KANAL24, Malang – Munculnya radikalisme bukan disebabkan karena agama melainkan keberagamaannya. Diungkapkan oleh Guru Besar studi islam UIN Maliki Malang, Prof. Dr. Umi Sambulah, M.Ag pada Dialog Kebangsaan II mengenai Tantangan dan Strategi Menangkal Radikalisme Agama dalam Penguatan Karakter Bangsa. Dialog yang diselenggarakan oleh Pusat Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian UB ini diselenggarakan dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda.
“Akar dari radikalisme yaitu ketidakadilan, tetapi ajaran agama juga berpengaruh ketika diintepretasikan sebagai ajaran yang melegitimasi dari kekerasan-kekerasan yang mereka lakukan. Jadi memang ada aspek eksternal ketidakadilan yang begitu banyak macamnya,” ungkap professor asal Blitar itu.
Lebih lanjut, Umi menjelaskan dari sisi keyakinan keagamaan, teroris meyakini bahwa agama itu strukturalis atau tekstualis sehingga kalau tidak sesuai ajaran yang mereka pelajari berarti kafir (tidak islam), dsb. Itu memang dibangun dan diyakini sebagai kebenaran ideologis. Munculnya radikalisme, fundalisme, dan isme yang lain adalah bukan disebabkan karena agamanya tetapi keberagamaannya. Keberagaam itu tafsir terhadap norma agama, tafsir itulah yang tidak bisa menyatukan.
Kemudian, AKBP. Dr. Hoiruddin Hasibuan, S.Hum yang juga hadir sebagai pemateri menyampaikan bahwa memang betul terorisme bukan masalah agama, cuma teroris menggunakan agama untuk mempengaruhi orang lain menjadi radikal.
“Jadi bukan masalah agamanya tapi pahamnya ataupun agama dibuat menjadi media untuk menjadikan radikal,” terangnya.
Kasatgaswil Densus 99 AT Babel itu menegaskan kedepan yang perlu digalakkan adalah mengenai masalah islam itu adalah damai. Perdamaiannya itu yang harus digalakkan. Radikalisme di kampus perlu menjadi perhatian kita semua. Terorisme adalah politik yang tujuannya adalah untuk kekuasaan, mungkin yang menjadi permasalahan saat ini adalah komentar dari pejabat kita seperti polemik celana cingkrang dan pemakaian niqab.
“Bukan berarti orang yang memakai celana cingkrang atau cadar itu teroris bukan, kita mengetahui bahwa sesorang itu teroris kalau kita sudah ketemu atau sudah wawancara dengan dia. Pasti ujung-ujungnya mereka itu adalah kekuasaan, ingin mengganti negara kita ini. Jadi, kalau kita melihat dari sisi penampilan itu tidak bisa,”pungkasnya. (meg)