KANAL24, Jakarta – Menko Perekonomian Darmin Nasution mengklaim, setidaknya ada empat keberhasilan di bidang ekonomi selama dirinya menjabat sebagai menko. Keberhasilan itu dimulai dari pertumbuhan ekonomi yang terjaga, hingga penurunan Gini Ratio yang, menurutnya, merupakan capaian terbaik di era Kabinet Kerja 2014-2019.
“Kinerja kita dalam 5 tahun ini oke. Yang tadinya pertumbuhan lambat di angka 4 koma, sekarang bisa 5 persen. China saja yang tadinya 8,5 persen, sekarang hanya 6 persen, karena dia tergantung ekspor,” ujar Menko Darmin dalam acara Ngopi TEKO , sekaligus perpisahan dengan jajaran menteri-menteri ekonomi di kantornya, Jakarta, Jumat (18/10/2019).
Capaian kedua, kata Darmin adalah tingkat inflasi yang terjaga. Hal itu, kata Darmin, berimbas kepada harga bahan kebutuhan yang relatif stabil dalam lima tahun terakhir.
“Dulu zaman orde baru, inflasi itu double digit tidak pernah single digit . Tapi sekarang kita 3,5 persen,” jelasnya.
Capaian ketiga, lanjut Darmin, adalah penurunan angka kemiskinan. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada 2014 jumlah penduduk miskin mencapai 27,73 juta jiwa atau sekitar 10,96 persen dari total populasi. Namun data per Maret 2019, jumlah penduduk miskin sebesar 25,14 juta jiwa.
Jumlah tersebut susut 2,59 juta jiwa dibanding posisi September 2014, sebulan sebelum Jokowi menjabat sebagai presiden. Demikian pula persentase penduduk miskin turun 155 basis poin menjadi 9,41 persen.
“Ini bukan barang yang bisa diubah besar-besaran, tapi ini (kemiskinan) konsisten menurun,” tuturnya.
Capaian terakhir, kata Darmin, adalah penurunan Gini Ratio. Menurutnya, penurunan Gini Ratio bukan perkara yang mudah dilakukan. Bahkan, meski tak menyebut angkanya, Darmin menyebut angka Gini Ratio di China jauh lebih tinggi daripada Indonesia.
Meski demikian, satu hal diakuinya belum berhasil ia capai di masa jabatannya, adalah menghapus angka defisit neraca perdagangan yang masih tinggi. Darmin berharap, pemerintahan selanjutnya bisa terus memperjuangkan agar permasalahan CAD itu bisa diatasi.
“Kita harus mengakui bahwa impor migas kita masih besar. Itu dia mungkin garis besarnya yang harus diselesaikan di periode selanjutnya,” ujarnya. (sdk)