3477, Abu Dawud no. 1481)
- Hadits dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu:
ุนููู ุนูุจูุฏู ุงูููููู ุจููู ู ูุณูุนููุฏูุ ููุงูู: ยซุฅูุฐูุง ุฃูุฑูุงุฏู ุฃูุญูุฏูููู ู ุฃููู ููุณูุฃููู ููููููุจูุฏูุฃู ุจูุงููู ูุฏูุญูุฉู ููุงูุซููููุงุกู ุนูููู ุงูููููู ุนูุฒูู ููุฌููููุ ุซูู ูู ููููุตูููู ุนูููู ุงููููุจูููู ุตููููู ุงูููููู ุนููููููู ููุณููููู ูุ ุซูู ูู ููููุณูุฃููู ู ูุง ุดูุงุกูยป
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Apabila salah seorang di antara kalian hendak meminta (berdoa), maka hendaklah ia memulai dengan memuji dan menyanjung Allah ‘Azza wa Jalla, kemudian hendaklah ia bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian hendaklah ia meminta apa yang ia kehendaki.” (HR. Tirmidzi no. 3476)
- Atsar dari Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu:
ุนููู ุนูู ูุฑู ุจููู ุงููุฎูุทููุงุจู ููุงูู: ยซุฅูููู ุงูุฏููุนูุงุกู ูููููููู ุจููููู ุงูุณููู ูุงุกู ููุงูุฃูุฑูุถู ูุงู ููุตูุนูุฏู ู ููููู ุดูููุกู ุญูุชููู ุชูุตูููููู ุนูููู ููุจูููููู ุตููููู ุงูููููู ุนููููููู ููุณููููู ูยป
Dari Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Sesungguhnya doa itu berhenti di antara langit dan bumi, tidak naik sedikitpun darinya hingga engkau bershalawat kepada Nabimu shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Tirmidzi no. 486)
*) Dr. Akhmad Muwafik Saleh, S.Sos. M.Si., Dosen FISIP UB, Pengasuh Pesantren Mahasiswa Tanwir Al Afkar