Kanal24, Malang – Andropause, juga dikenal sebagai “menopause pria” atau “defisiensi androgen terkait usia,” telah menjadi perhatian serius dalam kesehatan pria. Kondisi ini terjadi ketika produksi hormon testosteron, yang merupakan simbol kejantanan dan vitalitas pria, menurun secara bertahap seiring bertambahnya usia. Meskipun tidak semua pria mengalami andropause, dampaknya dapat signifikan terhadap kesehatan dan kualitas hidup mereka.
Andropause, bagaikan badai yang tak terlihat, menghampiri pria pada titik-titik penting dalam perjalanan hidup mereka. Ketika hormon testosteron, yang berperan dalam pembentukan otot, libido, energi, dan fungsi seksual, menurun, sejumlah gejala mulai muncul.
Pertama, penurunan energi dan kelelahan menjadi gejala andropause yang umum terjadi. Pria yang mengalami andropause merasakan kelelahan yang konstan dan kurang semangat dalam menjalani rutinitas sehari-hari. Gejala ini seringkali disertai dengan gangguan tidur yang mengganggu kualitas istirahat. Suasana hati pun berubah, depresi, kecemasan, atau rasa mudah tersinggung bisa melanda pria yang mengalami andropause.
Kedua, perubahan hormon pada andropause juga dapat mempengaruhi hasrat seksual atau libido. Banyak pria menyadari penurunan ini ketika mengalami gangguan ereksi atau disfungsi ereksi.
Selanjutnya, hormon testosteron yang rendah dapat berdampak pada penurunan massa otot dan penumpukan lemak tubuh, terutama di area perut. Kedua kondisi ini pada akhirnya dapat mempengaruhi semangat pria untuk melakukan aktivitas fisik, yang berujung pada gaya hidup yang kurang aktif.
Selain itu, ada juga gejala minor yang sering diabaikan, seperti berkeringat berlebihan terutama pada malam hari, penurunan konsentrasi, penurunan kemampuan memori, dan penurunan produksi sperma.
Tentu saja, banyak yang bertanya, apakah penurunan hormon testosteron ini memang terjadi secara alami seiring bertambahnya usia? Memang benar, penurunan ini adalah proses alami penuaan. Seiring bertambahnya usia, testis pada pria mengalami penurunan produksi hormon testosteron sekitar 1% hingga 2% setiap tahun setelah usia 30 tahun. Namun, faktor lain seperti gaya hidup yang tidak sehat, seperti merokok, konsumsi alkohol berlebihan, dan pola makan yang tidak seimbang, dapat mempercepat penurunan hormon testosteron. Kelebihan berat badan dan kondisi medis seperti diabetes dan penyakit kardiovaskular juga dapat mempengaruhi tingkat hormon testosteron.
Bagi para pria yang telah memasuki usia 30 tahun ke atas, ada langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengelola andropause dan meningkatkan kualitas hidup. Langkah pertama yang penting adalah berkonsultasi dengan dokter spesialis Andrologi jika Anda mengalami gejala andropause yang mengganggu. Melalui pemeriksaan yang cermat, dokter akan menentukan apakah gejala tersebut disebabkan oleh andropause atau kondisi medis lainnya.
Perubahan gaya hidup sehat menjadi kunci penting dalam mengelola andropause. Menerapkan pola makan yang sehat dan meningkatkan aktivitas fisik adalah langkah utama dalam menghadapi proses penuaan ini. Konsumsi makanan yang kaya nutrisi, seperti sayuran, buah-buahan, biji-bijian, ikan, dan makanan tinggi protein, dapat mendukung kesehatan hormon pria. Selain itu, rutin berolahraga juga penting untuk menjaga massa otot dan kekuatan fisik. Hindari kebiasaan merokok dan batasi konsumsi alkohol dapat membantu mengurangi gejala andropause.
Manajemen stres dan dukungan dari pasangan juga memiliki peran penting dalam mengelola andropause. Banyak pasien yang memerlukan konsultasi dengan psikolog atau mengikuti teknik manajemen stres. Dukungan psikologis dari pasangan juga dapat membantu pria menjalani kehidupan dengan kualitas yang lebih baik. Dalam beberapa kasus, dokter spesialis Andrologi dapat merekomendasikan terapi penggantian hormon testosteron dengan pengawasan medis yang ketat untuk mengatasi gejala andropause yang parah.
Penting untuk diingat bahwa andropause adalah proses alami dalam tubuh pria. Meskipun gejalanya dapat mempengaruhi kualitas hidup, dengan pengelolaan yang tepat, banyak pria dapat menghadapinya dengan lebih baik. Ingatlah bahwa Anda tidak sendirian dalam menghadapi perubahan hormonal ini. Dapatkan informasi yang akurat dan konsultasikan dengan dokter spesialis Andrologi untuk memahami dan mengelola andropause dengan baik. (din)
Penulis : dr. Dicky Faisal Irnandi, Sp. And (Spesialis Andrologi dan Dosem Fakultas Kedokteran UB)