oleh | Akhmad Muwafik Saleh
Konsepsi Islam atas bencana memang cukup unik. Bencana tidak hanya dipandang sebagai peristiwa alam namun sebagai akibat dari perbuatan manusia (bimaa kasabat aidin naas) yang telah meninggalkan aturan mekanisme ketuhanan (ilahiyah) dalam mengelola kehidupan. Artinya peristiwa kehidupan berjalan dalam mekanisme sebab akibat. Islam memahami bahwa segala apapun yang keluar dari mekanisme ketuhanan (sebab) akan berdampak bagi kehidupan mereka sendiri (akibat) berupa munculnya beragam bencana (baik berupa penyakit, wabah, alam, keamanan, sosial dan sebagainya) sebagai suatu peringatan agar manusia segera kembali menuju jalanNya. Salah satu mekanisme ketuhanan dalam menjamin berjalannya kehidupan (baik individu ataupun sosial) agar aman sentosa adalah berjalannya amar ma’ruf nahi mungkar.
Dalam pandangan Islam, amar ma’ruf nahi mungkar adalah sebuah mekanisme ilahiyah untuk menjamin agar kehidupan berjalan seimbang. Kecenderungan manusia dalam menjalani hidup adalah ingin lepas dan terbebas dari aturan, demikianlah dorongan nafsu manusia. Sebagaimaba disebutkan dalam Firman Allah bahwa :
۞وَمَآ أُبَرِّئُ نَفۡسِيٓۚ إِنَّ ٱلنَّفۡسَ لَأَمَّارَةُۢ بِٱلسُّوٓءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّيٓۚ إِنَّ رَبِّي غَفُورٞ رَّحِيمٞ
Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS. Yusuf, Ayat 53).
Sifat suka menentang, melanggar dan cenderung ingin lepas dari aturan menyebabkan manusia cenderung hidup bebas dan melampaui batas. Untuk itu syariat datang dalam rangka memberikan batasan atas sifat ingin bebas itu. Agar perilaku bebas tidak semakin bebas dan melampai batas maka dibuatkan mekanisme untuk mengingatkannya. Ibarat sebuah jalan raya yang manusia cenderung berkendara secara bebas dan cepat maka dibuatkan rambu-rambu lalu lintas sebagai pengingat sekaligus untuk mengerem laju kebebasan itu atau bahkan dipaksa berhenti sejenak di rambu traffic light. Amar ma’ruf nahi mungkar adalah mekanisme seperti halnya demikian. Jika manusia sedang lemah dan turun semangat maka diingatkan melalui mekanisme amar ma’ruf, sebuah ajakan untuk terus bersemangat dalam melakukan kebaikan. Sebaliknya jika manusia melampaui batas maka dilakukan mekanisme pengingat melalui nahi mungkar agar manusia tidak terjatuh dalam lembah kenistaan dan kehancuran. Sebab tindakan melampaui batas dapat membuat kerusakan dan mengundang datangnya bencana serta beragam musibah bahkan jika dibiarkan akan menyebabkan kehancuran. Hal demikian telah diperingatkan oleh Allah swt dalam FirmanNya :
فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ أَنْجَيْنَا الَّذِينَ يَنْهَوْنَ عَنِ السُّوءِ وَأَخَذْنَا الَّذِينَ ظَلَمُوا بِعَذَابٍ بَئِيسٍ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ
Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka kami menyelamatkan orang-orang yang mencegah perbuatan jahat dan kami timpakan kepada orang yang berbuat dzalim siksaan yang keras disebabkan mereka selalu berbuat fasik” (QS. al-A’raf, ayat 165)
Tindakan amar ma’ruf nahi mungkar adalah mekanisme sebab akibat ilahiyah yaitu manakala tindakan ini dilakukan dapat mencegah manusia dari kerusakan dan kehancuran dan menjadikan manusia terselamatkan dari bencana. Sebaliknya jika hal ini tidak dilakukan maka pastilah kehancuran yang akan terjadi, inilah yang disebut dengan mekanisme kontrol atas tindakan manusia yang suka melampaui batas. Sementara beragam bencana lahir disebabkan perbuatan manusia yang melampaui batas tersebut (bimaa kasabat aidin naas). Sebagaimana diinformasikan oleh Allah swt atas apa yang pernah terjadi pada ummat manusia di masa lampau.
لُعِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَىٰ لِسَانِ دَاوُودَ وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ۚ ذَٰلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ كَانُوا لَا يَتَنَاهَوْنَ عَنْ مُنْكَرٍ فَعَلُوهُ ۚ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَفْعَلُونَ
Orang-orang kafir dari Bani Israil telah dilaknat dengan lisan Dâwud dan Isa putera Maryam. Hal itu disebabkan mereka durhaka dan selalu melampauhi batas. Mereka satu sama lain senantiasa tidak melarang tindakan mungkar yang mereka perbuat, sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu. (QS.al-Mâidah, ayat 78-79).
