Kanal24, Malang – Standar kekayaan di Amerika Serikat mengalami lonjakan signifikan dalam lima tahun terakhir. Laporan terbaru yang mengolah data survei resmi pemerintah menunjukkan bahwa jumlah kekayaan bersih yang dibutuhkan seseorang untuk masuk dalam kelompok 10% orang terkaya di AS kini mencapai sekitar USD 1,8 juta, atau setara Rp 30 miliar. Angka tersebut mencerminkan peningkatan yang sangat tajam jika dibandingkan dengan tahun 2020, ketika ambang kekayaan hanya berkisar USD 1,3 juta.
Tidak hanya kekayaan bersih, ambang pendapatan tahunan untuk masuk dalam kelompok rumah tangga berpenghasilan tertinggi 10% juga meningkat drastis. Saat ini, sebuah keluarga harus memiliki penghasilan sekitar USD 210.000 per tahun atau setara Rp 3,5 miliar, naik dari sekitar USD 170.000 beberapa tahun lalu. Kenaikan yang agresif ini menunjukkan dinamika ekonomi AS yang bergerak jauh lebih cepat dibandingkan pertumbuhan ekonomi global pada umumnya.
Baca juga:
UMKM Award Kota Malang 2025 Dorong Pelaku Usaha Naik Kelas
Nilai Aset yang Melonjak Jadi Faktor Utama
Kenaikan tajam ambang kekayaan ini sebagian besar didorong oleh meningkatnya nilai dua aset utama rumah tangga Amerika: properti dan pasar saham. Nilai rumah melonjak dalam beberapa tahun terakhir akibat tingginya permintaan, tingginya biaya material, serta minimnya pasokan perumahan. Kondisi tersebut membuat pemilik rumah memperoleh keuntungan besar dalam bentuk apresiasi harga.
Di sisi lain, pasar saham AS juga mengalami pemulihan dan pertumbuhan signifikan setelah fase pandemi. Indeks saham utama kembali menguat berkat stimulus pemerintah, perbaikan kinerja perusahaan teknologi, serta pertumbuhan ekonomi yang stabil. Hal ini membuat portofolio investasi rumah tangga kelas menengah atas meningkat lebih cepat dibandingkan pendapatan mereka.
Jika ditotal, kekayaan bersih rumah tangga kaya tumbuh hampir 40% dalam lima tahun terakhir, melampaui pertumbuhan pendapatan yang hanya sekitar 23% pada periode yang sama. Ketidakseimbangan inilah yang membuat kesenjangan kekayaan semakin terasa di masyarakat.
Dominasi Generasi X dalam Kelompok Kaya Baru
Dari sekitar 12 juta rumah tangga yang kini tergolong memiliki kekayaan tinggi, lebih dari separuh berasal dari generasi X — kelompok yang saat ini berada pada usia produktif dengan penghasilan stabil serta aset yang telah lama dikumpulkan. Generasi Baby Boomer menyumbang sebagian kecil, sedangkan kombinasi Milenial dan Gen Z mulai menunjukkan peningkatan, meski belum dominan.
Hal ini memperkuat pola bahwa akumulasi kekayaan membutuhkan waktu panjang, ditambah kondisi pasar yang mendukung untuk mempercepat pertumbuhan aset.
Kesenjangan Kekayaan Semakin Melebar
Fenomena lonjakan kekayaan ini juga menegaskan bahwa pemulihan ekonomi pascapandemi tidak merata. Mereka yang telah memiliki rumah, saham, atau properti sebelum 2020 merasakan keuntungan besar, sementara mereka yang memulai dari nol semakin sulit mengejar ketertinggalan.
Untuk konteks yang lebih ekstrem, laporan lain mencatat bahwa untuk masuk 1% orang terkaya di AS, dibutuhkan kekayaan antara USD 11 juta hingga USD 13 juta, sementara kelompok 5% membutuhkan setidaknya USD 1,17 juta hingga USD 2,7 juta. Kesenjangan ini menunjukkan bahwa peningkatan nilai kekayaan sebagian besar didorong oleh apresiasi aset, bukan kenaikan pendapatan.
Pelajaran bagi Negara Berkembang
Fenomena ini memberikan gambaran penting bagi negara berkembang, termasuk Indonesia, mengenai betapa berpengaruhnya kepemilikan aset terhadap distribusi kekayaan. Ketika pasar properti dan saham tumbuh cepat tetapi akses kepemilikan tidak merata, kesenjangan sosial berpotensi meningkat lebih lebar.
Pemerataan akses terhadap aset, alternatif investasi yang terjangkau, serta kebijakan perumahan yang berpihak pada generasi muda menjadi faktor yang perlu mendapat perhatian serius agar kondisi serupa tidak terjadi dalam skala ekstrem. (nid)









