KANAL24, Malang – Rangkaian utama acara Sidang Pleno Asosiasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Indonesia atau AFEBI ke-20 pada kamis (6/7) berlangsung lancar. Tidak kurang dari 80 anggota yang terdiri atas Perguruan Tinggi di seluruh Indonesia mengirimkan perwakilannya dalam acara yang berlangsung di gedung Grand Mercure, Jl. Raden Panji Suroso No.7, Purwodadi, Kec. Blimbing, Kota Malang ini.
Acara dibuka dengan laporan dari Ketua Panitia Sidang Pleno AFEBI ke-20, dilanjutkan dengan sambutan dari Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Abdul Ghofar, S.E, MSi., M.Acc. DBA., Ak., Dewan Pimpinan Nasional AFEBI Prof. Dr. Abd. Rahman Kadir, S.E.,M.Si., CIPM., dan Rektor Universitas Brawijaya Prof. Widodo, S.Si., M.Sc.,PhD., acara kemudian dilanjutkan dengan pidato dengan tema utama “Mewujudkan Visi Indonesia Emas: Quick Wins Transformasi Ekonomi Indonesia” oleh Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional dan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Suharso Monoarfa serta Menteri Investasi Bahlil Lahadalia.
Acara kemudian dilanjutkan dengan Panel Session oleh perwakilan Core Indonesia Hendri Saparni, Kepala Sekretariat Wakil Presiden RI Ahmad Erani Yustika, dan Ketua Umum KADIN Indonesia M. Arsjad Rasjid P.M. Terakhir, acara dilanjutkan dengan sesi pleno yang terbagi atas forum Dekan, forum Professorship, Sharing Session terkait penjaminan mutu program studi, dan Workshop Pengelolaan Jurnal.
Selain dihadiri oleh perwakilan anggota AFEBI dan jajaran pemateri, Sidang Pleno AFEBI ke-20 ini juga dihadiri oleh Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak. Ditemui di sela-sela rangkaian acara, Emil menyampaikan antusiasme dan harapannya terhadap jalannya Sidang Pleno kali ini. Ia menyampaikan bahwa berkembangnya teknologi mendorong Fakultas Ekonomi dan Bisnis untuk terus berkembang menyesuaikan perkembangan zaman, dimana hal ini juga menjadi landasan terbentuknya kurikulum Merdeka Belajar. Ia berharap agar nantinya lulusan dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis dapat memiliki keberanian untuk terus berinovasi dan berkembang sesuai tuntutan perubahan zaman. “Memang dia (lulusan Fakultas Ekonomi) empat tahun belajar, tapi kan setelah itu mungkin dia masih berkarir sekitar 30 tahun lagi setelah lulus S1. Jangan sampai 30 tahun berkarir itu terkungkung oleh empat tahun ini”, ujarnya lugas.
Lebih lanjut, Emil mengatakan bahwa saat ini Pemerintah Provinsi Jawa Timur sendiri kini sedang bekerjasama dengan komunitas di Jawa Timur untuk menggaungkan konsep Merdeka Berkarir yang merupakan lanjutan dari Kurikulum Merdeka Belajar. Ia mencontohkan konsep magang dimana mahasiswa diharapkan bisa menciptakan suatu keluaran yang bermanfaat bagi masyarakat. “Misalnya Finance, sekarang banyak orang tertipu investasi bodong. Nah, misalnya melakukaan pendidikan keuangan kepada ibu-ibu rumah tangga, kerjasama dengan PKK. Itu harus terstruktur dan terukur. Kalau tidak terstruktur dan terukur dia magang cuma duduk-duduk aja di pojok. Kadang bikinin kopi”.
Ditemui di waktu yang sama, Prof. Dr. Abd. Rahman Kadir, S.E.,M.Si., CIPM., selaku Dewan Pimpinan Nasional AFEBI menyampaikan ada tiga agenda yang dibawa dalam Sidang Pleno Tahhunan kali ini. Ketiganya adalah Pemeriksaan Quality Assurance bersama LAMEMBA, seminar dari para pakar berkaitan dengan perekonomian Indonesia, dan Forum Dekan dan Wakil Dekan, dimana Forum Dekan akan membicarakan tentang MBKM, Joint Research, Joint Pengabdian Masyarakat, dan banyak kegiatan akademik yang berkaitan dengan kurikulum sementara Forum Wakil Dekan membicarakan tentang implementasi dari pembahasan dari forum Dekan. Nantinya hasil implementasi dari kedua forum ini akan dievaluasi kembali sehingga nantinya bisa menjadi bagian dari perkembangan berkelanjutan bagi proses belajar mengajar.
Sementara itu, Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Abdul Ghofar, S.E, MSi., M.Acc. DBA., Ak. menyatakan bahwa ada banyak sekali tantangan bagi Indonesia terkait bidang perekonomian, dan sidang pleno AFEBI kali ini diharapkan bisa mencetuskan solusi-solusi untuk menjawab tantangan tersebut. Ia mencontohkan bahwa pada 2045 Indonesia diharapkan bisa mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 7% per tahun dan capaian GDP per kapita sebesar USD 25.000 hingga 35.000. Angka ini termasuk tinggi mengingat pendapatan per kapita Indonesia saat ini yang masih berkisar di angka USD 5.000 per tahun.
Selain itu, Ghofar juga mengakui bahwa ada tantangan yang sangat besar dalam mendefinisikan ulang kurikulum Fakultas Ekonomi dan Bisnis untuk menjawab kebutuhan akan sertifikasi kompetensi dan keterampilan sebagaimana yang sudah disebutkan oleh Emil. “Karena biasanya di perguruan tinggi masih traditional thinks dimana perguruan tinggi hanya mendidik lalu memberikan ijazah. Sertifikasi kini menjadi yang utama bagi kompetensi tenaga kerja. Sehingga menjadi tantangan bagi relevansi pendidikan di Indonesia utamanya terkait ekonomi dan bisnis”, jelasnya.
Terakhir, Ghofar mengakui bahwa suka atau tidak suka, AFEBI harus terus beradaptasi dengan perubahan di luar dirinya. “Karena ekosistem FEB terus mengalami perubahan yang luar biasa. Jadi FEB harus bisa saling menguatkan antar perguruan tinggi utamanya negeri karena terutama PTN memiliki tanggung jawab yang besar dari Negara”, pungkasnya.