Untuk itu solusi ilahiyah atas beragam bencana (termasuk wabah penyakit, semisal pandemi covid-19) adalah lakukanlah amar ma’ruf nahi mungkar. Agar manusia terus bersemangat melakukan kebaikan dan mencegah orang lain yang melakukan kemungkaran, kedhaliman dan perbuatan melampaui batas. Termasuk dalam perbuatan demikian adalah tindakan manusia yang melampaui batas dalam mengeksploitasi potensi alam, lingkungan sekitar, dan juga eksploitasi ilmu pengetahuan melalui riset-riset mereka dengan alasan pengembangan ilmu pengetahuan itu sendiri padahal dapat menghancurkan kehidupan manusia, seperti nuklir dan virus yang kemudian disalahgunakan sebagai senjata pemusnah massal. Untuk itu mekanisme kontrol sosial atau amar ma’ruf nahi mungkar perlu dilakukan untuk menjamin kehidupan yang aman sentosa. Namun jika mekanisme ini ditinggalkan maka pastilah bencana yang akan terjadi pada umat manusia. Sebagaimana disebutkan dalam sabda Nabi :
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَتَأْمُرُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ وَلَتَنْهَوُنَّ عَنْ الْمُنْكَرِ أَوْ لَيُوْشِكَنَّ اللَّهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْ عِنْدِهِ ثُمَّ لَتَدْعُنَّهُ فَلاَ يَسْتَجِيْبُ لَكُمْ
Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, hendaknya kalian betul-betul melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar atau (jika kalian tidak melaksanakan hal itu) maka sungguh Allah akan mengirim kepada kalian siksa dari-Nya kemudian kalian berdoa kepada-Nya (agar supaya dihindarkan dari siksa tersebut) akan tetapi Allah Azza wa Jalla tidak mengabulkan do’a kalian. (HR. Ahmad dan at-Tirmidzi).
Amar ma’ruf nahi mungkar adalah jalan penyelamat bagi manusia dari bencana yang akan terjadi. Bencana disebabkan manusia membiarkan perbuatan melampaui batas yang dilakukan oleh manusia lainnya dibiarkan. Ibarat seseorang sedang mengarungi sebuah lautan dengan perahu yang ditumpangi bersama dan orang-orang yang ikut dalam perahu itu mendiamkan saja atas tindakan sebagian orang yang terus menerus melubangi perahu tersebut. Maka semua mereka sebenarnya sedang menunggu waktu akan terjadinya bencana, yaitu tenggelamnya perahu itu bersama seluruh penumpangnya. Hal demikian pernah diingatkan dalam sebuah hadits Nabi :
مَثَلُ القَائِمِ في حُدُودِ اللهِ وَالوَاقعِ فِيهَا ، كَمَثَلِ قَومٍ اسْتَهَمُوا عَلَى سَفِينَةٍ فَصَارَ بَعْضُهُمْ أعْلاها وَبَعْضُهُمْ أَسْفَلَهَا ، وَكَانَ الَّذِينَ في أَسْفَلِهَا إِذَا اسْتَقَوا مِنَ المَاءِ مَرُّوا عَلَى مَنْ فَوْقهُمْ ، فَقَالُوا : لَوْ أنَّا خَرَقْنَا في نَصِيبِنَا خَرْقاً وَلَمْ نُؤذِ مَنْ فَوقَنَا ، فَإِنْ تَرَكُوهُمْ وَمَا أرَادُوا هَلَكُوا جَميعاً ، وَإنْ أخَذُوا عَلَى أيدِيهِمْ نَجَوا وَنَجَوْا جَميعاً
“Perumpamaan orang yang menegakkan hudud (hukum) Allah dan orang yang melanggarnya adalah seperti suatu kaum yang melakukan undian di atas kapal, maka sebagian mereka mendapatkan bagian di lantai atas dan yang lain di lantai bawah. Maka apabila yang berada di lantai bawah hendak mengambil air, mereka melewati orang-orang yang berada di lantai atas. Maka mereka pun berkata-kata seandainya kami melubangi yang menjadi bagian kami (bagian bawa kapal), tentu kami tidak mengganggu orang-orang yang di atas kami (karena tidak melewati mereka ketika mengambil air). Maka apabila mereka dibiarkan melakukan apa yang mereka inginkan, maka binasalah semuanya, dan apabila mereka dicegah (dari niatnya), maka selamatlah mereka dan selamatlah seluruh penghuni kapal.” (Al-Bukhari).
Kesimpulannya adalah salah satu jalan keluar dari bencana yang sedang dihadapi dan dapat menghancurkan umat manusia (termasuk dalam hal ini wabah pandemi covid-19 yang telah banyak menelan korban umat manusia di seluruh dunia) adalah tegakkanlah mekanisme amar ma’ruf nahi mungkar. Ajak manusia untuk mengerjakan kebaikan dan perintah Allah swt dengan shalat, dzikir, taubat, sedekah, dan berbagai amal kebaikan lainnya. Karena ketaatan dan perbuatan baik akan menyelamatkan manusia dari bencana dan kehancuran. Sebagaimana FirmanNya :
وَمَا كَانَ رَبُّكَ لِيُهْلِكَ الْقُرَى بِظُلْمٍ وَأَهْلُهَا مُصْلِحُونَ
“Dan Rabbmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim,sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan.” (Hud: 117)
Jangan bahkan melarang atau menghalangi mereka dalam mengerjakan kebaikan, menjauhkan dari tempat-tempat ibadah atau menakut-nakuti manusia dalam mengerjakan kebaikan seperti menutup tempat-tempat ibadah, namun membiarkan tempat maksiat tetap beroperasi dan tempat kerumunan berjalan bebas tanpa hambatan. Sebaliknya ajaklah manusia untuk taat kepada Tuhannya dengan perbuatan baik dan memperbanyak taubat kepadaNya. Berikan ruang terbuka bagi berjalannya amar ma’ruf nahi mungkar, In syaa Allah bencana atau wabah pandemi akan disingkapkan oleh Allah swt.
Penulis KH Akhmad Muwafik Saleh Pengasuh Pesma Tanwirul Afkar dan Dosen FISIP UB